Pasar Murah Kampanye Termudah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Untuk mencegah kekurangan pangan, Soeharto memberi lahan pertanian kepada para petani, diikuti program pangan secara bertahap.

Setelah masa Reformasi, semua presiden merasa cukup dengan memberi BLT atau beras 20 kg saat rakyatnya kelaparan.

Dalam kontes Pemilu, kita tahu uang beredar jauh lebih banyak dibanding barang kebutuhan (beras, telur, cabai, dan daging ayam, bawang, dll), hingga terjadi inflasi. Sembako pun harganya selangit!

Sebagai anak kandung Partai, Pemerintah mengikuti kebijakan Partai pendukungnya. Saat ini, misalnya Partai penguasa lebih menyukai Pasar Murah dan membagi BLT.

Pasar Murah, yg merupakan pendekatan partai penguasa dan pemerintah ini diamini juga diikuti oleh para kader yang ingin berkuasa 5 tahun mendatang.

Jangan heran ketika cara yang sama juga dipraktikkan oleh mereka, terutama saat berkampanye. Jauh lebih mudah lagi kalau si caleg tertentu punya banyak uang.

Kita tahu, bahwa pasar adalah tempat bertemunya para penjual dan para pembeli yg sudah sepakat dengan harga yang ditawarkan.

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh seorang pembeli atas barang yang sudah ia dapatkan dari penjual.

Di Pasar Murah ini bertemua dua kepentingan: caleg dengan suara yang ia butuhkan dan warga yang butuh bantuan sembako agar anak-anaknya tak kelaparan di rumah.

Warga menyukai harga sembako murah ini dan mengiyakan saat diminta mencoblos si caleg saat di TPS nanti.

Di Pasar Murah inilah terjadi interasaksi dengan media transaksi antara warga dan si caleg.

Agar kegiatan ini lancar, Partai atau para Caleg akan menumpuk beras dan sembako sehingga sembako terlihat langka hingga harga membengkak.

Sejak era Reformasi, pendekatan pasar murah ini sudah jadi pilihan utama para caleg atau capres.

Transaksinya begini: Caleg mempaketkan sembako, warga membeli dgn harga 40% saja, tapi menjaminkan fotokopi KK dan KTPnya untuk si caleg.

Sengaja atau tidak, setiap menjelang pemilu, pemerintah selalu menyisakan rakyat miskin, tepatnya rakyat PASAR MURAH KAMPANYE TERMUDAH

Untuk mencegah kekurangan pangan, Soeharto memberi lahan pertanian kepada para petani, diikuti program pangan secara bertahap.

Setelah masa Reformasi, semua presiden merasa cukup dengan memberi BLT atau beras 20 kg saat rakyatnya kelaparan.

Dalam kontes Pemilu, kita tahu uang beredar jauh lebih banyak dibanding barang kebutuhan (beras, telur, cabai, dan daging ayam, bawang, dll), hingga terjadi inflasi. Sembako pun harganya selangit!

Sebagai anak kandung Partai, Pemerintah mengikuti kebijakan Partai pendukungnya. Saat ini, misalnya Partai penguasa lebih menyukai Pasar Murah dan membagi BLT.

Pasar Murah, yg merupakan pendekatan partai penguasa dan pemerintah ini diamini juga diikuti oleh para kader yang ingin berkuasa 5 tahun mendatang.

Jangan heran ketika cara yang sama juga dipraktikkan oleh mereka, terutama saat berkampanye. Jauh lebih mudah lagi kalau si caleg tertentu punya banyak uang.

Kita tahu, bahwa pasar adalah tempat bertemunya para penjual dan para pembeli yg sudah sepakat dengan harga yang ditawarkan.

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh seorang pembeli atas barang yang sudah ia dapatkan dari penjual.

Di Pasar Murah ini bertemua 2kepentingan: caleg dg suara yg ia butuhkan dan warga yang butuh bantuan sembako agara anak-anaknya tak kelaparan di rumah.

Warga menyukai harga sembako murah ini dan mengiyakan saat diminta mencoblos si caleg saat di TPS nanti.

Di Pasar Murah inilah terjadi interasaksi dengan media transaksi antara warga dan si caleg.

Agar kegiatan ini lancar, Partai atau para Caleg akan menumpuk beras dan sembako sehingga sembako terlihat langka hingga harga membengkak.

Sejak era Reformasi, pendekatan pasar murah ini sudah jadi pilihan utama para caleg/capres.

Transaksinya begini: Caleg mempaketkan sembako, warga membeli dgn harga 40% saja, tapi menjaminkan fotokopi KK dan KTPnya untuk si caleg.

Sengaja atau tidak, setiap menjelang pemilu, pemerintah selalu menyisakan rakyat miskin, tepatnya rakyat bermental miskin jadi santapan para capres, cakada atau caleg lewat kegiatan pasar murah.

Sebab, Pasar Murah adalah metode kampanya yang paling mudah!

Penulis : Lusius Sinurat

- Advertisement -

Berita Terkini