Konvoi Becak BSA, Perkenalkan Wisata Religi dan Budaya Pematang Siantar kepada Perwakilan Mahasiswa Se-Indonesia

Pertukaran Mahasiswa Merdeka 3 (PMM 3) kali ini dihiasi dengan berkeliling wisata religi dengan menggunakan kendaraan motor tua Becak BSA yang diiringi Para Biker BSA.

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Pertukaran Mahasiswa Merdeka 3 (PMM 3) kali ini dihiasi dengan berkeliling wisata religi dengan menggunakan kendaraan motor tua Becak BSA yang diiringi Para Biker BSA.

Tokoh Seni dan Budaya Sumatera Utara H.K Erizal Ginting SH yang juga El President BOM’S, menyambut para Mahasiswa tepat di pinggir Lapangan Adam Malik Pematang Siantar, Minggu (22/10/2023), yang ditemani Kasi SD Rado Damanik bersama Tokoh Siantar Paul Purba.

Sebelum perjalanan wisata religi, Erizal Ginting memberikan pengarahan bahwa rute perjalanan pertama menuju Vihara Avalokitesvara Dewi Kwan Im, Pohon Natal, Museum Simalungun, serta Siantar Hotel.

Adapun daftar perwakilan Universitas yang ikut dalam tour wisata religi dengan Becak Wisata BSA yakni; Politeknik Negeri Jember, Institut Pertanian Bogor, Politeknik Negeri Kupang, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Madura, Universitas Merdeka Malang, Politeknik Negeri Manado, Universitas Airlangga, Politeknik Negeri Bali, Universitas AMIKOM Yogyakarta, Politeknik Negeri Semarang.

Didampingi Dosen Modul Nusantara; Irma Suryani Lubis SE MSi, Vivianti Novita SE MSi, dan Liaison Officer M Fatahillah Al Karim, Sebastian Luth Hasibuan, Koordinator PMM 3 Politeknik Negeri Medan Dr Nurlinda SE Ak MSi CA, Anggota Pengelola Rika Meirandha.

Para Biker BSA yang ikut dalam rombongan yakni Aprial Ginting, Hendra Hercules Tambunan, Asyim, Eko.

Sebelum berangkat, Erizal Ginting menuturkan sangat gembira dan bangga atas kunjungan para Mahasiswa lintas pulau.

“Kami ucapkan terima kasih kepada ibu-bapak dan adik-adik Mahasiswa, bangga saya Pematang Siantar menjadi Destinasi, sudah menunggu abang-abang becak yang akan membawa kita berkeliling,” tuturnya.

Sesampainya di Vihara Avalokitesvara Pematang Siantar, rombongan disambut langsung Chandra SE bersama pengurus Vihara.

Erizal Ginting dan Chandra membawa para Mahasiswa tersebut berkeliling melihat keindahan ukiran yang menambah khazanah pengetahuan.

Chandra SE juga menjelaskan bahwa Patung Dewi Kwan Im yang berada di komplek Vihara Avalokitesvara berdiri sejak tahun 2005.

“Patung Dewi Kwan Im ini memiliki tinggi 22,8 meter dan berat sekitar 1.500 ton dan pernah ditetapkan oleh MURI sebagai patung Dewi Kwan Im tertinggi di Asia Tenggara,” ucapnya.

Erizal Ginting menambahkan bahwa tradisi di Pematang Siantar ketika rombongan mengunjungi wisata religi, mengingatkan kenangan toleransi yang kuat dan menjadi pedoman hidup.

“Ini yang sering kami ajarkan, bahwa Pematang Siantar yang beragam etnis, toleransi merupakan pedoman, dan itu menjadi kekuatan kami,” terangnya.

Usai berkeliling Vihara Avalokitesvara, rombongan menuju Pohon Natal.

Di pohon Natal, Erizal Ginting menjelaskan bahwa ikon pohon Natal yang dibangun pada tahun 1997 yang terbuat dari besi setinggi dan tertinggi Se-Asia Tenggara itupun menjadi pusat perhatian warga yang melintas dan tempat berfoto-ria sembari menikmati indahnya gemerlap Cahaya Pohon Natal.

“Pohon Natal ini juga pernah menjadi Pohon tertinggi di Asia Tenggara,” jelasnya.

Kemudian, rombongan menuju Museum Simalungun.

Di Museum, disambut oleh Pengurus Yayasan dan para Mahasiswa diberikan penjelasan mengenai tata hidup masyarakar simalungun zaman lampau.

Beragam filosofi juga diterangkan, mulai dari norma perilaku, etika, peralatan yang sering dipakai, bahkan hingga peralatan perang saat masa penjajahan.

Selanjutnya, rombongan menuju Siantar Hotel.

Di lokasi, Erizal Ginting menerangkan bahwa dalam buku karyanya, “Peristiwa Berdarah di Siantar Hotel”, lokasi ini merupakan markas Belanda dan Jepang, dan Markas BPKI.

Dipaparkannya, peristiwa sejarah itu merupakan masa transisi antara penjajahan Jepang di Siantar dengan kembalinya Belanda menjajah kota ini.

Dikisahkannya, kisah sejarah itu bermula dari kekalahan Jepang di Perang Dunia ke-2 yang disusul dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tetapi informasi Kemerdekaan Republik Indonesia sengaja ditutupi, karena Jepang belum ikhlas menerima kekalahannya.

- Advertisement -

Berita Terkini