Jokowi Beri Sepeda ke Ganjar

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Sepeda Jokowi. Sosok dibilang plonga-plongo. Diejek sebagai Raisopopo, Boneka, oleh Fadli Zon. Kini, jadi manusia kuat. Terkuat di Indonesia. Dua bakal capres berharap dukungan Jokowi. Jokowi makin kuat tak tertandingi. Terbang ke langit.

Tak ada kata lain. Hebat. Masa depan Negara ditentukan oleh Jokowi. Informasi intelijen tentang campur tangan Amerika Serikat dalam Pilpres 2024 bukan isapan jempol. Dan, Jokowi punya strategi sendiri. Mbuh piye.

AS dan Barat dirugikan oleh keputusan Jokowi. Salah satunya soal hilirisasi produk mineral Indonesia. Belum lagi soal minyak sawit, Freeport, Exxon, BP, dll. Pendeknya AS dan Barat tidak nyaman dengan Jokowi.

Top, 10 tahun berkuasa. Indahnya hidup bergelimang kehormatan adalah keindahan tanpa batas.

Sementara, sisi gelap politik juga ada. Politik adalah dunia gelap yang memabukkan. Walaupun, kita ingat. Jokowi jadi Presiden Indonesia bukan karena dia orang politik. Publik ingin Jokowi yang bukan politikus.

Namun, kini kita menyaksikan. Jokowi menjelma menjadi pemain catur politik kelas dunia dan akhirat. Di tengah percaturan politik Pilpres 2024.

Politik membius. Jokowi yang dikira lugu, menjelma jadi orang kuat. Dikelilingi para orang kuat. Jokowi paling kuat.

Para oportunis, relawan politkus, membisiki Jokowi. Para penipu pakai nama relawan Jokowi. Meski isinya cuma segelintir orang, Ketum Sekretaris Bendahara. Karena rajin bakar duit buat acara seremonial. Dikira punya akar di bawah oleh Jokowi.

Gerakan relawan yang sebenarnya ada di akar rumput. Di desa. Di pelosok. Di gang sempit kota. Yang tak pernah tersentuh dan dilihat Jokowi. Tak pernah ketemu Jokowi.

Kini, relawan beneran terpecah-belah. Yang masih mencintai Indonesia, bingung. Menunggu sikap dan titah pecatur politik: Jokowi.

Relawan gadungan, yang sudah jadi komisaris BUMN, Menteri, membuat manuver. Promo diri. Dan, Jokowi menikmati permainan para bedebah.

Manusia bisa berubah. Lupa. Jokowi naik sepeda. Yang mengantarkannya ke Walikota, Gubernur, Presiden. Lalu membuang sepeda itu. Sah.

Apalagi dalam dunia politik. Jokowi memiliki hitungannya sendiri. Politik bukan moral. Politik kebanyakan amoral. Politik adalah kekuasaan. Kekuasaan adalah uang. Uang untuk kekuasan. Agar uang menyatu dengan keuasaan. Itu politik.

Kini, kekuasaan, kekuatan, kehebatan, dan politik ada di tangan Jokowi dan keluarga. Manuver apapun sah. Silakan.

Toh. Pak Jokowi sudah menjadi orang kuat. Keputusan Jokowi didasari konsideran macem-macem. Bisa demi keindahan hidup Sedah, Jan Ethes. Atau, perlindungan Amerika. Dirinya. PDIP. Prabowo. Berkecamuk semua di kepala.

Kebetulan. Ganjar Pranowo tak akan tundak pada Amerika. Dia mewakili Negara; konsep politik luar negeri bebas aktif yang dipraktikkan Jokowi sendiri. Bingung.

Kita tak ingin muncul dalam benak Jokowi. Tentang Negara? Wis ra usah dipikirno le, urip mung sepisan. Ra usah mikul dhuwur lan mendem jero.

(Nggak usah dipikirkan anak-anakku, hidup cuma sekali. Nggak usah balas budi kepada yang sudah memberi manfaat.)

Rakyat Indonesia menunggu Jokowi. Megawati menunggu Jokowi. PDIP menunggu Jokowi. Prabowo pun menunggu Jokowi.

Kita ingin, Jokowi yang menaiki sepeda ke Istana dua kali. Dia berikan sepeda tersebut ke PDIP yang membayar cicilan sepeda tersebut. Kepada Ganjar. PDIP. Bukan yang lain.

Penulis: Ninoy Karundeng.

- Advertisement -

Berita Terkini