Mengukir Prestasi Kebanggaan Bangsa dari Transfer Teknologi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: A. Hanief Saha Ghafur (Ketua Program Doktor Kajian Stratejik dan Global, SKSG, Universitas Indonesia)

Pada pertengahan September, tepatnya Selasa 19/2023 saya dapat undangan via WA dari seorang sahabat untuk ikut dalam uji coba Kereta Api Cepat (KAC) Jakarta- Bandung. Dalam kesempatan tersebut, turut hadir para pejabat, tokoh masyarakat, pesohor, dan beberapa artis ibukota.

Mereka di antaranya ada Bapak Budi Karya Sumadi (Menteri Perhubungan) bersama beberapa Dirjennya, Bapak Dahlan Iskan (mantan Menteri BUMN), Bapak Saleh Husin (Mantan Menteri Perindustrian), Ibu Airin Rahmy Diani, wartawan Ishadi SK, Bapak Tantowi Yahya (Mantan Dubes di New Zealand).

Di antara para artis dan pesohor hadir Yessy Gusman, Widyawati, Roy Martin, Indra Bekti, dan lain-lain. Kami semua kumpul bersama dan berangkat tepat jam 9.00 dari stasiun baru Halim Perdanakusuma.

Kereta berhenti di stasiun Padalarang, sebab rel dari Padalarang ke kota Bandung belum jadi. Perjalanan sampai di Padalarang ditempuh hanya dalam waktu 23 menit. Sedang dari Padalarang ke tengah kota Bandung ditempuh dengan Kereta biasa selama 19 menit.

Memang ada banyak kritik terhadap investasi, pinjaman, dan kelemahan perjanjian dengan pihak perusahaan China. Tingginya bunga dan cicilan, waktu pengembalian, serta aturan penalti yang mencekik.

Terlepas dari semua kontroversi tersebut. Ada 4 hal penting untuk mengatasi kelemahan investasi kereta api cepat, yaitu : a). Manajemen risiko & pengendalian total; b). Manajemen kinerja personil yg efektif & efisien; c). Manajemen keuangan untuk target balik modal; d). Percepatan transfer teknologi. Dengan pengendalian yang efektif dan penggunaan sumberdaya yang efisien, saya optimis Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung akan kembali modal.

Kita Indonesia harus ambil pembelajaran efektif dari transfer teknologi. Dengan transfer ini diharapkan bangsa ini lepas dari ketergantungan teknologi dan mampu berdiri sendiri.

Untuk itu, Indonesia perlu konsolidasi atas kemampuan bengkel KAI, khususnya INKA di Madiun. Cukup di sini kita belajar dari Kereta Api Cepat (KAC) Jakarta-Bandung.

Selanjutnya untuk KAC Jakarta- Surabaya nanti Indonesia harus mampu membuat sendiri. Bila tidak, kita akan menjadi bangsa pecundang yg selalu bergantung kepada teknologi bangsa lain.

Suatu bangsa membutuhkan kebanggaan yang terus menerus & berkelanjutan. Kebanggaan atas hasil usaha dan prestasinya sendiri. Prestasi yang diraih atas kemampuan dan daya saing-nya sendiri.

Tanpa energi kebanggaan dan prestasi, tidak akan ada daya gerak yang dapat melahirkan kreasi dan inovasi. Tidak ada gelora semangat untuk terus bangkit dan berprestasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Semangat dari energi daya gerak untuk berprestasi (need for achievement) itulah ruh kebangsaan kita. Sebab jiwa tanpa energi ruh adalah kematian. Sedang ruh tanpa jiwa adalah demit hororisme bagi bangsa.

Sejatinya ruh energi & jiwa yang cerdas dan kreatif dalam berkarya itulah wujud cinta tanah air yang sejati biasa yang kita kenal dengan nasionalisme dan patriotisme. Namun nasionalisme dan patriotisme tanpa sukses dan prestasi bagaikan pohon tanpa buah. Bagaikan lapisan agitasi tanpa bukti.

Kebanggaan yang perlu terus dogelorakan adalah lahirnya karya anak bangsa yang cerdas, kreatif, dan inovatif. Momentum kebanggaan hebat dengan prestasi hanya dapat dilakukan dengan kemampuan IPTEK dan kekuatan ekonomi.

Kemampuan IPTEK dapat diperoleh melalui proses akumulatif (istilah Karl R. Popper) atau melalui proses ledakan revolusi (istilahnya Thomas S. Kuhn). Seperti ledakan revolusi industri yg didahului berbagai revolusi IPTEK sebagaimana pernah terjadi di Eropa dan Asia Timur.

Suatu bangsa perlu terus-menerus melakukan riset aplikasi agar menjadi ledakan revolusi teknologi. Hasil revolusi itu juga harus dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi industri yang menguntungkan secara ekonomi.

Ada dua jalan agar ledakan revolusi teknologi itu dapat terwujud, yaitu pembelajaran giat dan cerdas oleh kemampuan internal bangsa dan juga melalui transfer teknologi terhadap kebutuhan Iptek masa depan.

Semoga dengan KAC Jakarta-Bandung ini dapat jadi momentum transfer teknologi dan dapat menjadi pembelajaran efektif untuk pada akhirnya kita mampu berdiri sendiri, membuat dan memproduksi teknologi serupa. Bila tidak, kita akan menjadi bangsa pecundang yang terus-menerus bergantung kepada teknologi bangsa lain. Sekian

- Advertisement -

Berita Terkini