Virus Corona Sadis di China, Harga Minyak Sawit Terjun Sendiri

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Belum lama kita menikmati kenaikan harga Crude Palm Oil  (CPO) yang lumayan tinggi karena China telah menyepakati akan membeli minyak sawit Indonesia. Saat ini, karena China lah harga CPO pada perdagangan hari ini terpuruk cukup dalam. Setelah menyentuh level tertingginya, pada tanggal 7 januari 2021, dimana beberapa sumber harga menyatakan kalau CPO kala itu sempat menyentuh 3.800 ringgit, bahkan beberapa sumber lain menyebut sempat ke 4.000 ringgit.

“Sayang, saat ini harganya turun mendekati 3.500 ringgit per ton. Atau tepatnya di harga 3.527 ringgit per tonnya. Namun, harga CPO masih ada yang berani mematok di harga 3.700 ringgit per ton sejauh ini. China yang memberlakukan lockdown di sejumlah kotanya memicu kekuatiran bahwa ekonomi global tengah bermasalah. Dan harga CPO sebelumnya meroket juga dikarenakan kebijakan darurat corona di Malaysia,” papar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Jumat (15/1/2021).

Jadi sekalipun sebelumnya harga CPO naik dikarenakan China yang akan membelinya. Namun, saat ini justru China diragukan akan mampu membeli seperti komitmennya di awal. “Saya justru meragukan dengan penambahan jumlah kasus Covid-19 ditambah respon kebijakan melockdwons ejumlah wilayah. Dengan sendirinya nanti permintaan CPO China akan melemah,” ujarnya.

Benjamin menjelaskan, ini tentunya bukan kabar baik bagi Sumut, khususnya bagi para petani kita. Kalau kemarin kita melihat harga acuan TBS paling mahal mendekati 2.400 per Kg. dengan penurunan harga tersebut, saya justru melihat potensi TBS di tingkat petani bisa turun ke level 2.100 hingga 2.200 per Kg nya. Dengan asumsi harga CPO tidak berlanjut terpuruk dibawah 2.400 ringgit per ton.

“Dengan penurunan harga CPO itu, nantinya petani Sumut harus menerima kenyataan pahit harga sawit berbalik arah. Walau demikian saya tetap yakin bahwa dalam jangka pendek harga sawit di tingkat petani masih bertahan mahal. Karena ada upaya serius dari banyak negara di belahan dunia manapun yang tetap memerangi Covid-19 walaupun saat ini belum terlihat hasil yang kongkrit,” jelas Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini