Masih Ada Hujan di Musim Kemarau, Pertanda Harga Cabai Tidak Seburuk yang Dikuatirkan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Belakangan ini, hujan di sejumlah kota Medan maupun sejumlah wilayah lain di Sumatera Utara dalam dua pekan terakhir, menjadi angin segar bagi tanaman pangan khususnya cabai merah. Petani sebelumnya sangat mengkuatirkan terjadinya El Nino yang berpotensi memicu terjadinya gagal panen. Kemarau sendiri sudah sempat dirasakan khususnya di bulan Mei dan Juni, akan tetapi belakangan ini curah hujan yang tinggi merubah situasi di lapangan.

“Petani cabai kembali optimis tanamannya dapat tumbuh dengan baik. Terlebih petani cabai yang mulai melakukan penanaman pada bulan kemarin. Sejumlah petani sempat pesimis terkait dengan kemungkinan bahwa panen bisa saja gagal di tahun ini. Yang bisa saja menyulut kenaikan harga cabai dengan kenaikan hingga di atas 100 ribu Rupiah, seperti yang pernah terjadi sebelumnya,” kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Kamis (13/7/2023).

Namun, Benjamin menyarankan agar pemerintah tidak terlena dengan adanya hujan tersebut. Karena di bulan maret hingga menjelang Idul Adha kemarin, harga cabai merah terpuruk sangat dalam, yang membuat kemampuan petani menurun. Sehingga sangat potensial membuat petani mengurangi luas tanaman cabainya.

“Sejauh ini, harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Sumut bergerak dalam rentang 28 hingga 35 ribu per Kg nya. Yang berarti harga cabai merah sudah berada di harga keekonomiannya. Di level harga dimana saat ini petani tidak mengalami kerugian. Namun, bagaimana harga cabai kedepannya?. Mengingat ada ancaman penurunan produksi di masa yang akan datang,” ujarnya.

Benjamin mengatakan petani masih terpukul dengan penurunan harga cabai sebelumnya. Gairah petani untuk menanam cabai menurun, ditambah dengan kemampuan finansial yang turut mengalami penurunan. Situasi tersebut memaksa petani untuk mempertimbangkan ulang menanam cabai kembali. Dari indeks yang saya hitung, pada bulan Juni terjadi penurunan luas areal tanaman cabai yang menggiring angka indeks di bawah 100.

“Luas areal tanaman turun dalam rentang 10% hingga 20%. Dan sejumlah petani yang tidak berani mengambil resiko melakukan tumpang sari dengan tanaman lainnya. Artinya sekalipun ada curah hujan belakangan ini yang memulihkan harapan. Namun sedari awal ada ancaman penurunan produksi yang bisa memicu terjadinya kenaikan harga cabai pada bulan September dan oktober mendatang,” jelas Benjamin.

Lebih lanjut, Benjamin mengatakan sehingga potensi kenaikannya tidak seburuk yang dikuatirkan sebelumnya yang bisa mencapai 100 ribu ke atas. Akan tetapi cuaca ini sifatnya sulit diproyeksikan, dan sejauh ini belum ada konfirmasi bahwa kemarau sudah mencapai puncaknya. Dan BMKG sendiri bahkan menyatakan bahwa hujan saat ini adalah anomaly.

“Jadi ancaman pada dasarnya masih ada. Kita tetap harus waspada akan kemungkinan skenario dimana kemarau datang dan memicu terjadinya gagal panen. Hanya saja sampai saat ini saya optimis bahwa harga cabai mungkin akan menyentuh 60 ribu sebagai skenario terburuk dalam 3 bulan mendatang,” kata Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini