Bahaya! Sepekan ke depan Pasar Keuangan Diguyur Kabar buruk, IHSG Hingga Emas Berpeluang Anjlok

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dalam sepekan kedepan, kinerja pasar keuangan global akan kembali dihadapkan pada sejumlah data ekonomi yang berpeluang memicu tekanan. Di awal pekan akan ada rilis data inflasi inti AS yang diperkriakan stabil di angka 4.7%.

“Selanjutnya akanvada rilis data pertumbuhan ekonomi AS di kuartal kedua (Q2) yang sejauh ini diprediksi mengalami kenaikan dari kuartal sebelumnya,” kata Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Minggu, (24/7/2022).

Masih dalam sepekan kedepan, kata Benjamin, indeks kepercayaan konsumen di AS diperkirakan juga kan mengalami penurunan. Permintaan barang tahan lama juga diperkirakan tumbuh negatif. Dan ada data penting suku bunga acuan The FED yang diperkirakan akan dinaikkan menjadi 2.5% dari posisi 1.75% saat ini.

“Dari sejumlah data tersebut, data pertumbuhan ekonomi Q2 sejauh ini yang akan sedikit meredam kekuatiran pasar. Meskipun pasar pada akhirnya nanti akan melihat laju pertumbuhan ekonomi AS secara tahunan. Dan disitulah baru diputuskan apakah AS benar benar masuk dalam jurang resesi atau sebaliknya. Meskipun sejauh ini ekspektasinya AS akan masuk dalam jurang resesi,” jelasnya.

Tetapi, tambahnya, jika ekspektasi pertumbuhan ekonomi itu meleset dan realisasi pertumbuhan ekonomi justru negatif, maka bisa dipastikan AS masuk jurang resesi. Tidak berhenti disitu, zona euro juga akan merilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua yang diperkirakan tumbuh tipis. Namun secara tahunan pertumbuhan ekonomi zona euro akan terus melambat.

“Disisi lainnya, perang Rusia – Ukraina juga akan memperburuk kinerja pasar keuangan. Karena rencana ekspor gandum dari ukraina sepertinya kembali batal. Pekan ini akan menjadi pekan yang sangat potensial memberikan tekanan pada IHSG, Rupiah hingga harga emas. Pelaku pasar di pekan sebelumnya beruntung karena kebijakan BI tidak lantas memicu tekanan besar pada IHSG dan Rupiah,” tambah Benjamin.

Akan tetapi, sambungnya, saat ini kondisinya berbeda, sentimen di pekan ini jauh lebih buruk dan berpotensi menimbulkan tekanan yang besar bagi pasar keuangan global, tanpa terkecuali pasar keuangan domestik. Pelaku pasar akan lebih berhati hati lagi di pekan ini.

“Meskipun pada dasarnya kenaikan bunga acuan The FED sudah di antisipasi, akan tetapi yang bisa mengurangi kerugian atau memperbaiki kinerja pasar keuangan adalah testimony dari Gubernur The FED sendiri,” ujarnya.

Benjamin mengungkapkan, selama testimony menunjukan keyakinan yang besar terhadap prospek pemulihan ekonomi AS dan tidak dibutuhkan kenaikan bunga acuan secara agresif. Maka bisa saja tekanan pasar akan mereda.

“Tetapi diatas kertas sejauh ini, semua data yang tersaji akan memicu tekanan hebat pada pasar keuangan kita,” tandasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini