Anas Harus Sikat SBY Bantu Moeldoko atau Su’ul Hotimah Politik

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Welcome untuk Mas Anas Urbaningrum! Yang sudah keluar dari bui. Didapuk dia jadi Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). Dia berpidato heroik. Top. Bagi lingkarannya sendiri. Belum ke Demokrat. Belum membantu Moeldoko. Belum ke Indonesia.

Anas menyindir. Jadi seperti SBY. Hobi SBY menyindir. Takut tembak langsung. AU hanya menyebut Jeddah. Takut sebut SBY. AU tak seharusnya meniru gaya SBY.

SBY hanya berani sekali tembak langsung: kasus Ahok. Tapi dibayar sangat mahal. Menyakitkan bagi SBY dan keluarga. Ucapan Ahok yang didzolimi menyapu satu-satu. Hampir seluruh pedzolim pelawan Tuhan Yang Mahakuasa, termasuk adik HMI hilang bersama Sriwijaya Air, terbukti.

AU harus membuktikan. Bahwa dia korban kriminalisasi oleh SBY. Publik masih penasaran, dan menunggu AU. Publik juga cerdas. Bahwa karena berkuasa, maka politik-hukum dan hukum-politik adalah sah bagi negara.

SBY berkuasa. AU disikat habis. SBY menerapkan kekuasaan. Dikriminalisasilah AU. Agar SBY bisa mengudeta Demokrat. Dan, Demokrat jadi perusahaan keluarga SBY. Anas dikudeta?

Ya. Anas eks Ketua Umum HMI paling berpotensi jadi Presiden RI saat itu, pasca SBY. Harus dikudeta. AU tak dibiarkan bawa Demokrat. Demokrat disiapkan SBY untuk anak memo bau kencur Ibas.

Ibas gagal jadi pemimpin. Turunkan mimpi ke adiknya: Imas, eh AHY. Kini, AHY, SBY, dan Demokrat ibarat bemo reot. Dan, Demokrat bisa disikat kadernya melalui operatornya: Darmizal dan Moeldoko.

Lalu peran Anas. Ini yang disadari pendukung AU. Bahwa PKN hanya akan sukses jika AU berani langsung berhadapan dengan SBY. Kalau AU meniru gaya politik sindirian model zaman SBY, ya PKN wassalam.

Generasi Z dan milenial menginginkan kejelasan. Bukan sindirian. Tegas. Lugas. Gak ada waktu pendalaman bagi melenial. Profane world. Tak harus brangasan. AU punya karakter sendiri. Itu yang dipakai.

Karena sejatinya AU memiliki seluruh syarat untuk menjadi Presiden RI dulu. Dan masih untuk masa depan: Pinter, Islam, NU, Jawa, ganteng, santun. Satu yang perlu diasah: keberanian melawan SBY.

Kalau takut, AU hanya akan jadi hiasan PKN. Dan, PKN jadi bonsai. Seperti bangkrutnya PRD Budiman Sudjatmiko. Atau PUDI Sri Bintang Pamungkas. Meski keduanya habis didzolimi eyang saya Presiden Soeharto, tetap saja partai mereka gagal total. Kenapa? Momentum hilang.

Anas pun akan mengalami hal yang sama. Jika gagal mengapitalisasi modal momentum reotnya Partai Demokrat. Saat ini. Kenapa? Demokrat kuat, Anas dan PKN tak berdaya.

Publik ingat omongan Anas Urbaningrum, yang sampai sekarang belum membuktikan apapun. Terkait janji buku dan lembaran buku, juga belum dibuka oleh AU.

AU masih memiliki kesempatan. Dia masih diharapkan oleh mantan HMI. Agar Mas Anas memimpin perubahan ke depan yang lebih segar. Maka bayangan cap sebagai mantan koruptor harus dibersihkan dulu. Disertu alias disucikan. Baru PKN jadi besar.

Jika SBY dan AHY yang menang, Anas dan PKN gigit jari. Publik juga. Di 2029 bisa jadi AU masuk ke PDIP, seperti Budiman habis mimpin PRD. Atau ke PKS bahkan. Namun, Anas tak akan seperti Sri Bintang Pamungkas. Su’ul hotimah politik.

Oleh sebab itu euphoria bebasnya Anas, maka harapan PKN tergantung kepada pakar politik hebat AU. Dia setara dengan Davil Axelrod, Rahm Emanuel, yang memiliki mentor alias Dick Cheney. AU paham sepak terjang Dick Cheney. Ironis AU justru jadi korban sikap ceremende SBY yang cerdas bin licik.

Bola liar sedang digiring Anas. Momentumnya saat ini. Anas segera buka lembaran buku soal dengan SBY. Paparkan ke publik. Bantu Moeldoko. PKN naik, Demokrat bubar. PKN Berjaya. Semua di tangan Anas Urbaningrum.

Penulis: Ninoy Karundeng.

- Advertisement -

Berita Terkini