Hikmah Kebijaksanaan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Salah satu kata kunci yang terdapat dalam ajaran Islam telah dimasukkan oleh para founding fathers Indonesia dalam teks Pancasila yang termuat dalam –Mukaddimah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia– yakni pada frase kalimat “Hikmah Kebijaksaan” sebagaimana judul catatan ini:

Terdapat kata hikmah pada sejumlah ayat di dalam Al-Quran, yang jika seseorang dianugerahi oleh Allah akan hikmah ini, maka orang tersebut akan menjalani kehidupannya secara bijaksana, sehingga tentu akan memberi kemanfaatan yang besar terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Tepat sekali jika hikmah kebijaksanaan ini dimiliki oleh para pemimpin di Indonesia, dari tingkat paling terendah di level RT/RW, hingga ke-level kepemimpinan tertinggi Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif.

Pada surah Yunus ayat 1 berikut ini Allah swt:

الر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ (1)

Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah.

Ayat pertama ini menyampaikan bahwa ayat-ayat yang terdapat di dalam surah Yunus ini, merupakan “hikmah” atau pengetahuan yang telah Allah berikan kepada Nabi Yunus. Diwahyukan kembali kepada Nabi Muhammad SAW, dan disampaikan kepada seluruh umat manusia. Sebab itu amat baik membaca surah Yunus ini agar bertambah keyakinan kita kepada Allah, kepada Alquran dan kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Dengan keyakinan yang kuat kepada Allah, kepada Alquran dan Nabi/Rasul, itulah langkah paling dasar untuk memperoleh ilmu hikmah.

Demikian halnya dalam kisah Lukman, pada surah lukman ayat 1-3 berikut ini;

أَلَمْ (1) تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ (2) هُدًى وَرَحْمَةً لِلْمُحْسِنِينَ (3)

Alif Lam Mim. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.

Pada ayat ini, termaktub prasyarat untuk memperoleh “hikmah” yakni senantiasa berbuat kebajikan. Kebaikan itu, bukanlah dengan kita mengikuti cara pandang Barat atau cara pandan Timur, atau kebaikan itu bukanlah dengan mengikuti blok kekuatan tertentu, atau ikut-ikutan kepada paradigma dan pemikiran tertentu. Sebagaimana firman Allah swt:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (177) }

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah kebajikan orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji; dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah:177)

Itulah kebaikan menurut yang Allah sampaikan dalam ayat diatas. Dan mereka yang melakukan hal seperti diatas itulah yang akan memperoleh hikmah yang banyak dari Allah swt.

Sebab itu pendayagunaan fungsi akal, agar akal melakukan fungsinya sebagaimana mestinya, yaitu mendorong manusia cenderung kepada kebaikan, dan menjauhkan dari keburukan sangat penting diperhatikan. Akal tidak boleh tunduk atau jangan sampai tunduk kepada dorongan ego sentrisme (dorongan syaithon) yang senantiasa memberikan bisikan dan pengaruh buruk kepada manusia. Dan itulah alasannya kenapa keimanan kepada Allah, Alquran dan Nabi/Rasul sangat fundamental sebagai syarat utama dari yang mesti dimiliki seseorang yang menginginkan hikmah kebijaksanaan. Sebagaimana firman-Nya:

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (269

 

Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.

(Alquran surah al-Baqarah ayat; 269)

Setelah iman kepada Allah dan Rasulnya menjadi dasar dari setiap amal kebajikan yang dilaksanakan, maka selanjutnya yang tidak kalah penting diperhatikan adalah; menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan inilah sesungguhnya pengertian al-Islam. Suatu sikap berserah diri secara totalitas kepada Allah dalam segala amal perbuatan.

Allah swt berfirman:

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ (22) وَمَنْ كَفَرَ فَلا يَحْزُنْكَ كُفْرُهُ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ فَنُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (23) نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ (24) }

Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. Dan barang siapa kafir, maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kamilah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras.

(Alquran surah Lukman ayat 22-24)

Hal-hal itulah yang secara konsisten dijalankan oleh Lukman dalam kehidupannya, sehingga Allah swt menganugerahinya dengan hikmah kebijaksanaan.

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (12) }

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”

(Alquran surah Lukman ayat 12)

Hikmah kebijaksanaan tentu tidak mudah untuk diraih. Apalagi hal itu merupakan otoritas Allah untuk memberikan kepada siapa yang dikehendakinya.

Dan memang dalam kehidupan suatu Bangsa, suatu masyarakat, yang wajib atau yang semestinya telah memperoleh hikmah kebijaksanaan itu, adalah kalangan para pemimpin dalam masyarakat itu.

Pemimpin yang memiliki hikmah kebijaksanaan inilah yang akan mendatangakan manfaat yang besar, bagi suatu masyarakat dan membangun Bangsa dan Negara.

Semoga Allah menjauhkan kita dari pemimpin yang dholim, dan memberi kita pemimpin yang telah Allah anugerahi dengan hikmah kebijaksanaan.

Oleh : Hasanuddin – Ketua Umum PB HMI 2003-2005

Rabu, 30 Desember 2020

- Advertisement -

Berita Terkini