Gibran Wapres dan Skenario Legacy Jokowi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Hari ini, Sabtu. Awal dari tiga hari menjelang Mahkamah Konstitusi (MK) tetap MK atau MK menjadi Mahkamah Keluarga. Gonjang-ganjing politik begitu keras.

ProJo, Jokowi, Prabowo dan para parpol kumpul. Ingin melihat Jokowi membuat keputusan. Dukung Prabowo atau Ganjar. Gerindra atau PDIP.

Sikap Jokowi yang menikmati kebesaran dan kemegahannya, membuat publik was-was. Para pemuja Jokowi, pemilih Jokowi, dibuat bingung.

Yang menjadi faktor pemicu kebingungan ada dua. Pertama, Jokowi kader dan naik ke kemegahan dunia karena PDIP. Kedua, elektoral dukungan Jokowi dinilai sebagai salah satu indikator kemenangan Prabowo dan Ganjar. Anies gak usah dibahas (dan hanya penting di putaran kedua, jika diikuti oleh 3 pasang.)

Para relawan dan pencinta Jokowi menunggu. Titah Jokowi ditunggu. Apapun sikap Jokowi akan membuat perpecahan di relawan Jokowi. Karena para relawan sudah terpecah. Noel, Abu Janda, Boediman Sudjatmiko sudah ke Prabowo. Lainnya abu-abu: ProJo hari ini santer mendukung Prabowo.

Yang menarik adalah manuver PSI dan Gerindra yang mendorong Gibran jadi wapres. Apa yang akan terjadi? All Jokowi men. Jokowi mengamankan posisi. Di Prabowo ada Gibran. Di PDIP ada Ganjar. Itu pemikiran naif.

Yang terjadi adalah, dengan Gibran jadi wapres Prabowo maka Gibran jelas mengkhianati PDIP. Terhadap Jokowi, jika mendukung Prabowo juga tak etis. Dia dianggap kulit lupa kacangnya. Jokowi naik jadi Presiden, Gubernur, dan Walikota berkat PDIP; selain kualitas diri Jokowi yang dinilai oleh publik bukan sebagai politikus.

Lalu apa dampak politiknya? Bisa serem. PDIP akan melakukan kalkulasi politik. Bisa jadi pemerintahan yang tersisa satu tahun berakhir dengan PDIP menarik diri dari kabinet. Lalu Jokowi merangkul seluruh partai penyokong Anies dan Prabowo. Aman bagi Jokowi.

Dan, ongkos politik bagi PDIP bisa murah atau mahal. Jika mundurnya PDIP dari pemerintahan Jokowi dianggap sebagai reaksi atas pengkhiatan, maka PDIP akan menyatukan seluruh orang waras untuk melawan Jokowi dan kelompoknya yang baru. Murah.

Jika mundurnya PDIP akibat Jokowi mendukung Prabowo digoreng sampai matang oleh musuh politik PDIP, kadrun dan kaum khilafah, maka PDIP akan kehilangan elektabilitas yang signifikan. Ini perhitungan politik yang tak main-main.

Di sisi lain, para relawan Jokowi akan kebingungan menentukan arah. Ke Ganjar atau ke Prabowo.

Peta perpolitikan Indonesia akan panas. Belum lagi tentu, Jokowi yang membangun politik dinasti lewat seluruh keluarga inti dan non-inti, yang akan digunakan untuk masa depan dirinya, meskipun harus mengorbankan Gibran dan Bobby yang di PDIP, mungkin Jokowi punya perhitungan lain.

Namun yang pasti, jika Jokowi mendukung Prabowo, maka legacy politik dan pribadi Jokowi akan hancur dilumat oleh keputusannya.

Dan, pada akhirnya kita telah membawa orang yang dianggap lugu, jadi salah satu tokoh dunia, ke club elite politikus. Yang sama saja. Tak ada beda Jokowi dengan para politikus mana pun. Ingatan kita kepada Jokowi akan sama dengan ingatan kita kepada SBY.

Belum lagi jika ternyata pada akhirnya pilihan Jokowi mendukung Prabowo ternyata tetap tak mampu memenangkan Prabowo. Ganjar menang karena PDIP sudah terbiasa dikeroyok, ceritanya akan semakin runyam. Lecacy Jokowi runtuh berantakan. Ini sebaiknya tidak terjadi.

Penulis: Ninoy Karundeng.

- Advertisement -

Berita Terkini