Ini Penjelasan Psikolog Soal Pria yang Melakukan Pembakaran Kantor Kades!

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Laporan: Indra

MUDANews.com, Tapanuli Selatan (Sumut) – Secara psikologis, pengakuan Mordani Siregar (33) yang menyebutkan dirinya sebagai pelaku pembakaran Kantor Kepala Desa (Kades) Ramba Sihasus yang berada di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) kepada warga merupakan cara berfikir yang sederhana. Pasalnya, Mordani seakan mencari pembenaran atas tindakan yang telah dilakukannya.

Hal tersebut diungkapkan psikolog Sumatera Utara (Sumut), Irna Minauli kepada wartawan, Selasa (28/2) siang. Dikatakannya, faktor penyebab Mordani mengakui dirinya sebagai pelaku pembakaran tersebut lantaran tingkat pendidikannya yang rendah. Makanya, dirinya pun mencoba menganalisis masalah dengan logika berpikir sederhana namun seringkali sifatnya nyata.

“Ya agak kurang jelas gambarannya. Di satu sisi terlihat sebagai seorang yang memiliki idealisme yang tinggi sehingga ia tidak mau menandatangani kuitansi yang fiktif. Sebagai seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah,  cara berpikirnya terlihat lurus dan naif. Ia mencoba menganalisis masalah dengan logika berpikir sederhana namun seringkali sifatnya nyata. Cara menganalisis masalah dari para lelaki yang berkumpul di warung kopi terkadang tidak kalah cemerlang dibandingkan yang dilakukan oleh para pakar di televisi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Direktur Minauli Consulting ini mengatakan, dengan logika sederhana tersebut membuat pelaku mencoba mencari pembenaran atas perbuatan membakar. Sebab, banyak orang yang cara berpikirnya linear, lurus, sehingga melihat masalah secara sederhana. Meski terkadang hal tersebut tidak selalu salah.

“Hanya cara berpikirnya yang sederhana dengan menggunakan logika sederhana meski karena kurangnya penguasaan bahasa karena rendahnya tingkat pendidikan. Pada kasus tersebut pelaku masih bisa memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan meski perlu dibuktikan kebenaran cerita tersebut, khususnya yang terkait dengan kisah cinta dengan kepala desa. Apakah hal itu hanya sekedar khayalan atau kenyataan,” pungkas Dosen USU ini.[jo]

- Advertisement -

Berita Terkini