Proses Menuju Logico-Hypothetico-Verifikasi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Qamarul Izat1 Izat@gmail.com

Abstract: Apa yang disebut dengan Logico-Hypothetico-Verifikasi, muncul sebagai evolusi daripada perkembangan ilmu. Kajian akan Logico-Hypothetico- Verifikasi, merupakan kajian yang mencerminkan kegiatan berpikir ilmiah yang terkandung metode ilmiah didalamnya.

Tentu yang namanya berpikir ilmiah, wajib ada metode di dalamnya. Kerangka kegiatan berpikir yang ilmiah tersistemkan kedalam beberapa tahapan yang mencerminkan sebuah tahapan dalam kegiatan ilmiah, pada dasarnya itu tersusun atas tahapan perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.

Seluruh tahapan tersebut haruslah dilalui agar suatu pemikiran dapat terkategorisasikan sebagai yang ilmiah. Persoalan yang kemudian muncul adalah, apa dan bagaimanakah tahapan-tahapan itu harus dioperasikan? Bentuk penalaran apa yang digunakan dalam kegiatan berpikir Logico-Hypothetico-Verifikasi?

Terjawabnya persoalan tersebut bertujuan agar memudahkan kita dalam berpikir yang ilmiah. Metode yang digunakan dalam menyelesaikan kajian ini ialah metode kualitatif dalam pendekatan “kajian pustaka”. Tidak dapat disangkal, kesimpulan yang wajib diterima dari hasil kajian ini ialah, bahwa kegiatan berpikir ilmiah amat dibutuhkan dalam kehidupan ini.

Pendahuluan

Manusia adalah makhluk yang sempurna dan kesempurnaan itu terletak pada akal. Bahkan manusia menjadi makhluk yang begitu istimewa di dunia ini, pasalnya manusia dibekali akal oleh Tuhan. Dari akal tersebut muncul sebuah rasa keingintahuan.

Dan itu akan menggerakkan manusia untuk meraih sebuah pengetahuan. Ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia.

Tidak mengherankan jika sejak dahulu manusia amat tertarik pada ilmu pengetahuan. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan itu tidaklah bersifat statis melainkan dinamis. Jadi ilmu pengetahuan akan senantiasa mengalami perubahan.

Ilmu merupakan salah satu bentuk ketahuan yang diperoleh manusia melalui metode ilmiah. Metode inilah yang nantinya akan menentukan jenis daripada ilmu pengetahuan yang diperoleh. Dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan itu, disini dikenal istilah Logico-Hypothetico-Verifikasi. Apa dan bagaimanakah itu dalam diskursus ilmu pengetahuan?

Ini menjadi ketahuan yang selayaknya dimengerti terlebih bagi para peneliti. Dalam kajian ini, penulis berupaya untuk menjelaskan dengan bahasa yang sederhana dan mudah untuk dimengerti terkait Logico-Hypothetico-Verifikasi. Dalam kajian ini, penulis tentu bersandarkan pada metode kualitatif dengan kajian pustaka, inilah jalan yang tepat dan akurat bagi penelitian ini. Penulis senantiasa mencari sumber kredible bagi kualitas artikel ini, terlebih kepada keabsahan-Nya.

Pembahasan

A. Definisi Logico-Hypothetico-Verifikasi

Istilah Logico-Hypothetico-Verifikasi, tersusun atas tiga suku kata yakni (logika, hipotetis, verifikasi). Kata logika diambil dari bahasa Yunani “logos” yang kemudian membentuk kata “logikos” yang memiliki arti pertimbangan akal pikiran. Secara umum diartikan sebagai pertimbangan dari akal pikiran manusia yang diutarakan melalui kata-kata dan dinyatakan dalam bahasa. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani tersusun atas kata “hypo” yang berarti sebelum dan “thesis” yang berarti pernyataan atau pendapat.

Daripada itu, hipotesis adalah suatu pernyataan atau suatu pendapat yang belum belum diketahui pasti kebenaran-Nya, namun dimungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Verifikasi Verifikasi adalah proses menentukan kebenaran dari suatu pernyataan dengan menggunakan sebuah metode yang empirik (berdasarkan atas pengalaman) dan pengujian ilmiah untuk suatu pernyataan atau proposisi untuk memastikan suatu kebenaran.

Jika diartikan secara menyeluruh, maka apa yang disebut dengan Logico- Hypothetico-Verifikasi pada hakikatnya merupakan suatu metode dalam perolehan pengetahuan ilmiah, jelas disini pengetahun yang dimaksud adalah pengetahuan yang ilmiah dan bukan-Nya yang non-ilmiah, sebab terdapat metode didalamnya yang jelas menunjukkan keilmiahan suatu keilmuan.

Daripada itu jelas bahwa pengetahuan yang menjadi bidikan kita adalah pengetahuan ilmiah (science). Adapun “science” begitu penting dalam kehidupan sehingga menjadi standar pengukuran kerasionalitasan manusia. Didalam metodologi penelitian ilmiah, dikenal banyak sekali metode ilmiah yang digunakan dalam perolehan ilmu pengetahuan. Agaknya diperlukan kejelasan terhadap apa itu metodologi dan metode, sebab istilah ini acap sekali disalah artikan Metodologi (Metodos dan logos) merupakan ilmu daripada metode penelitian yang meletakkan dasar-dasar kajian.

Sedangkan metode, adalah menunjukkan kepada cara yang dipergunakan dalam sebuah penelitian semisal survei, wawancara, juga observasi. Jadi term metodologi jauh lebih luas daripada term metode. Untuk menentukan sebuah metode yang tepat dan akuran dalam sebuah penelitian menjadi kerumitan tersendiri, sekalipun rumusan masalah penelitian telah mengacu pada pendekatan, metode, dan bahkan model tertentu daripada penelitian yang dilakukan. Penggunaan metode ilmiah “Scientific Method” adalah langkah yang tepat digunakan dalam sebuah penelitian untuk menyelesaikan suatu masalah. Pasalnya yang namanya ilmiah jelas lebih dapat untuk dipertanggung-jawabkan keabsahan- Nya.

Ilmu ditentukan oleh objeknya dan objek yang diteliti menentukan metode yang selayaknya digunakan untuk memecahkan masalah. Berangkat daripada metode, maka suatu ilmu pengetahuan menjadi terklasifikasikan kedalam suatu disiplin keilmuan tersendiri. Penggunaan kata ‘ilmiah’ mengindikasikan akan kegiatan penelitian itu didasarkan kepada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Kajian akan metode untuk memperoleh ketahuan pada hakikatnya adalah ranah lingkungan epistemologi. Ini sebagaimana pengertian daripada epitemologi itu sendiri. Jika kita menelisik, maka epistemologi diambil dari bahasa Yunani yakni “episteme” (pengetahuan, ilmu pengetahuan) dan kata metodologi berasal dari kata “metodos dan logos” (ilmu dari metode).

Term metode dirujuk kepada bahasa Yunani yakni “Mtodos” yang diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi cara.

“Logos” (pengetahuan), yang menjadi pengetahuan tentang pengetahuan, atau teori tentang pengetahuan. Pengertian itu menunjukkan betapa luasnya kajian didalamnya, dan yang menjadi salah satu kajian didalamnya adalah tentang metode daripada pengetahuan. Bahkan dalam buku “Filsafat Ilmu Pengetahuan” yang ditulis oleh Paulus Wahana jelas terdefinisikan.

B. Bentuk Penalaran Dalam Logico-Hypothetico-Verifikasi

Berpikir, berarti menggunakan keseluruhan potensi akal budi. Dalam menggunakan akal, kita tidak boleh sembarangan, kita harus bersifat normatif, sebab terdapat aturan-aturan dalam menggunakan akal untuk memperoleh ketahuan yang jelas. Bentuk penalaran pada umumnya termasuk kedalam Logico- Hypothetico-Verifikasi, menggunakan bentuk penalaran induktif dan deduktif. Bentuk penalaran induktif digunakan dalam upayanya membentuk penyelidikan juga proses pengambilan sampel, ini juga berlaku ragi deduktif.

Hanya saja, dalam penyelidikan-Nya mereka senantiasa berbeda, kalau induktif penyelidikan- Nya dimulai daripada premis yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum. Deduktif adalah kebalikan-Nya yakni, dimulai dengan premis yang bersifat umum kepada yang bersifat khusus. Jadi jelas bahwa Logico-Hypotetico-Verifikasi adalah polarisasi daripada bentuk pemikiran induktif dan deduktif yang terdiri atas: Perumusan masalah; Menyusun kerangka berpikir; Merumuskan hipotesis; Menguji hipotesis; Menarik kesimpulan.

Induktif merupakan cara berpikir dimana suatu kesimpulan yang bersifat umum ditarik menjadi bersifat khusus. Ani Aisyah, “Studi literatur: Pendekatan induktif untuk meningkatkan kemampuan generalisasi dan self confident siswa SMK”.

Pada dasarnya, Logico-Hypothetico-Verifikasi memperoleh dan menyusun bangunan pengetahuan-Nya berdasarkan:

1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.
3. Melakukan verfikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataan secara faktual.

C. Pengoperasian Sistem Logico-Hypothetico-Verifikasi

1. Rumusan Masalah

Keseluruhan aktifitas penelitian senantiasa mengikuti suatu proses yang bertahap. Dalam sebuah penelitian, merumuskan masalah merupakan langkah awal dan merupakan langkah terpenting.34 Perumusan masalah hematnya adalah kasus yang hendak diteliti. Dalam merumuskan suatu masalah, peneliti biasanya mencoba untuk mempertanyakan suatu fenomena dan mendefinisikan fenomena tersebut sebagai suatu masalah.

2. Menyusun Kerangka Berpikir

Penyusunan kerangka berpikir ini diajukan untuk mengajukan hipotesis yang merupakan argumentasi dalam menjelaskan suatu hubungan yang memungkinkan terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini dibangus secara rasional dengan mendasarkan kepada premis yang ilmiah yang teruji kebenaran-Nya dengan memperhatikan faktor empiris yang jelas relevan terhadap permasalahan.

3. Merumuskan Hipotesis

Setelah menyusun kerangka berpikir maka selanjutnya adalah memerumuskan hipotesis. Hipotesis memiliki tujuan utama yakni membangun, mengembangkan atau menyempurnakan suatu teori. Perumusan hipotesis berdasarkan penelaahan yang dilakukan. Data yang terkumpulkan daripada penelaahan disusun dengan rapih, sampai disini tentu harus dimaknai itu sebagai sebuah hipotesis dan bukan-Nya sebagai jawaban final daripada suatu persoalan. Setelah itu, kemudian akan dilakukan sebuah pengujian terhadap hipotesis yang telah di design.

4. Menguji Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis, maka keseluruhan data yang terkumpulkan dalam penelisian itulah yang dioperasikan untuk menguji suatu hipotesis. Hipotesis sebagai jawaban sementara, haruslah dilakukan pengujian untuk menunjukkan apakah jawaban sementara itu disokong oleh data atau justru digugurkan. Jadi ini harus begitu kritis dalam menganalisis sebuah data. Analisis data merupakan kaidah penelitian yang wajib dilakukan oleh semua peneliti, jika tidak maka data yang dihasilkan adalah bahan mentah dan amat diragukan keabsahan-Nya. Hipotesa dipandang sebagai suatu jawaban yang berakhir kepada kebenaran tatkala data yang dihasilkan kemudian itu mendukung.

5. Menarik Kesimpulan
Tahapan terakhir adalah merumuskan kesimpulan, rumusan kesimpulan haruslah sesuai dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya, ditulis dengan kalimat deklaratif secara singkat dan jelas. Penarikan kesimpulan adalah penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

Analisis Penulis

Berdasarkan keterangan akan tahapan daripada Sistem Logico-Hypothetico- Verifikasi. Maka keseluruhan langkah tersebut haruslah ditempuh agar suatu pemikiran dapat disebut ilmiah. Tahapan yang tersusun itu secara konseptual tersusun dalam urutan yang teratur, bahkan bagi penulis sendiri, tahapan pertama jelas menjadi landasan bagi tahapan kedua, dan tahapan kedua menjadi landasan bagi tahapan ketiga dan seterusnya. Jika dipersoalkan, bagaimana jika tahapan tersebut tidak dilalui secara teratur?

Memang, banyak kasus terjadi sering terjadinya lompatan dalam tahapan tersebut. Ini juga sebagaimana yang penulis lihat dalam pernyataan Suriasumantri dalam bukunya “Pengantar Filsafat Ilmu” menyebutkan, hubungan antara tahapan satu dengan tahapan berikutnya tidaklah bersifat statis melainkan bersifat dinamis dengan perolehan pengetahuan yang tidak semata bersandar pada penalaran melainkan imajinasi dan kreativitas.

Jadi, boleh saja tidak mengikuti tahapan secara teratur, namun kita harus melihat kondisinya, dimana jika ada suatu persoalan kita harus menggunakan bentuk perolehan pengetahuan yang menyandarkan pada penalaran atau imajinasi? Jika ternyata dengan penalaran maka tahapan harus dilalui secara teratur, namun jika ternyata dengan imajinasi, maka boleh saja tidak menggunakan-Nya secara teratur.

Kesimpulan

Logico-Hypothetico-Verifikasi pada hakikatnya merupakan suatu metode dalam perolehan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya, Logico-Hypothetico- Verifikasi memperoleh dan menyusun bangunan pengetahuan-Nya berdasarkan:

1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.
3. Melakukan verfikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataan secara faktual.

- Advertisement -

Berita Terkini