Menyoal Transgender Relawan, Catatan Kritis Sebuah Eksistensi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Hiruk pikuk politik nasional saat ini sudah sangat panas. Barang tentu pemicunya adalah Kontestasi pilpres 2024 semakin kurang sehat. Hajat politik tersebut akan menjadi bagian portofolio politik kelas wahid bagi segenap entitas politik. Pesta politik terbesar 5 tahunan ini akan menjadi ajang pertaruhan, pertarungan dan juga blokade lawan -lawan politik lama ataupun pendatang baru. Tentunya sebuah pertunjukan drama politik nasional yang bakal ramai dan menenggangkan.

Cawe-cawe Jokowi dalam penentuan pencapresan berdampak sistemik dan ideologi bagi gerakan dan orientasi perjuangan relawan. Perlu diakui jika sosok Jokowi dianggap sebagai politisi yang sangat mematikan dengan segala manuver dan tindakannya membuat lawan merinding, ketakutan dan pada akhirnya menunjukkan tunduk padanya.

Debut Jokowi sebagai presiden akan berakhir di bulan Oktober 2024, namun aura dan performa politiknya masih moncer dan bahkan justru terjadi penguatan ideologi secara signifikan.
Mungkin menjadi Jokowi akan dijadikan harapan dan juga dewa baru oleh para militan dan relawannya. Derap dan langkah Jokowi masih kokoh karena jaminan dan juga dukungan dari sebuah konsorsium Relawan Jokowi.

Pertanyaannya, apakah sudah pantas dan layak yang dilakukan oleh para relawan Jokowi untuk selalu membenarkan, ada dan hadir dalam setiap langkah dan posisi pandangan politiknya?

Bagaiman hubungan politik kebijakan Relawan Jokowi menghadapi proses transisi kepemimpinan Jokowi ?

Posisi paling sulit saat adalah bagaimana relawan yang betul -betul menjadi bagian relawan kritis dan konsisten. Butuh sebuah totalitas dan integritas untuk bisa hadir dan menentukan sikap garis-garus perjuangan besar dari relawan.

Bagi relawan sejati, masa sulit dan kritis menjadi bagian tersulit untuk menentukan posisi harkat dan martabatnya sebagai jati diri sesungguhnya. Dihadapkan oleh kue kekuasaan dan juga suguhan nilai rupiah yang berjumlah puluhan milyar akan menggoda dan mengubah segalanya.

Fase kritis ini bukanlah hal yang horor atau menakutkan terlalu justru fase yang dihadapi dengan segala janji suka cita, kelezatan dan kelimpahan jabatan dan harta. Bisa dikatakan Relawan sedang digoda dan dipandu untuk meraih dan menuju surganya duniawi.

Dalam kontestasi politik nasional, status relawan menjadi bagian organ atau komunitas yang sangat vital dalam sebuah pergerakan dan juga pencapaian manifesto politik tertentu. Relawan hadir dalam ranah partisipasi ideologi dan identitas orisinal. Mereka ada dalam sebuah persekutuan yang dilandasi persamaan jiwa dan rasa serta sepakat untuk mencapai tujuan dengan membentuk wadah besar.

Kehadiran relawan dipicu oleh respon terhadap situasi dan kondisi kebatinan masyarakat dan juga lingkungan politik dan pemerintahan yang sedang dijalankan dan akan dibentuk. Disinilah tejadi interaksi kesadaran batin yang sangat dalam diantara banyak individu dan pada akhirnya mereka tergugah dan selamat untuk menaruh simpati dan dukungannya pada subjek dan juga obyek yang mempunyai chemistry dan juga frekuensi sama.

Benar dikatakan juga kehadiran dan agresivitas pergerakan relawan sama seperti halnya partai politik bekerja. Mereka mempunyai platform ideologi dan juga agenda kerja serta struktur organisasi yang jelas dan bertingkat.

Perbedaan Relawan dan Parpol terletak pada wewenang politik formal yang menempel dimana secara agregat dan legal formal, parpol menjadi entitas politik yang menjadi alat atau badan resmi politik yang terakomodir dan diakui oleh negara.
Sedangkan relawan adalah organ atau badan multi tafsir dan salah satu tujuannya adalah pergerakan politik untuk mendukung sebuah ideologi atau pun subjek perorangan atau individu berdasarkan kesukaan atau kesamaan platform ideologi dan juga perjuangan.

Bagaimana kondisi dan eksistensi perjuangan Relawan dalam konteks politik nasional Indonesia?

Jika dicermati kehadiran relawan di Indonesia keterlibatannya di bidang politik bisa ditarik sejarah belakang disaat pencapresan Jokowi Widodo melawan Prabowo Subianto menjadi presiden periode 2015-2019 dan berlanjut lagi di Pilpres 2019-2024.

Didasari oleh dua kejadian pilpres tersebut, debut relawan menjadi viral dan juga sangat monumental. Kiprah dua kekuatan poros Relawan menjadi pemicu terjadinya pergelaran pilpres menjadi heboh dan menegangkan. Kehadiran kedua Poros Relawan pada akhirnya merambah langsung dalam tataran politik praktis.

Kehadiran relawan yang menunjukkan kubu dan identitas berbeda semakin memanaskan titik sentuh persinggungan dan perselisihan utama. Dua pilpres 2015 dan 2019 diwarnai dua kutub relawan yang saling berlomba dan bersaing membagikan kontestasi pilpres. Terbentuklah kekuatan struktur organisasi Relawan Prabowo dan Relawan Jokowi. Diistilahkan dalam kubu dukungan Cebong dan Kampret.

Menjadi unik ketika partisipasi dan dukungan relawan presiden lebih maksimal dan lebih masif serta menunjukkan sebuah pertunjukan teatrikal yang justru sangat menarik dan dengan suguhan adegan heroik.

Peran politik sesungguhnya dilakukan oleh relawan bukan oleh partai yang harusnya secara resmi menjadi domain utama sebagai wadah agregasi dan artikulasi kepentingan politik masyarakat. Justru panggung politik relawan semakin heboh dan menjadi icons serta supremasi tercapai kesuksesan tujuan pemilu

Tugas partai politik digeser oleh relawan. Jujur, jika relawan mempunyai kejelasan dan kualitas ideologis nyata, bukan budak politik dan juga bukan pelayanan partai. Berdiri otonom dan berani melakukan terobosan baru dan juga inovasi kreatif untuk membagikan tokoh atau ideologi yang diusungnya.

Menjadi fenomena baru jika setiap kali pilpres akan diikuti oleh kelahiran ribuan gerakan swadaya masyarakat dalam bentuk relawan presiden. Mereka bahkan mendahulukan kepentingan pencapresan dan mendorong figur untuk menjadi representasi nilai dan juga kesesuaian platform ideologisnya.

Relawan hadir dalam dukungan pilpres banyak dilandasi semangat dan dedikasi sebuah nilai hakiki perjuangan bukan dalam sketsa dan juga arahan politik praktis.

Dan karenanya sudah banyak formula atau ketetapan landasan ideologi perjuangan partai lebih condong holistik dalam mencapai kesempurnaan dan totalitas berbangsa dan bernegara. Relawan berjuang tidak melihat dirinya sebagai entitas politik tetapi sebagai bagian spirit dan pergerakan politik sebagai reaksi dan aksi atas nihilnya atau minimnya partisipasi otentik dari partai atau komunitas dan organ serta badan formal ada dan tengah berjalan.

Bagaimana bisa relawan akan lebih konsisten dari pada parpol untuk mencapai kesempurnaan perjuangan nilai ?

Optimisme ada dan keberpihakan tetap pada relawan. Kerja dan juga cara pandang perjuangannya , relawan akan tetap berkomitmen, orisinal berfikir dan bertindak dan juga konsisten untuk mengikuti dan mengikat nilai perjuangan tersebut pada subjek atau objek yang dimandatkan.

Pada intinya Relawan adalah organ organik kemanusian yang terlahir secara alami dan juga akan terus ada serta bergulir ketika sebuah produk dan eksistensi organ formal tidak bisa bekerja serta hadir dalam spektrum harkat dan martabat pencapaian tertinggi sebuah nilai.

Catatan penting adalah jika relawan adalah bentuk metafora organik dari sebuah nilai bukan sebuah ide dan bangunan mitos sakral yang lebih condong menciptakan mitologi dan juga pada akhirnya terjadi pengkultusan subjek.

Jika relawan itu menjadikan individu sebagai subjek untuk menjadi presiden atau Gubernur bukan berarti relawan tersebut menjadikannya sebagai hambanya dan juga tuan baru untuk dijadikan sesembahan baru. Idealnya nama dari subjek figur akan kokoh dan semakin solid ketika harapkan dan juga eksperimen ide dan harapkan menjadi realita dan menjadi perwujudan nyata baik dalam agenda kerja dan juga produk kebijakan terukur.

Jika subjek tersebut gagal bukan berati relawan akan gugur dan mundur untuk penegakan sebuah nilai. Justru menjadi ukuran predikat positif relawan mampu eksis dan juga bertahan bukan karena produk gagal individu tetapi harapkan terhadap individu tersebut yang tidak tercapai dan terpakai.

Dan sebaliknya jika subjek tersebut berhasil mencapai titik tertinggi jabatan politik bukan berarti relawan sudah sukses dan berhenti menjadi organ aktif perjuangan terhadap nilai. Ini menjadi ujian berat ketika subjek atau figur yang diusung berhasil dan menjadi bagian dari rejim pemenang. Kejutan pertama adalah tawaran jabatan atau kedudukan bagi ekosistem politik yang menjadi figur pemimpin relawan.

Mampukan relawan hadir sebagai organ produktif dan bersahaja ditengah bertaburan godaan jabatan dan juga dukungan finansial yang melimpah ?

Relawan bukan melekat pada subjek individu tetapi otentik sebagai nilai yang terukur dan akan terus menjadi manifesto politik berkelanjutan berdasarkan perkembangan isu serta konteks kepentingan terkini.

Satu hal mendasar jika perjuangan relawan bukan tujuan jabatan dan kedudukan yang sedang atau akan diraih atau bahkan bukan menjadi harga mutlak menagih janji jabatan itu sendiri . Relawan tidak melekat pada jabatan atau kedudukan tetapi justru nilai dari apa yang akan dilakukan dan juga menjadi tugas dari subjek tersebut yang harus disesuaikan sebuah kepastian nilai dan prinsip terukur.

Jadi, jika muncul banyak relawan capres saat ini dicap sebagai bagian reaksi dan aksi kekinian terhadap situasi dan kondisi yang tidak bisa diambil alih oleh parpol dan pada akhirnya bagian tujuan inti politik berusaha diambil alih oleh relawan.

Bagaimana bisa muncul banyak Relawan Jadi -jadian di saat pilpres akan berlangsung? Mengapa terjadi proses transgender relawan ? Bukannya dari awal jenis kelamin relawan itu sudah diketahui jenis kelamin dari DNA-nya?

Penulis: Heru Subagia

- Advertisement -

Berita Terkini