Prahara Ekonomi AS Akan Jadi Kabar Buruk Bagi IHSG dan Rupiah Sepekan Kedepan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Gonjang ganjing pada perekonomian AS bakal membuat pasar keuangan di tanah air dalam tekanan besar. Di akhir pekan kemarin, mayoritas bursa saham di Amerika dan Eropa mengalami tekanan hebat, yang bisa merembet ke pasar keuangan lainnya, tanpa terkecuali pasar keuangan di tanah air.

“Hal utama yang memicu kekuatiran pasar saat ini adalah kebangkrutan yang di alami oleh salah satu Bank terbesar di AS, yakni silicon valley bank yang bisa menggerus saham perbankan di banyak Negara,” kata Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Minggu (12/3/2023).

Selain itu, jelas Benjamin, selama sepekan kedepan ada banyak agenda ekonomi besar baik dari dalam negeri dan luar negeri. Dari tanah air akan ada rapat Gubernur Bank Indonesia yang diproyeksikan akan tetap mempertahankan besaran suku bunga acuannya di level 5.75%. Jika BI tetap mempertahankan besaran bunga acuannya tersebut, maka potensi Rupiah melemah cukup terbuka dalam sepekan kedepan.

“Karena disisi lainnya, rilis data inflasi inti AS serta inflasi februari (YoY) bisa menambah tekanan selanjutnya. Sejauh ini inflasi inti di AS diproyeksikan akan turun dikisaran 5.5% secara year on year, sementara inflasi secara keseluruhan diperkirakan turun hingga 6%. Tetapi jika rilis data inflasi justru lebih besar dari ekspektasi, akan sangat berpeluang memicu tekanan pada Rupiah,” jelasnya.

Lebih lanjut Benjamin menjelaskan, karena bunga acuan The FED diproyeksikan akan berada dalam skenario yang paling besar yakni 6%. Perjalanan masih panjang bagi suku bunga acuan The FED untuk berhenti di level tersebut. Saya melihat potensi tekanan pada bursa saham khususnya saham saham sektor perbankan. Pelaku pasar perlu mewaspadai potensi tekanan tersebut.

“Karena keruntuhan Bank terbesar di AS ini, seakan mengulang masa suram krisis yang sempat terjadi pada tahun 2008 sebelumnya. Dengan tekanan yang cukup besar pada bursa saham global belakangan ini, saya menilai IHSG berpeluang untuk menguji level 6.600 di pekan ini. Sentimen buruk dari sillicon valley bank, masih akan mempengaruhi kinerja bursa saham di banyak Negara termasuk IHSG,” kata Benjamin.

Selanjutnya, sambung Benjamin, mata uang rupiah diproyeksikan juga berpeluang untuk mengalami pelemahan pada perdagangan pekan ini. Tren US Dolar yang menguat seiring dnegan tingginya inflasi membuat pasar kian mengkuatirkan daya tarik US Dolar di pasar keuangan global. Rupiah di pekan ini diperkriakan bergerak dalam rentang 15.400 hingga 15.600 per US Dolarnya.

“Sementara untuk harga emas sendiri, diproyeksikan akan menguat meskipun dibayangi dengan laju inflasi AS yang bisa saja merealisasikan angka di atas ekspektasi. Namun emas diyakini tidak akan begitu tertekan, karena pada dasarnya emas sangat diuntungkan dengan gejolak ekonomi di AS saat ini. Emas sendiri diproyeksikan akan bergerak dalam rentang $1.835 hingga $1.900 per ons troy nya,” imbuhnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini