Cinta yang Tak Sampai kepada Gadis, Anak dari Tokoh yang Dicap Aktivis PKI

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Denny JA

“Kadang ada hal-hal yang harus tetap tinggal di masa lalu, nggak perlu diungkit-ungkit lagi.”

Demikian pesan Purwanti kepada Lebas, putranya. “Apapun tugas Ramamu (Ayahmu), jangan semua kau bawa pulang ya, nak.”

Purwanti tahu secara tak langsung. Suaminya menugaskan anaknya mencari seorang gadis bernama “Jeng Yah.” Purwanti sangat mengerti apa yang terjadi. Ia tahu, siapa yang dicari suaminya.

Seperti suaminya, Purwanti juga menutup sebuah drama di masa lalu rapat- rapat. Ada aib keluarga di sana. Ada kesalahan Ayahnya, kakek dari Lemas. Ada cinta segi tiga, bahkan segi empat. Ada juga masalah politik: PKI.

Dan Purwanti tahu pasti, suaminya, ayahnya Lebas, tidak benar- benar mencintainya. Ada wanita lain di ujung sana, yang sangat dicintai suaminya, yang membuat suaminya menyesal, merasa bersalah. Ia adalah “Jeng Yah,” yang kini sedang dicari oleh Lebas, anaknya.

Misteri keluarga pun perlahan- lahan terkuak. Dimulai dari Ayah yang sakit keras. Sang Ayah sadar kematian segera menjemput. Tapi ada satu rasa bersalah, penyesalan yang hendak ia tuntaskan.

Dalam tubuhnya yang melemah, antara sadar dan tak sadar, ia menyebut satu nama: “Jeng Yah, Jeng Yah.”

Lebas, si anak bungsu, kebetulan ada di rumah. Ia tanya Ayahnya. “Rama, ada apa. Siapa Jeng Yah itu?”

Dengan badan sempoyongan, sang Ayah berjalan ke lemari. Ia cari benda yang ia rahasiakan dari anak- anaknya. “Bas, kau cari Jeng Yah.” Diberikannya benda itu kepada Lebas, anaknya.

“Siapa Jeng Yah, Rama? Saya harus cari dimana?” Sang Ayah hanya batuk- batuk. Badannya terkulai. Tak ada keterangan lebih jauh. Lebas tak mengerti. Tapi ia sangat ingin memenuhi permintaan terakhir Ayahnya.

Dari kunci laci yang diberikan Ayahnya, Lebas menemukan foto keluarga dan para pekerja. Nampak Ayahnya ada di dalam foto itu, ketika usia sangat muda. Lalu ada pula surat tulisan tangan seorang gadis, yang bercerita soal rokok kretek.

Dengan hanya bermodalkan nama “Jeng Yah, foto, surat dan kisah rokok kretek, Lebas membuka tabir masa lalu.

Dimulailah drama mengharukan. Ini perpaduan kisah yang gurih soal cinta yang tak sampai Ayahnya, persaingan usaha kretek di Kota M, seorang gadis yang “melawan kodratnya,” dan ingin berperan sebagai pencipta saus rokok yang saat itu tabu dilakukan oleh perempuan.

Kisah ini dilezatkan pula oleh perpecahan masyarakat tahun 60-an, antara tentara dan partai politik yang dilarang kemudian: PKI. Di era itu, siapa yang benar- benar aktivis PKI, dan siapa yang namanya dimasuk- masukkan saja dalam daftar tokoh PKI menjadi sangat kabur.

Film Gadis Kretek ini diperankan oleh Dian Satrowardoyo, Ario Bayu, Putri Marino, Arya Saloka, Tisa Biani, Sheila Dara, Ibnu Jamil, dan masih banyak lagi.

Novel karya Ratih Kumala diangkat menjadi serial web Indonesia tahun 2023 produksi BASE Entertainment dan Fourcolours Films.

Serial yang ditayangkan di Netflix ini diadaptasi dari novel berjudul sama dengan disutradarai Kamila Andini dan Ifa Isfansyah.

Di sela-sela mengikuti pertarungan pilpres, hari itu sekitar 5 jam saya habiskan waktu menonton serial film ini. Kadang saya tercekam. Kadang saya tertawa. Kadang air mata ikut pula menetes.

Lebas kini menjadi anak orang kaya. Ketika jalanan sangat macet, ia bisa minta dijemput dengan helikopter. Itu semua Lebas dapatkan dari keberhasilan Rama, Ayahnya, bernama Soeraja.

Terkaget hati Lebas. Ternyata di masa lalu, Ayahnya hanya seorang buruh kecil yang hidupnya ditampung oleh pengusaha rokok kretek.

Sang pengusaha memilki anak gadis Dasiyah, yang dipanggil Ayahnya Lebas: “Jeng Yah.” Awalnya gadis itu adalah majikan Ayahnya Lebas. Gadis itu kemudian bertunangan dengan anak seorang tentara.

Karena seringnya berjumpa, Dasiyah melihat perilaku baik, kecerdasan, pengalaman hidup dan pertolongan Soeraja. Ia juga mendengar penderitan Soeraja di masa lalu.

Betapa Soeraja pernah bekerja dengan Belanda, dan mengecap pendidikan, bisa membaca puisi. Tapi gara gara itu pula Soeraja disebut antek Belanda. Ayah dan Ibunya dibunuh. Sebatang kara, Soeraja berkelana.

Dasiyah melibatkan Soerja mengembangkan ramuan baru rokok kretek. Begitu gigihnya Dasiyah dengan rokok kretek, juga pendirian Dasiyah soal hidup, sangat menyentuh Soeraja.

Ujar Dasijah: “Kita semua pernah di titik terendah. Kalau orang menyebutnya luka, saya menyebutnya pelajaran” –

“Dunia bergerak seperti sebuah misteri yang tidak kita pahami. Tapi kita akan selalu menemukan ruang yang mengantarkan kita pada jawaban-jawaban yang kita cari” –

Mereka pun saling jatuh cinta. Berani sekali Dasijah memutuskan pertunangannya dengan anak tentara, dan berencana menikah dengan Soeraja.

Tapi situasi berubah cepat. Terjadi peristiwa G 30 S/PKI. Ayahnya Dasijah, dicap aktivis PKI. Padahal Ayahnya sama sekali tak terlibat.

Namanya ada dalam list, karena pesaing bisnisnya, sesama pengusaha rokok kretek, secara culas memasukkan nama Ayah Dasijah dalam daftar aktivis PKI.

Nasib berubah. Dasijah diasingkan dua tahun lamanya. Soeraja mengalami tekanan bertubi- tubi. Dengan segala cara ia mencari Dasijah tapi tak berhasil.

Soeraja akhirnya menikah dengan Purwanti, anak pengusaha yang mencebloskan Ayahnya Dasijah ke penjara. Ia tumbuh menjadi pengusaha rokok kretek yang sukses.

Tapi ramuan rokok kretek itu adalah hasil penemuab Dasijah, si “Jeng Yah.”

Dan sehebat apapun pencapaian Soeraja, ia memendam rasa bersalah. Ia merasa ikut mengkhianati Daisjah, cinta sejatinya. Ia merasa ikut mencurangi Ayah Dasijah, yang banyak menolongnya.

Cinta dan rasa penyesalan itu tak kunjung pergi. Rasa bersalah terus menyelinap dalam hati Soeraja sampai ia menghembus nafas terakhir.

Walau Soeraja sudah punya istri, sudah punya anak, sudah punya pabrik rokok kretek, sudah kaya raya, ada luka yang menganga di batinnya. Luka itu selama ini berhasil ia sembunyikan dari anak- anaknya.

Namun ketika ajal menjemput, luka itu menganga kembali. Luka itu minta dituntaskan.

Soeraja ingin sekali lagi, setidaknya sekali lagi, berjumpa dengan gadis kretek itu, yang banyak mengubah hidupnya, yang selalu dicintainya, jumpa dengan “Jeng Yah.”***

- Advertisement -

Berita Terkini