Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga, Apa Untungnya Buat Sumut?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Pada hari Selasa, Bank Sentral China atau PBoC memotong besaran bunga acuannya (7 DRR) sebesar 10 basis poin menjadi 1.9%. Pemangkasan bunga acuan jadi indikasi kuat bahwa ekonomi China tengah diakselerasi, seiring dengan memburuknya kondisi ekonomi China belakangan ini. Salah satu yang mengejutkan pasar adalah terkontraksinya sektor manufaktur yang ada di China.

Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Rabu (14/6/2023).

Nah, kata Benjamin, kabar pemangkasan suku bunga acuan tersebut sangat berpeluang mendorong pemulihan kinerja ekspor di tanah air, tanpa kecuali kinerja ekspor Sumut. China sendiri menjadi mitra dagang strategis bagi Sumut. Dengan pemotongan besaran bunga acuan tersebut, diharapkan konsumsi masyarakat di China membaik, yang diharapkan bisa mendorong permintaan barang dari wilayah Sumut.

“Sejauh ini, pemangkasan besaran bunga acuan Bank Sentral China telah mendongkrak kenaikan harga CPO. Di pasaran global, saat ini harga CPO ditransaksikan di level 3.517 ringgit per ton. Mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan harga pada awal pekan ini, yang sempat ditransaksikan dikisaran 3.300-an ringgit per ton nya,” imbuhnya.

Benjamin mengatakan, harga CPO global yang mengalami kenaikan tersebut tentunya akan menjadi acuan pembentukan harga CPO di tanah air. Trennya lagi naik, khususnya setelah kebijakan pemangkasan bunga acuan PBoC. Hanya saja kenaikan tersebut adalah kenaikan yang belum bisa menjamin bahwa volume ekspor Sumut ke China juga akan mengalami kenaikan serupa.

“Kenaikan harga CPO itu saya nilai sebagai respon pasar terhadap kebijakan penurunan bunga acuan saja. Artinya pelaku pasar optimis ada harapan pemulihan ekonomi China sehingga sejumlah harga komoditas mengalami kenaikan. Dan komoditas yang serempak mengalami kenaikan selain komoditas pertanian, juga diikuti dengan pemulihan komoditas energi,” ujarnya.

Jadi, tambahnya, kita tunggu saja rilis data BPS terkait dengan volume ekspor nantinya. Sejauh ini kebijakan penurunan suku bunga acuan tersebut telah menghidupkan harapan akan adanya pemulihan ekspor komoditas Sumut. Bukan hanya ke China, tetapi juga ke Negara lainnya. Karena akselerasi pemulihan kinerja ekonomi China sangat potensial mendorong pemulihan ekonomi di Negara lain.

“Secercah harapan pemulihan ekonomi kembali terlihat saat ini. Walaupun pada dasarnya masih terlalu dini untuk menyimpulkannya. Terlebih setelah eropa yang masuk dalam jurang resesi, AS secara meyakinkan diproyeksikan akan masuk dalam jurang resesi di tahun ini,” kata Benjamin mengakhiri. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini