Ulama Penjual Agama Allah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa para Nabi setelah wafatnya tidak meninggalkan harta benda dan emas permata. Tidak juga meninggalkan sawah ladang dan perkebunan, tidak meninggalkan gedung yang bertingkat dan istana kerajaan yang megah. Tetapi beliau-beliau hanya meninggalkan kekayaan rokhani yang tak ternilai harganya.

Demikian pula Nabi Muhammad saw, setelah beliau wafat tidak meninggalkan kerajaan, tidak meninggalkan harta benda dan perkara duniawiyah yang akan diwariskan kepada umatnya, tetapi hanya meninggalkan agama Allah yang harus dipelihara, ditinggikan, diluhurkan dan dibela kepentingannya. Bila beliau meninggalkan harta warisan, tentulah yang yang menerima hanya ahli waris beliau saja, kita ummat Islam yang hidup sekarang tidak dapat menganyam barang warisan beliau.

Apalagi kita umat ummat Islam sekarang, sedangkan ummat Islam yang masih hidup pada jaman beliau sesaat setelah wafat tetap saja tidak dapat menerima warisan berupa harta benda kalau tidak ahli waris beliau. Dan sesungguhnya Rasulullah ketika wafat tidak meninggalkan harta benda walaupun untuk ahli waris beliau sendiri.

Tetapi Nabi Muhammad saw. berwasiat agar barang siapa yang mendengarkan pesan beliau itu supaya menyampaikan kepada orang yang tidak mengerti atau orang munafik dan sebagainya.

Siapakah yang melanjutkan?

Tidak lain dan tak bukan ialah semua orang islam, karena orang yang alim harus berdakwah dengan ilmunya, orang yang mempunyai harta berdakwah dengan hartanya, orang yang mempunyai tenaga dengan tenaganya, orang yang pandai dengan buah pikirannya. Tentu saja tidak ada atau jarang orang yang pandai mempunyai kemampuan lengkap sehingga berkewajiban dakwah dengan ilmu, buah pikiran, harta, tenaga dll.

Bahkan bila hartanya telah dikorbankan demi meluhurkan agama Allah, maka tenaganya bisa dikurangi untuk berdakwah. Bila ia tidak alim, tetapi tenaganya lebih bermanfaat untuk bekerja mencari nafkah, ini lebih baik, tetapi setelah mendapat harta juga ia mengeluarkan dana untuk biaya dakwah. Bahkan orang yang tidak mempunyai ilmu, tidak berharta, tidak mempunyai buah pikiran dan tenaganya tidak kuat untuk membantu, maka dengan budi pekerti pula atau kelakuan yang baik itu pun dakwah juga namanya.

Karena tugas dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar itu diwajibkan bagi setiap orang islam, maka sejak Rasulullah saw. Meninggal dunia tugas penyiaran agama islam berlanjut terus. Tugas itu dipikul dan dilaksanakan oleh para Shahabat Nabi, dan setelah para Sahabat Nabi meninggal dunia, tugas itu dilanjutkan oleh para Tabi’in. Tentu setelah Tabi’in meninggal dunia, tugas  itu dilanjutkan oleh Tabi’it Tabi’in. Demikianlah seterusnya, tugas dakwah berlanjut terus.

Adapun sebuah hadits Rasulullah saw yang artinya berbunyi:

Artinya:
Sabda Rasulullah” Ulama-ulama ummatku adalah sama martabatnya dengan Nabi-Nabi bani israil.”

Jika kita analisis bahwasanya hadits itu mengatakan bahwa “Ulama itu adalah pewaris Nabi.” Bila dikatakan Ulama pewaris para Nabi, maka yang diwarisi adalah ilmunya. Bila ilmunya Ulama adalah ibunya para Nabi, maka tanggung jawab para Nabi umumnya. Tentunya tugas yang sama adalah dakwah dan ama ma’ruf nahi mungkar kepada siapa saja.

Sudah siapkah para ulama menerima tanggung jawab dan tugas yang  mulia itu?sudah sadarkah para ulama bahwa tugas dan tanggung jawabnya sebagai Ulama adalah sama dengan tugas dan tanggung jawab para Nabi?

Nabi Zakaria dibunuh karena tidak mau menghalalkan perkara haram yang dipaksakan oleh raja. Beliau tidak mau dipaksa untuk melaksanakan kehendak raja yang sebenarnya diharamkan Allah.

Bersediakah para ulama memilih jalan kebenaran walaupun dibunuh seperti Nabi Zakaria? Bersediakah para Ulama memilih dihukum 9 tahun seperti Nabi Yusuf? Diusir dan dikejar dari negerinya seperti Nabi Musa? Dipencilkan dari kampung halamannya karena dianggap mengidap penyakit menular seperti Nabi Ayyub? Bersediakah para Ulama memilih dibakar seperti Nabi Ibrahim? Bersediakah para Ulama memulih jalan yang rumit dan penuh rintangan, penuh hinaan dan cacian yang semua itu harus ditempuh daripada disurih memilih jalan durhaka kepada Allah?

Ulama yang mewarisi ilmunya Nabi tentu akan memilih yang berbahaya daripada harus berbuat sesuatu yang tidak di ridhoi Allah! Walaupun sampai jiwanya sendiri terancam. Dan juga keluarganya sampai terancam maut sekalipun!

berbeda dengan halnya ulama yang orientasi dan pandangan hidupnya kepada harta benda dan emas permata, meraka senantiasa mengagungkan dan mendambakan harta benda. Setelah mendengar mereka berbicara di hadapan para pemimpin. Se-akan mereka melupakan kewajiban sebagai ulama hanya karena berupa harta benda yang bersarang di dunia ini.

Ada orang yang dikatakan telah memiliki titel Ulama, tetapi aqidahnya tidak sesuai dengan Al Qur’an Dan Sunnah Rasul. Atau ibadahnya tidak sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Atau mu’amalah yang dilaksanakan sehari-hari tifak sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Dan atau semua laku perbuatannya tidak cocok dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi-nya.

Apakah “Ulama” di atas masih berhak menyandang titel sebagai Pewaris Nabi-Nabi?

Terkadang ada seorang Ulama yang menghianati Al -Qur’an dan Sunnah Rasul-nya.

Apakah “Ulama” tersebut sah menerima gelar ulama?

Ada juga seorang Ulama menjual ayat-ayat Allah untuk sekedar nasi atau piring dan seteguk air. Ia rela menjual agama demi uang dan kendaraan, demi pangkat dan jabatan, demi harta benda dan uang sepeser sekalipun.

Apakah “Ulama” masih mempunyai hak sebagai pewari Nabi?

Ada juga seorang Ulama yang takutnya kepada sesama manusia seperti takutnya kepada Allah. Ia berani mengorbankan Iman dan Islamnya demi mendapat sekedar pujian manusia, karena takut dibenci manusia, karena takut dicaci orang.

Ada juga orang munafik mengaku Ulama di masyarakat banyak. Ia berani menjelek-jelekkan umat Islam dan para Ulama yang kuat imanya kepada Allah. ia rela menghina Agama sendirinya demi mendapatkan sanjungan oleh banyak orang. Bahwasanya ia paling hina karena berani mengotori yang ia tempati sendiri.

Dengan demikian akibat dosa Sang Ulama itu parah bagi ummat, merusak dakwah dan merusak agama. Agama menjadi tampak hina dan disiniskan oleh mereka yang belum faham, atau orang awam yang tidak atau belum beribadah. Orang semakin jauh panggilan dakwah yang seharusnya menjadi penegak agama bahkan merusak sendiri.

Baiklah, Saya sebagai penulis hanya menuliskan sebagian saja tentang ulama, bila ada kesalahan, penulis minta maaf sebesar-besarnya.

Penulis: Budiman Daulay (Mahasiswa UISU)

- Advertisement -

Berita Terkini