ISNU Pematangsiantar, Kecam Kapolresta AKBP Budi Pardamean Saragih

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Pematangsiantar – Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Pematangsiantar mengecam sikap yang dipertontonkan Kapolresta AKBP Budi Pardeman Saragih terkesan kurang perduli terhadap issu terorisme, komunisme dan radikalisme yang berkembang belakangan ini. Hal ini terlihat jelas saat pelaksanaan seminar yang digelar PC ISNU Siantar, Jumat (13/12/2019) bertempat di Aula Simalungun Room Siantar Hotel.

Seminar berthemakan ”meneguhkan semangat nasionalisme memupuk toleransi dan menolak paham komunisme terorisme dan radikalisme” tersebut Kapolresta AKBP Budi Pardamean Saragih tak hadir walau secara resmi diundang sebagai pemateri.

Akibatnya PC ISNU Siantar mengecam dan merasa kecewa atas ketidakhadiran Kapolresta yang baru 2 bulan menjabat tersebut. Penolakan terhadap paham komunisme,terorisme dan radikalisme bukan tanggungjawab kelompok tertentu semata ujar Wahyudi Hardianto Sekretaris ISNU terpilih kepada sejumlah awak media Minggu (15/12/2019) di warung kopi kita jalan kartini Pematangsiantar.

Wahyudi dengan tegas mengatakan kalau masalah komunisme, terorisme dan radikalisme Polri menjadi garda terdepan dalam penanggulanganya. Namun berbeda dengan sikap yang ditunjukkan Budi Pardamean Saragih seakan itu tugas kelompok masyarakat terutama Nahdlatul Ulama (NU) saja.

“Sehingga ISNU Pematangsiantar dalam waktu dekat ini akan menyampaikan kepada Kapoldasu kurang pedulinya Kapolresta Siantar ini. Padahal narasumber yang ditampilkan cukup refresentatif yakni ketus ISNU Sumut DR Nisful Khoir MA dan ketua PC NU Siantar H.Maranik Hasibuan MA dengan Moderator Salamuddin Lubis MPd,” kesalnya.

Selama menjabat Kapolresta, kata Wahyudi Budi Pardamean Saragih, dinilai kurang bersosialisasi dengan berbagai komponen tokoh atau organisasi yang dikenal sebagai kota yang toleran ini. Namun walau Siantar dikenal sebagai kota toleran bukan berarti Siantar bebas dari ancaman komunisme, terorisme dan radikalisme. “Sebab apabila kelompok intoleran berhasil membuat kekacauan di siantar yang sangat majemuk ini maka akan sulit untuk dipulihkan,” ujar guru agama SMUN 2 Siantar ini menyakinkan.

Sementara komentar berbeda diungkapkan ketua Generasi Muda Nahdlatul Ulama Siantar Simalungun Imanuddin Damanik. Kapolresta Budi Pardamean Saragih dinilai tidak tanggap terhadap berbagai ancaman yang akhir – akhir ini terjadi diberbagai penjuru tanah air seperti yang terbaru bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan. Hal ini menjadi bukti bahwa kelompok komunisme,terorisme dan radikalisme sudah menjadi ancaman serius bagi bangsa ini. “Jadi kalau Kapolresta Siantar kurang mendukung pemberantasan kelompok ini menurut aktifis muda NU ini lebih baik Kapoldasu mengevaluasinya,” tegasnya.

Nahdlatul Ulama beserta badan otonom lainnya memang selama ini sangat getol menyuarakan penolakan terorisme dan radikalisme serta intoleran. Namun apabila kurang mendapat dukungan dari pemerintah terutama Polri maka sekuat apapun Ormas berlambang bintang sembilan ini akan sia sia dan kelompok ini akan bisa leluasa bergerak sampai lapisan masyarakat bawah.

Kapolresta Siantar menurut Imanuddin Damanik baru mengerjakan hal-hal biasa belum ada membuat terobosan dan gebrakan yang mendapat apresiasi dari masyarakat.

“Kita melihat selain ancaman komunisme, terorisme dan radikalisme ada beberapa persoalan lain yang harus menjadi perhatian aparat kepolisian di siantar seperti maraknya kasus perjudian, prostitusi dan lain sebagainya. Padahal ini sudah sering disuarakan berbagai komponen masyarakat bahkan para pemuka agama, atau mungkin Kapolresta mendapat “jatah” dari oknum yang menjalankan bisnis haram itu,” tanya Imanuddin dengan nada serius. Berita Pematangsiantar, red

- Advertisement -

Berita Terkini