Memaknai Slogan; Yakusa!

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Terhadap frasa “memaknai” pada tajuk tulisan ini, saya bukan bermaksud memberi-paksa makna dan ataupun menetapkan sebuah makna baku dari slogan yang sudah tidak asing lagi di telinga Kader-kader HMI dan alumni dengan akronim “Yakusa”.

Adapun maksud saya dalam tulisan ini adalah sebuah refleksi nalar dan perasaan yang mencoba menarik apa makna yang terkandung dalam slogan; Yakusa!. Bukan pula arogansi nalar dan perasaan saya mencocokkan apa yang terkandung dalam slogan kita itu. Mungkin, setiap kader atau siapapun itu yang sedang dan pernah ber-HMI memiliki makna-semangat tersendiri dari slogan tersebut. Mungkin juga, ada yang tidak “memaknainya” sehingga hanya membeo saja.

Saya tidak tahu yang mana yang mayoritas dan minoritas menarik makna slogan tersebut atau membeo–mengucapkan slogan itu tanpa mengetahui maknanya, seperti seokor burung beo yang selalu mengucapkan “salam” setiap orang yang mendekatinya di sangkar.

Kiranya tidak kasar jika kita katakan, jika kita hanya mengucapkan slogan itu tanpa mengetahui atau mendapatkan makna dari slogan tersebut, seorang kader atau alumni HMI itu adalah “Kader Beo” dan “Alumni Beo”. Saya pikir bukan hanya pada slogan, tapi pada hal-hal yang kita ikuti dan ucapkan tanpa mengetahui maknanya. Sebutlah secara halusnya; latah.

Mungkin kita akan mengalami kesulitan apabila pertanyaan ini kita cari jawabannya. Pertanyaannya adalah; Sejak kapankah slogan; Yakin Usaha Sampai atau disingkat saat ini menjadi Yakusa?; Apakah ada akronim lain yang digunakan sebelum penggunaan akronim Yakusa?; Siapakah yang memulai slogan HMI tersebut?; Dari daerah mana (Komisariat, Korkom, Cabang, Bandko dan PB HMI) slogan itu bermula?. Dan saya pikir kita tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Memang itu sangat penting, tapi memaknai slogan tersebut juga tidak kalah penting. Tentu kita berharap pada setiap insan HMI menyempatkan waktu untuk memikirkan dan mencari hal-hal yang fundamen dan radikal apa yang ada di HMI, jika ia mau menyempatkan waktu. Kita sering lupa mengkaji dan mencari kausalitas sesuatu yang ada di HMI, sehingga kita secara individual dan organisasional mengalami “amnesia” sejarah, kehilangan arah, dan mengalami kebuntuan nalar.

Baiklah, saya tidak ingin banyak menghabiskan waktu saat ini pada bagian asal-muasal slogan kita tersebut. Kita membutuhkan waktu yang mungkin cukup lama untuk melakukan kajian historis memecahkan pertanyaan-pertanyaan di atas. Dalam kesempatan kali ini saya coba membicarakan makna slogan Yakusa tersebut dengan pendekatan konstitusional.

Barang kali ini ada manfaatnya agar kita tidak hanya asal ucap slogan tersebut tanpa ada konsepsi dan nilai-nilai di dalamnya. Slogan Yakusa bukan hanya pelipur lara di kala duka dan suka, dan bukan pula hanya sekedar kode atau “sandi morse” untuk membudayakan nepotisme organisasi, konspirasi organiasi birokrasi, dan bukan pula si-si lainnya yang buruk.

Maksud saya dengan pendekatan konstitusional ini adalah memaknai setiap kata dari “Yakin Usaha Sampai, di singkat Yakusa” kemudian menarik maknanya dari beberapa bagian dari Anggaran Dasar (AD) HMI atau ada yang menyebut Konstitusi HMI. Sehingga saya harus memecah-mecahnya menjadi tiga suku kata–bukan memecah HMI menjadi dualisme, yaitu “Yakin”, “Usaha” dan “Sampai”.

Setiap kata saya tarik maknanya dari AD HMI. Bukan pula maksud mencocokologikan, tapi itu menurut saya masuk akal dan tidak bernilai negatif. Saya memikirkan pendekatan ini beberapa kali, sehingga saya merasa logis untuk diterima akal. Saya tidak tahu apakah nalar pembaca sampai ke sana atau serupa dengan nalar saya, maksud saya hasil aktivitas nalar kita. Saya menempatkan pendekatan ini semacam hipotetis, belum menjadi teori. Jadi, masih sangat perlu untuk didebat dan diuji sehingga menghasilkan konvensi.

Penarikan makna slogan tersebut dari pendekatan konstitusional dapat kita lakukan secara bebas atau acak (random). Maksud saya adalah tiga suku kata kepanjangan dari singkatan Yakusa dapat kita hubungkan dengan beberapa bagian dari AD HMI. Kita dapat memulainya dari kata “Usaha” kemudian menghubungkannya dari apa yang berhubungan dengan yang ada di AD HMI, bisa pula dari “Sampai”, dan dari mana saja asal masih pada tiga suku kata yang menjadi slogan HMI tersebut.

Dan dapat juga secara sistematis jika dirasa itu lebih lebih perlu. Akan tetapi, baik itu secara acak atau pun sistematis sama saja, karena tidak akan mengurangi makna yang terkandung dalam penarikannya. Tidak ada aturan baku, seperti bagaimana Anda membuat makalah LK II atau pun Jurnal LK II yang dipaksa secara sistematis dan ilmiah tapi mayoritas ditentukan kelulusannya dengan lobi-lobi.

Untuk memudahkan penulisan logika berpikir saya pada pembahasan ini, saya menggunakan pembahasan secara acak. Saya akan memulai dari kata “Sampai”, kemudian “Usaha” dan yang terakhir “Yakin” sambil menarik beberapa bagian dari AD HMI yang berkaitan, sebagaimana maksud saya di atas tadi.

Baik, saya akan memulainya dari “Sampai” walau pembicaraan kita belum sampai selesai. Kata “Sampai” dalam slogan kita tersebut mari kita maknai sebagaimana disebutkan di Pasal 4 AD HMI. Sebagaimana kita ketahui bersama, Pasal 4 AD HMI adalah Tujuan HMI yang telah baku tertulis dalam AD HMI.

Baiknya saya kutipkan di sini agar memudahkan logika-imajinasi kita bekerja. Saya tidak meragukan bahwa Kader-kader HMI dan Alumni-alumni pasti sudah hapal pasal tersebut, tapi saya masih ragu dengan pemahaman kita terhadap pasal itu. Dalam Pasal 4 AD HMI berbunyi: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.”

Sebab itu, ketika kita mengucapkan “Sampai” dalam slogan tersebut, kita mamaknainya bahwa bagaimana Tujuan HMI kita pahami dan dalami sebagai Kader HMI dan Alumni HMI. Maksud saya, kata “Sampai” dalam slogan tersebut bukan tanpa makna, bukan ibarat bunyi tong kosong yang dipukul. Bukan pula seperti gendang yang membuat tubuh bergoyang-goyang.

Jadi jika saya mengucapkan “Sampai” dalam slogan tersebut, dalam pikiran dan hati saja adalah Tujuan HMI. Kita tidak lagi seperti burung beo yang mengucapkan “Assalmu’alaikum” atau “Sudah makan, sudah makan” dan atau pun “Selamat pagi, selamat pagi” tanpa burung beo itu tahu apa makna yang disuarakannya itu. Dan kita pun tidak menjadi “beo” hanya mengikuti saja.

Terkait begaimana dan seperti apa makna Tujuan HMI tersebut, silahkan kita membaca dan memahaminya dari Tafsir Tujuan HMI yang sudah dirumuskan dan dibakukan dalam Hasil-Hasil Kongres HMI. Tapi perlu sikap kritis kita untuk membacanya dan memahaminya. Tafsir Tujuan HMI tidaklah sesempit dengan puluhan poin-poin sebagaimana yang sudah disepakati itu. Saya secara pribadi, tidak menyepakati pengertian atau penjabaran sempit dan subjektif dalam Tafsir Tujuan HMI tersebut.

Dan menurut saya, tafsir itu sangat praktis sehingga “menciderai” makna universal Tujuan HMI pada pasal 4 AD HMI. Saya pikir, kita perlu kembali untuk membahas dan merumuskan Tafsir Tujuan HMI tersebut yang lebih universal dan abstrak. Ibarat dalam kajian filsafatnya, Tafsir Tujuan HMI harus dikupas lebih ke arah metafisika. Unsur pendeskripsian dalam Tafsir Tujuan HMI tersebut perlu diperkuat lagi dan membuang hal-hal praktis. Kalau ada yang merasa berat untuk merubah Tujuan HMI, kiranya Tafsir Tujuan HMI itu dapat dirubah.

Jadi, “Sampai” dalam slogan kita tersebut kita tarik maknanya dari Tujuan HMI sebagaimana termaktub dalam pasal 4 AD HMI.

Selanjutnya adalah frasa “Usaha”. Dari manakah kita menariknya? Sepertinya hal ini tidaklah susah mencari kaitannya dalam AD HMI. Ketika mendengar kata “Usaha” ini, pastinya muncul dalam pikiran kita merujuk pada pasal 5 AD HMI Tentang Usaha. Ya, Benar. Alur logika berpikir saya juga begitu. Rujukan kita ada pada pasal 5, dan ini lebih praktis dari pada pasal 4 AD HMI.

Ada baiknya saya kutipkan di sini poin-poin yang tertulis di pasal 5, yaitu: “1. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah; 2. Membina pribadi muslim yang mandiri; 3. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya; 4. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan umat manusia;

5. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 6. Memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam se-dunia; 7. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk menopang pembangunan nasional; 8. Ikut terlibat aktif dalam penyelesaian persoalan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan; 9. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan ayat (1) s.d. (7) dan sesuai azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.”

Jelas sudah bahwa, usaha-usaha HMI yang seharusnya kita realisasikan ada di dalam pasal 5 dan tidak menutup kemungkinan kita diberikan berkreasi membuat usaha-usaha HMI yang tidak bertentangan dengan azas, fungsi dan peran HMI, dan perlu kita tambahi yaitu tidak bertentangan independensi HMI, demi mencapai Tujuan HMI. Jadi “Usaha” mencapai “Sampai”. Sangat tidak masuk akal apabila kita menyemangati diri kita dengan slogan itu tapi usaha-usaha yang kita kerjakan adalah usaha di luar dari pencapain Tujuan HMI.

Bukan merealisasikan usaha-usaha seseorang atau kelompok yang menciderai HMI. Bukan mengikuti usaha alumni yang ingin memenangkan salah satu kandidat di perhelatan politik praktis. Sungguh sangat miris melihat Akbar Tanjung yang beberapa hari lalu “menyeret-nyeret” HMI di Medan untuk memilih Paslon Walikota-Wakil Walikota Medan di Pemilukada 2020 di Medan.

Sungguh sangat bijak apabila kita memahami, mendalami bahkan merealisasikan usaha-usaha HMI. Usaha-usaha tersebut adalah untuk sebuah kebaikan HMI dan kebaikan universal. Jadi, kata “Usaha” dalam slogan kita itu bukan sekedar slogan tanpa konsepsi dan tanpa isi.

Dan yang terakhir, dari mana kita menarik makna kata “Yakin” dalam slogan kita tersebut. Mungkin secara verbatim tidak ada tertulis, tapi saya menariknya dari enam alinea pada Mukaddimah AD HMI. Mukaddimah AD HMI ini dalam pengamatan saya sangat jarang dibicarakan dalam forum-forum HMI kecuali pada saat tes screening LK II, itu pun jikalau screener-nya memperhatikan ke sana. Saya sudah membahas tentang Mukaddimah tersebut di tulisan saya dulu, pembaca dapat mencarinya di mesin pencarian internet atau langsung membukanya di YakusaBlog.

Dalam Mukaddimah AD HMI, di sana jelaskan bagaimana keyakinan besar kita pada asas ketuhanan, keilmuan, keindonesiaan-keislaman kebangsaan-keumatan, kemahasiswaan dan keorganisasian. Di sana tidak ada asas keyakinan berdasarkan senior, alumni dan pejabat. Dan kita simpulkan bahwa kita yakin pada asas kebenaran dalam arti luas.

Sehingga kita sampai pada kesimpulan sementara secara konstitusional bahwa “Yakin Usaha Sampai atau disingkat Yakusa” bukan sekader slogan belaka yang membuat kepribadian Kader HMI menjadi Kader Sloganistik, bukan pula menjadi “Kader Beo”. Kita tidak hanya sekadar mengucapkannya tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya. Slogan tersebut juga bukan sekadar penyemangat retorika dan eksistensi rasa, tapi harus menjadi hakekat ataupun esensi dalam berorganisasi. HMI besar bukan karena slogan, tapi karena berbuat kebaikan.[]

Penulis: Ibnu Arsib (Penggiat Literasi)

 

- Advertisement -

Berita Terkini