Ekonomi RI Menurun, Dampak Buruk Virus Corona untuk Indonesia

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Virus corona sudah menyebar hampir ke seluruh dunia. Bahkan, di Indonesia ditemukan dua kasus positif virus corona. Menyebarnya virus corona membawa dampak buruk bagi Indonesia, terutama dari sisi ekonomi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengatakan wabah virus corona sangat berdampak terhadap perekonomian Indonesia. Bukan hanya produksi barang saja yang terganggu, investasi pun menjadi terhambat.

Berikut ini dampak virus corona untuk Indonesia:

Kunjungan Wisatawan Asing di Indonesia Menurun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada Januari 2020 sebanyak 1,27 juta orang, menurun 7,62 persen dibandingkan Desember 2019. Sementara untuk periode yang sama di 2019, mengalami kenaikan 5,85 persen.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa, Yunita Rusanti mengatakan, dampak virus corona pada bulan Januari secara keseluruhan tidak begitu mengganggu sektor pariwisata. Penurunan terpantau di minggu terakhir.

“Dampak corona itu mulai kelihatan signifikan di minggu-minggu terakhir (Januari). China, Singapura, Malaysia, itu turun di minggu terakhir akibat pengaruh corona, meski secara total masih ada kenaikan,” kata, Yunita Rusanti di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (2/3).

Wisman yang datang ke Indonesia didominasi oleh warga negara asal Malaysia sebanyak 206 ribu orang atau 16,2 persen. Wisman asal China menempati urutan kedua yaitu sebanyak 181,3 ribu orang atau 14,3 persen.

Kemudian disusul wisman Singapura sebanyak 138,6 ribu orang atau 10,9 persen, wisman Australia 117,3 juta orang atau 9,2 persen dan wisman Timor Leste sebanyak 110,4 ribu orang atau 8,7 persen. Sisanya berasal dari berbagai negara sebanyak 528 ribu orang atau 40,7 persen.

Jemaah Indonesia Batal Berangkat Umrah

Arab Saudi menghentikan sementara penerimaan jemaah umrah dari sejumlah negara, termasuk Indonesia. Hal itu sebagai langkah antisipasi terkait maraknya penyebaran virus corona atau Covid-19 di seluruh dunia.

Akibatnya, Pemerintah Indonesia secara resmi menghentikan sementara jemaahnya yang hendak ibadah umrah. Sebanyak 4.078 jemaah dinyatakan batal berangkat. Di luar itu, terdapat 1.685 jemaah di antaranya yang tertahan di negara transit, saat ini dalam proses dipulangkan ke Tanah Air.

“Jemaah Indonesia yang terdampak karena tidak berangkat pada tanggal 27 Februari 2020 sebanyak 2.393 jemaah,” kata Menteri Agama Fachrul Razi ketika menghadiri rapat penanganan jemaah umrah pasca penghentian ibadah umrah di Kantor Kementerian Agama Pusat, Jakarta, Jumat (28/2/2020).

“Di luar itu, tercatat sejumlah 1.685 jemaah yang tertahan di negara ketiga pada saat transit. Saat ini sedang dalam proses dipulangkan kembali oleh airline sesuai kontraknya,” tambahnya.

Jemaah yang batal berangkat itu berasal dari 75 Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang akan diangkut oleh delapan maskapai penerbangan. “Berasal dari 75 Penyelenggara PPIU dan diangkut oleh delapan maskapai penerbangan,” katanya.

Sejumlah Barang Menjadi Mahal dan Langka

Akibat virus corona, beberapa barang seperti masker menjadi langka dan dijual dengan harga tinggi. Salah satunya, pemilik toko alat kesehatan Amifa Medica di Palembang, Desi mengatakan, masker diburu warga sejak sebulan terakhir setelah virus corona merebak. Banyaknya permintaan membuat pasokan semakin menipis dan harganya naik.

Dikatakan, masker biasa lebih dulu hilang dari pasaran. Terakhir, harganya naik cukup signifikan di kisaran Rp60 ribu-Rp80 ribu per boks namun tetap diburu warga. Saat ini, di tokonya hanya menyedihkan masker jenis N95 namun stoknya terbatas dan harganya pun naik dari biasanya. Satu boks berisi 20 lembar, kini dihargai Rp1,6 juta atau Rp85 ribu per lembarnya.

Tidak hanya masker, harga hand sanitizer atau cairan antiseptik juga mengalami kenaikan dari Rp160 ribu per botol menjadi Rp180 ribu. Warga pun tidak bisa membeli lebih dari dua botol karena menghindari aksi penimbunan.

Akibat virus corona, beberapa barang seperti masker menjadi langka dan dijual dengan harga tinggi. Salah satunya, pemilik toko alat kesehatan Amifa Medica di Palembang, Desi mengatakan, masker diburu warga sejak sebulan terakhir setelah virus corona merebak. Banyaknya permintaan membuat pasokan semakin menipis dan harganya naik.

Dikatakan, masker biasa lebih dulu hilang dari pasaran. Terakhir, harganya naik cukup signifikan di kisaran Rp60 ribu-Rp80 ribu per boks namun tetap diburu warga. Saat ini, di tokonya hanya menyedihkan masker jenis N95 namun stoknya terbatas dan harganya pun naik dari biasanya. Satu boks berisi 20 lembar, kini dihargai Rp1,6 juta atau Rp85 ribu per lembarnya.

Tidak hanya masker, harga hand sanitizer atau cairan antiseptik juga mengalami kenaikan dari Rp160 ribu per botol menjadi Rp180 ribu. Warga pun tidak bisa membeli lebih dari dua botol karena menghindari aksi penimbunan.

Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa selama ini banyak pabrik yang mengimpor bahan baku produksinya dari China. Misalnya, bahan komponen elektronik dari China jumlahnya mencapai USD 10 miliar.

“Hanya barang itu aja. Itu sudah 50 persen impor Indonesia ada disitu. Di sananya terganggu supply-nya. Ya artinya di sini pun kalau kita tidak memberikan kelonggaran juga terganggu. Kalau terganggu artinya nanti harganya pasti naik. Kalau harganya naik pasti nanti larinya inflasi akan naik,” kata Presiden Jokowi.

Sumber: merdeka.com

- Advertisement -

Berita Terkini