Kongres HMI Rasa Kongres Parpol

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Setuju atau menolak, senang atau sedih, dan percaya atau tidak, belakangan hari ini Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam skala luas mengalami keterpurukan, bahkan lebih parah lagi jika dilihat dari sisi kultur dan struktur. Kondisi atau pun suhu dinamika perpolitikan negara saat ini, tak terfilter masuk ke dalam tubuh HMI dengan berbagai “pesan” yang masuk, menyelinap ke dalam tubuh perkaderan, menyusup dalam pikiran-pikiran kader, hingga merobohkan independensi HMI.

HMI yang terkenal pemasok intelektual-intelektual muda, kelompok anak muda dengan kekuatan pikiran yang kritis, dan idealis kini menjadi rebutan. Apakah karena keintelektualan, kekritisan dan keidealisannya? Jawabannya singkat: tidak.

HMI saat ini tidak dikenal dengan nilai-nilai kemahasiswaan itu lagi. HMI saat ini dikenal hanya sekadar kelompok anak muda yang mudah dieksploitasi dan disusupi selembar kertas dan eksistensi kekuasaan. Tak heran, kini HMI seperti organisasi massa, bukan lagi organisasi perkaderan.

Robohnya benteng independensi HMI, memudahkan masuknya para elit-elit politik, bahkan terpengaruh untuk masuk dalam suasana politik praktis, politik pragmatisme hingga politik kepentingan pribadi.

Belajar dari Lafran Pane

Ada satu cerita yang sangat menarik dari sosok yang sudah tidak asing lagi bagi keluarga besar HMI, yaitu Lafran Pane. Ceritanya begini, Lafran Pane pernah ditawari untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang bertugas memberi masukan atau pertimbangan kepada presiden. Sekarang, lembaga DPA tersebut sudah dihapuskan, tepatnya pada Perubahan IV UUD 1945.

Dalam kisah, beberapa alumni-alumni HMI (Akbar Tanjung ada di antaranya) yang waktu itu memohon supaya Lafran menerima tawaran untuk menjadi anggota DPA. Saat formulir penawaran diisi, di sana terlihat kolom yang harus di isi sebagai delegasi atau dari fraksi parpol atau golongan mana. Alhasil, formulir tidak jadi di isi kemudian, ia serahkan lagi kertas itu tanpa data diri yang tertulis.

Salah satu alumni HMI yang waktu itu berada di sana datang menghampiri Lafran. Ia menyarankan kepada Lafran menuliskan salah satu nama parpol/golongan. Akan tetapi, Lafran tetap pada pendiriannya, tidak tertarik dengan DPA jika harus menuliskan dari fraksi mana.

Pembicaraan terus dilaksanakan, negosiasi dilakukan, diplomasi diusahakan, segala bentuk “umbangan” dilakukan, dan semua jurus silat lidah dikeluarkan. Akan tetapi, semuanya buntu.

“Dasar keras kepala. Sok betul kali, sok iya kali, macam betul kali,” geram kader Medan. Seolah begitulah kira-kira raut wajah para alumni itu karena ditolak oleh Lafran.

Mereka tidak putus asa, “banyak jalan menuju istana”, kira-kira demikian pikiran para alumni itu untuk mengajak Lafran. Pembicaraan hati ke hati dilakukan kembali, perwakilan alumni menghadap ke penguasa negara, terkait ada opsi selain harus dari fraksi parpol/golongan, mereka pun terus berharap Lafran menerima menjadi anggota DPA. Tidak ada yang tahu pasti mengapa dulu mereka ingin Lafran supaya menjadi anggota DPA.

Alhasil, do’a dan usaha alumni-alumni sholeh pun dikabulkan. Lafran menerima tawaran. Akan tetapi dengan catatan, yaitu tanpa fraksi parpol/golongan manapun. Negosiasi ke atas diterima, jadilah Lafran Pane menjadi anggota DPA tanpa fraksi. Di papan Namanya tertulis: “Lafran Pane/Alumni HMI”. Sangat kontras dengan beberapa anggota DPA lainnya yang bertuliskan: “Fulan/Fraksi ….”.

Ada cerita lain tentang Lafran yang bermakna sama, yaitu saat Lafran Pane ditawarkan menjadi Pimpinan Cabang salah satu organisasi keagamaan/keummatan saat ini sangat besar di Indonesia. Singkat ceritanya Lafran menolak bergabung.
Alasan penolakannya sederhana, hal ini berhubungan dengan independensi HMI. Ia memiliki tanggungjawab moral dan historis, jika penggagas HMI masuk dalam salah satu parpol dan organisasi kemasyarakatan, maka tidak dapat dihindari HMI akan ituk terklaim berada di dalam. Sehingga ia menolak bagian dari anggota parpol/golongan organisasi.

Selama menjadi pengurus HMI, ia tidak pernah bergabung dengan parpol dan organisasi manapun. Saat HMI diklaim sebagai underbow Partai Masyumi, dengan tegas lewat tindakan ia menyatakan tidak. Menyelesaikan kepengurusannya, kongres bersih dari anasir-anasir parpol dan ormas. Bagaimana dengan sekarang?

Jika dijawab: “itu kan Lafran Pane. Bukan aku.”

Muncul pertanyaan: “Mengapa masuk kemudian merusak apa yang dibentuk dan dibesarkan Lafran pane? Anda adalah kader-kader perusak HMI?

Kongres HMI Rasa Kongres Parpol

Mengapa Kongres HMI rasanya seperti kongres parpol? Hal ini dapat dilihat dari dua sudut. Sudut pertama, yaitu dari kader-kader yang akan melaksanakan kongres. Telah banyak informasi yang menyebar bahwa tidak sedikit kader-kader HMI yang ikut kongres adalah anggota-anggota parpol atau pun sayap parpol. Bahkan sangat miris, isu yang berkembang bahwa diketahui ada pengurus pusat (PB HMI) bagian dari parpol, dan maju pada pileg 2024 nanti. Ini belum seberapa, beberapa tahun belakangan ini banyak yang terlibat sebagai staf parpol di senayan.

Selanjutnya dari sudut yang kedua, sudut ini tak terlepas dari pengaruh dari sudut yang pertama, yaitu elit-elit parpol menjadi sponsor para kandidat, bahwa ada bagian dari elit-elit pemerintahan. Apa yang terjadi? Ya, apa yang kita lihat dan alami beberapa kongres terdahulu. Ada transaksi jual-beli suara cabang, jual-beli rekomendasi, bahkan ada kontrak politik mitra pemerintah, atau orang-orang (alumni) di parpol. Hal ini dapat dirasakan bahwa tak ada yang bernilai dari hasil-hasil kongres, kecuali naskah-naskah lama HMI yang terus dipertahankan secara tertulis. Selebihnya yang didapat adalah cerita transaksional, jalan-jalan, dan uang negara yang dibuat mubazir oleh kader-kader HMI di kongres.

Apakah ini juga akan terjadi pada kongres yang akan datang? Tidak menutup kemungkinan, ya. Sebab pola-polanya masih sama. Sebab bukti kemungkinannya telah tampak pada beberapa kader menjadi pengurus pusat sekaligus bagian dari parpol.

Sudah sebegitu rusakkah HMI saat ini? Apakah masih ada usaha yang dapat dilakukan? Dan siapa yang harus memperbaiki HMI ini? Untuk saat ini belum ada jawaban, kecuali Lafran Pane bangkit dari kubur kemudian mendeklarasikan pembubaran HMI. Jika tidak mau juga bubar, setidaknya HMI yang akan berjalan bukan lagi HMI yang ia gagas, tapi HMI buatan iblis.***

Penulis: Ibnu Arsib (Kader HMI Cabang Medan)

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
- Advertisement -

Berita Terkini