Mualimin: Master yang Keras Demi Perkaderan HMI

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Cerita singkat ini berawal dari pengalaman singkat saya selama mengikuti senior course BPL HMI Cabang Jakarta Selatan. Sebelum berangkat, nama Mualimin Melawan sering menjadi cerita di kalangan instruktur HMI Cabang Samarinda. Tentu hal itu menjadi sebuah pertanyaan besar bagi saya. Siapa sebenarnya “Mualimin Melawan” sehingga menjadi buah bibir para instruktur? Tapi bagi saya ya sudahlah. Mungkin cuman seorang kader yang hobi mengkritik himpunan dan saya tidak mencari tahu lebih tentangnya.

Pada saat itu saya dengan salah satu teman, namanya Adi, dari cabang yang sama denganku, kami melihat proposal senior course BPL HMI Cabang Jaksel pada 2019. Kemudian saya dan Adi mengirim sindikat, selanjutnya dilanjut screening online baca al-quran sebagai syarat utama untuk mengikuti pelatihan tersebut.

Selang beberapa lama menunggu hasil pengumuman dari BPL Cabang Jaksel, akhirnya saya dan Adi lulus. Artinya bisa mengikuti tahap selanjutnya, yaitu screening secara lisan beberapa materi inti HMI. Di sinilah awal mulanya pertarungan dimulai. Jam lima pagi saya dengan kawanku berangkat dari Samarinda menuju Jakarta.

Dalam perjalanan kami hanya sibuk dengan buku masing-masing karena kami baru tahu, semalam sebelum berangkat, katanya perkaderan di Cabang Jaksel keras dan disiplin. Tentu ini menjadi tantangan bagi kami berdua. Kami tidak mau berangkat sia-sia tanpa bekal intelektual yang cukup. Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, sekitar pukul 11:00 WIB, kawan saya bercerita tentang Mualimin Melawan yang terkenal sebagai pengkritik keras perkaderan HMI.

Juga pengkritik tajam soal dualisme PB HMI. Dari situ muncul rasa penasaran saya terhadap Mualimin Melawan. Siapa sebenarnya orang ini? Tanyaku dalam hati. Sesampainya di lokasi screening, di wilayah Cikini, tepatnya di sekretariat bersama HMI se-Jakarta di Cilosari, kami langsung melengkapi persyaratan administrasi, dan kemudian istirahat sejenak sambil menunggu kawan-kawan di luar Cabang Jaksel.

Sesudah makan dan tenaga sudah mulai pulih, kami pun lanjut screening. Dari sudut masjid sekretariat, teman saya mengatakan, “bro, itu tuh orang yang namanya Mualimin Melawan,” kata dia. “Ah, yang benar bro, dia dari cabang Jaksel ternyata ya,” kataku.

Rasa penasaran pun mulai menghantui. Saya menanyakan sosok Master Mualimin pada salah satu teman. Kebetulan dia peserta senior course dari cabang yang sama dengan Mualimin Melawan. Junaid Pawae namanya. Lalu, dia bercerita banyak siapa sosok Mualimin Melawan. Saya pun baru tahu kalau Dia mantan Ketua Umum BPL Cabang Jaksel dan sekarang pengurus BPL PB HMI.

Setelah forum mulai, tiap tengah malamnya diadakan screening berjalan agar peserta bisa menambah tanda tangan. Forum dimulai di Graha Insan Cita, Depok. Hari itu membuat saya kelelahan. Saya lega bisa jadi peserta senior course di cabang Jaksel. Perasaan lega itu tak lama saya rasakan, karena di hari kedua saya dan peserta yang lain diberi banyak tugas. Salah satunya screening berjalan.

Masa-masa inilah yang menurut saya sangat melelahkan. Para peserta kelelahan dan jatuh sakit disebabkan selama forum kami cuma punya waktu istirahat satu jam. Di hari ketiga, kita semua dituntut agar menambah jumlah capaian tanda tangan. Di situ Master Mualimin Melawan bicara di depan kita semua.

Dengan wajah dingin, sorotan mata yang tajam. Dia mengatakan: “Yang tanda tangannya masih kurang, atau belum memenuhi syarat masuk forum, besok pagi silahkan pulang. Saya tidak peduli kau berasal dari cabang mana, yang saya lihat hanya tanda tangan di kartu screening kalian. Mau ada senior datang dari manapun yang loby-loby saya, biar dari PB pun, saya makin senang memulangkan kalian yang tak layak mengikuti Senior Course BPL Cabang Jaksel ini.’’

Perkataannya itu membuat para peserta semakin down. Ucapan Master Mualimin Melawan itu terasa brutal dan tegas. Master Mualimin juga menegaskan: “Saya tidak mau lihat peserta SC di sini sakit. Kalau ada yang sakit, lebih baik pulang. Istirahat di rumah kalian masing-masing. Dari pada dipaksakan ujung-ujung mati, dan pastinya tidak lulus juga, mending kalian pulang sekarang. Nyawa kalian lebih berharga ketimbang lulus jadi Master.’’

Ucapannya itu membikin para peserta sehat seketika walaupun sebenarnya tidak, soalnya dari pada dipulangkan. Hari demi hari kami lewati dengan mengingat ucapan-ucapan Master Mualimin yang sangat membuat saya merasa tertekan. Saya harus mendapatkan tanda tangan dari para screener, karena kalau tidak, ya saya harus siap dipulangkan.

Dari semua para Tim MOT, Master Mualimin ini sangat berbeda dari yang lain. Karena hobinya mencari kesalahan para peserta, telat masuk forum pun tidak ada negosiasi. Yang telat dapat hukuman, yaitu jalan jongkok sampai bangku. Hingga akhirnya kamar peserta yang jaraknya lumayan jauh dari forum, kasurnya disuruh pindahkan ke sebelah ruang forum. Kami tidur di samping forum.

Hari demi hari kami lalui dengan kondisi badan yang sudah tidak fit lagi. Lelah karena makan dan istirahat kurang. Pokoknya kami peserta jangan sampai terlihat sakit di depan Master Mualimin. Di kartu screening kami harus ada perkembangan tanda tangan. Kalau tidak, kami harus pulang dengan predikat tidak lulus.

Malam terakhir itu malam yang paling menyedihkan bagi saya. Bagaimana tidak sedih, dari dua puluh orang yang bertahan sampai forum, pada malam terakhir yang besok paginya penutupan, 3 orang teman harus dipulangkan malam itu. Sebab sesuai kesepakatan, kami harus mendapatkan minimal 5 tanda tangan dari screener.

Lagi-lagi kami harus menelan kesedihan melihat 3 kawan kami harus dipulangkan di hari terakhir forum. Saya tidak bisa bayangkan betapa kecewa mereka sudah berusaha maksimal mengikuti forum Senior Course BPL HMI Cabang Jaksel hampir sampai selesai.

Tapi apa boleh buat, Master Mualimin tetap memulangkan 3 orang kawan kami yang berasal dari Cabang Bima, Palembang, dan Muara Tebo. Proses negosiasi dan loby-loby antar cabang pun terjadi, namun Master Mualimin Melawan tetap memulangkan mereka yang tidak sangup menunaikan perjanjian untuk menambah perolehan tanda tangan.

Master Mualimin tetap teguh dengan keputusannya. Dari cerita singkat saya selama mengikuti senior course itu, saya banyak mendapat pelajaran sangat berarti dari sosok Master Mualimin Melawan. Bahwa menjadi seorang kader HMI harus menjaga independensinya, tegas mengambil keputusan, tak pernah mundur dari prinsip dan jangan pernah mengorbankan inti perkaderan.

Mungkin instruktur seperti Master Mualimin Melawan hanya satu-satunya Master yang berani mempertahankan sikap independensi di dunia perkaderan. Karena tak jarang kita melihat Master Pengelola perkaderan LKII, LKIII, dan Senior course yang meluluskan kader dari hasil loby meloby antar cabang.

Akhirnya tolak ukurnya bukan dari kemampuan intelektual para kader. Budaya 86 seperti itu yang membuat kemampuan literasi kader semakin minim. Master Mualimin Melawan juga telah menulis buku yang berjudul ‘Demonstran payah’ dan ‘Gadis Pembangkang.’

Saya kira bukunya banyak mengandung kritik dan perlawanan. Novelnya berjudul ‘Gadis Pembangkang’ minggu ini akan terbit. Saya merasa bangga pernah dikader dan mengenal Master Mualimin Melawan, serta semua cerita yang pernah dikatakan rekan Instruktur di HMI Cabang Samarinda tentang Mualimin Melawan, memang benar adanya.

Penulis: Haidir Ali (Ketua Bidang Kurikulum dan Pemberdayaan Instruktur BPL HMI Cabang Samarinda)

- Advertisement -

Berita Terkini