Catur Politik Jokowi: Antara Prabowo, Ganjar, atau Netral?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Ninoy Karundeng

Jokowi adalah fenomena, fenomenal. Harusnya jadi lame duck, tidak terjadi. Dulu disebut plonga-plongo nyatanya menggetarkan dunia. Suka tidak suka Jokowi mewarnai Dunia; bahkan di antara poros China dan Amerika Serikat.

Kini test paling menentukan bagi Jokowi tengah terjadi. Jokowi harus memilih dan memberikan dukungan. Untuk Ganjar atau Prabowo. Anies dan Imin cuma rongsokan politik. Tak usah dihitung dalam putaran pertama Pilpres. Jika terjadi dua putaran Prabowo diyakini akan menang. Karena demografi politik pendukung Anies cenderung pro-Prabowo.

Dua rongsokan politik ini jadi penyebab sebagian pendukung Jokowi terpecah, menyeberang dukung Prabowo. Adanya harapan kelompok Islam garis keras, dan muntahan suara Anies-Imin. Dalam benak penyeberang: lebih baik mendukung yang menang.

Pun diyakini oleh para penyeberang, indikasi dukungan Jokowi pro-Prabowo dengan munculnya PSI dan Projo yang terindikasi mendukung Prabowo. Budi Arie Projo dihadiahi jabatan Menteri Kominfo menggantikan koruptor Johnny G Plate.

Jokowi di bawah tekanan Amerika dan proxy Amerika baik yang di Singapura, Amerika, maupun yang di dalam negeri. Para penjual negara sedang menggiring Jokowi untuk tunduk kepada kepentingan Amerika.

Ketegasan Jokowi melawan kepentingan Amerika seperti di Freeport, hilirisasi nikel dan bahan tambang mineral, manuver sawit ke Afrika membuat Eropa dan AS blingsatan untuk segera menjatuhkan Jokowi. Jokowi tetap di rel sampai saat ini. Tidak akan tunduk pada kepentingan asing.

Rekam jejak dan kepentingan Jokowi, pasca turun jabatan jelas menjadi kalkulasi politik yang luar biasa pelik. Politik hukum dan hukum politik adalah fatsun yang selama ini terjadi. Maka pasca melepas jabatan, seluruh keputusan Jokowi selama 10 tahun akan menjadi bahan telaah.

Kalau kadrun yang berkuasa, Jokowi bisa jadi akan diadili secara hukum. Ini muncul dari mulut Amien Rais antara lain yang jelas mewakili kaum kadrun.

Kini, yang menjadi masalah. Ke mana kaum kadrun yang 10% dari pemilih akan berlabuh? Jokowi pun memiliki hitungannya sendiri. Dan membingungkan.

Di sisi lain, Jokowi jadi presiden 2 periode, gubernur dan walikota berkat PDIP. Tanpa PDIP, seperti Gibran dan Bobby tak akan jadi walikota di Solo dan Medan. PDIP terlalu berjasa bagi Jokowi untuk ditinggalkan.

Faktor Jokowi pengaruh fenomenal Jokowi sangat terasa. Dua capres bersumpah menyatakan pelanjut Jokowi: Prabowo dan Ganjar.

Awal scenario Pilpres 2024 adalah menghadirkan all Jokowi men. Prabowo dan Ganjar sejatinya bisa dianggap all Jokowi men.

Namun realitas partai dan politik saat ini menginginkan Jokowi berpihak. Ke PDIP alias Ganjar atau ke Prabowo. Sungguh berat bagi Jokowi jika melihat peta politik sekarang.

Wacana Ganjar-Prabowo sejatinya adalah solusi, karena PDIP partai terbesar. Namun elektabilitas dan harapan menjulang Prabowo membuat Prabowo ogah menjadi pasangan Ganjar. Wapres Ganjar.

Wacana Prabowo-Ganjar pun sempat dihembuskan. Yang akar rumput PDIP menolak. Pun Megawati telanjur mendeklarasikan Ganjar sebagai capres, bukan wapres. Deddy Sitorus menyangkal kemungkinan Ganjar jadi cawapres Prabowo.

Prabowo pun tidak mau menjadi cawapres Ganjar. Habiburrohman menepis wacana duet Prabowo-Ganjar.

Jokowi yang menciptakan all Jokowi men. Karena mengangkat Prabowo menjadi Menhan. Sehingga secara fakta, Prabowo tak salah meng-klaim didukung Jokowi. Dia kan Menhan-nya.

Sementara kubu Ganjar dan PDIP merasa bahwa Jokowi harus mendukung Ganjar karena Jokowi adalah kader PDIP. Pelik.

Jokowi tengah berada di atas ujung trisula, tombak bermata tajam tiga. Di mana Jokowi hanya bisa terhindar dari tusukan satu ujung mata tombak yang tumpul: Anies-Imin.

Siapa pun yang Jokowi dukung, Jokowi tengah menentukan jalan hidup dirinya, dan nasib ke depan dua walikota Solo dan Medan.

Netral? Tentu PDIP akan kecewa karena Jokowi adalah kader PDIP.

Maka kejutan baik dari Jokowi, atau di luar Jokowi, karena juga faktor tekanan AS dan Barat bisa menjadi pertimbangan Jokowi.

Juga dan para parpol dalam memberikan arah dukungan. Bahkan pasangan Capres dan Cawapres PDIP dan Gerindra. Demi bangsa dan negara: kata Puan Maharani.

Jokowi tengah bermain catur tingkat tinggi. Yang bagi orang awam rumit. Bagi Jokowi yang menguasai BIN, Bais, dan unsur intelijen lainnya, bukan perkara rumit.

Kita lihat akhir permainan catur Jokowi ketika pada hari terakhir, setelah PDIP menetapkan dan mendaftarkan Ganjar dan cawapres-nya.

- Advertisement -

Berita Terkini