BI Naikan Kebutuhan Uang Tunai Jelang Nataru, Sudah Bukan Zamannya Lagi!

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Kebutuhan akan uang tunai menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) di Sumut sebanyak 3.94 Trilyun ini terbilang besar. Namun saya yakin Bank Indonesia sudah memperhitungkan kebutuhan uang tersebut. Dari kebutuhan uang itu sendiri, terdapat UPB atau uang pecahan besar sebanyak 3.63 Trilyun dan uang pecahan kecil (UPK) sebanyak 314 Milyar.

Hal itu dijelaskan Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Kamis (17/12/2020).

Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan penyediaan uang di waktu yang sama tahun 2019 yang sebesar 3.17 Trilyun. Peningkatan penambahan ketersediaan uang tunai ini ada sisi plusnya.

“Saya berharap penyediaan uang tunai oleh BI ini menunjukan bahwa ekonomi Sumut benar-benar tengah mengalami pemulihan. Maklum ekonomi Sumut sudah terpuruk sangat dalam selama pandemic Covid-19 di tahun ini,” ungkap dia.

Di sisi lain, kabar buruknya adalah pola penggunaan uang masyarakat belum menunjukan perubahan yang berarti. Masyarakat seakan tidak belajar dari pengalaman Covid-19, dimana salah satu penyebaran virus bisa ditularkan lewat uang itu tadi.

“Saya menilai disini masyarakat tidak mengambil hikmah dari penyebaran Covid-19 khususnya dalam hal penggunaan uang,” ujarnya.

Perkembangan teknologi kian massif, ada banyak dompet digital. Dari sekian banyak dompet digital tersebut saat ini semuanya bisa dimediasi lewat QRIS. Nah lantas mengapa masih harus pakai uang tunai?. Jika masyarakat menyadari manfaat dalam menggunakan uang elektronik atau digital. Seharusnya budayanya juga mulai berubah disitu.

“Ada banyak efek negatif dalam penggunaan uang tunai. Mulai dari sirkulasi uang yang membutuhkan anggaran tidak sedikit. Ditambah dengan masalah dunia kesehatan karena uang sebagai salah satu sarana perpindahan penyakit. Jadi sudah tidak zamannya lagi menggunakan uang tunai. Seharusnya penggunaan uang tunai menurun setiap tahunnya,” ujarnya.

Saat ini justru tidak demikian. Penggunaan uang tunai mengalami peningkatan, disaat bersamaan kita tengah dilanda resesi dan pandemic Covid-19, yang seharusnya menurunkan kebutuhan akan uang tunai. Ini bukan kabar baik. Sudah semestinya kita berubah dari penggunaan uang tunai ke uang elektronik atau digital. Karena memberikan kemaslahatan bagi kita semua.

“Saya tidak mempermasalahkan ada budaya membagi-bagikan uang disaat perayaan tertentu. Seperi Lebaran, Natal atau Imlek. Tapi coba deh mulai dirubah kebiasaan itu. Dari pemberian uang tunai dirubah bentuknya menjadi transfer. Kan sudah banyak layanan dompet digital yang juga dikembangkan oleh banyak startup belakangan ini,” ujar Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini