Kontradiksi Kelompok Islam Menilai Jokowi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Abu Dhabi Forum for Peace (ADFP) memberikan penghargaan Al Hasan bin Ali untuk Perdamaian kepada Presiden Joko Widodo. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Presiden ADFP Syekh Abdullah bin Bayyah kepada Wakil Presiden Ma’ruf Amin sebagai perwakilan di Hotel Emirates Palace Abu Dhabi, Rabu (03/11).

“Atas nama Presiden Joko Widodo dan Bangsa Indonesia, saya ucapkan terima kasih yang tulus kepada Forum Perdamaian Abu Dhabi,” ucap Ma’ruf dalam keterangan tertulis yang diterima media.

Presiden ADFP Syekh Abdullah bin Bayyan menyampaikan bahwa alasan ADFP memilih Presiden Jokowi untuk menerima penghargaan ini karena selama ini dianggap mampu menjaga perdamaian dan memelihara kerukunan di Indonesia.

“Penghargaan ini juga sebelumnya kami berikan kepada sejumlah tokoh global yang memang berhak untuk menerimanya. Penghargaan Al Hasan bin Ali untuk Perdamaian ini merupakan simbol dan bahkan satu-satunya penghargaan yang diberikan dalam model ini,” katanya dalam keterangan tertulis.

Lebih lanjut, Syekh Abdullah menuturkan bahwa pemilihan nama Hasan bin Ali tidak lepas dari sejarah kepahlawanan Hasan bin Ali yang pernah mendamaikan konflik besar dua kubu di tanah Arab yakni Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib.

“Ketika kami mendirikan ADFP ini, kami juga sekaligus membuat penghargaan ini sebagai bentuk pengambilan teladan kami dari Hasan bin Ali yang mana beliau adalah cucu Nabi Muhammad SAW,” ungkapnya.

Sementara itu baru saja The Royal Islamic Strategic Studies Centre (MABDA) merilis daftar terbaru 500 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia. Dari daftar tersebut, ada sejumlah tokoh dari Indonesia, seperti Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bahkan, dalam Top 50, ada tiga tokoh Indonesia yang masuk daftar. Mereka adalah Presiden Jokowi di urutan ke-13, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di urutan ke-19, dan Habib Lutfi bin Yahya di urutan ke-30.

Fakta penghargaan internasional ini seperti kontradiksi dengan nasib Presiden Jokowi sendiri di dalam negeri. Hari ini tadi sekelompok orang melakukan aksi demo menuntut presiden agar mundur dari jabatannya. Yang lebih ironis adalah, mereka yang menuntut Jokowi mundur tersebut mengaku sebagai kelompok Islam.

Sedangkan yang memberi penghargaan kepada Jokowi adalah lembaga-lembaga Islam internasional. Ada kelompok Islam dalam negeri yang menuntut Jokowi mundur, sementara kelompok Islam internasional bangga dan memberi penghargaan kepada Jokowi.

Kelompok Islam dalam negeri yang demo tersebut bukanlah perwakilan ataupun representasi dari seluruh umat muslim Indonesia. Jadi dapat dipastikan kelompok tersebut hanya bagian kecil, terlebih dari seluruh penduduk Indonesia. Dapatkah disimpulkan tuntutan tersebut hanya berasal dari kelompok Islam yang mewakili suara oposisi?

Penulis : Agung Wibawanto

- Advertisement -

Berita Terkini