Toleransi Adalah Kekuatan Yang Menjadikan Bangsa Utuh dan Kukuh

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Salah satu yang menyebabkan hancurnya sebuah bangsa karena tidak adanya persatuan dan kesatuan. Terlebih bila sebuah bangsa terdiri dari beragam suku budaya dan agama. Merasa lebih utama, lebih benar, lebih besar, menyebabkan munculnya praktik-praktik intoleransi yang pada waktunya tidak ada lagi nilai kebersamaan.

Kondisi seperti itu akan rapuh yang menyebabkan terjadinya perpecahan. Baik dilakukan oleh bangsa sendiri maupun bangsa luar yang bertujuan menghancurkan untuk dikuasai. Lihatlah Afghanistan dan beberapa negara lain yang berkonflik antar sesama bangsa sendiri, tidak berkesudahan. Tentu kita tidak ingin mengalami hal tersebut terjadi di sini.

Maka sudah tepat jika dulu para pendahulu mendirikan bangsa ini atas dasar Pancasila. Bukan berdasar agama, bukan untuk satu golongan, bukan pula atas ras tertentu. Karena founding father kita meyakini bangsa Indonesia terdiri dari banyak ragam latar belakangnya. Maka semboyan Bhineka Tunggal Ika menjadi tepat sebagai slogan pemersatu bangsa.

Beberapa waktu lalu, bangsa ini beberapa kali diuji kesolidannya sebagai bangsa. Ada anasir-anasir radikalisme yang ingin mengubah dasar negara Pancasila menjadi penganut sistem khilafah, serta mengganti NKRI menjadi Negara Islam. Puji Tuhan, atas berkat Rahmat Allah SWT, semua itu bisa dilalui dan diatasi.

Hal ini berkat kebersamaan dan kekompakan mayoritas warga yang masih memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara. Untuk itu, pentingnya menjaga toleransi antar umat beragama perlu pula ditanamkan sejak dini. Hal ini sempat terpantau saat sejumlah siswa dan guru SDN 01 Nambangan Lor Kota Madiun berkunjung ke SDK Santa Maria Kota Madiun, Jumat (20/12/2019). Tiga tahun lalu.

Saat kunjungan, siswa SDN 01 Nambangan Lor membawa tumpeng. Mereka bermaksud mengucapkan selamat merayakan Natal kepada siswa dan guru SDK Santa Maria. Kegiatan tersebut merupakan salah satu contoh dan bukti nyata merajut kebhinekaan. Sekaligus sebagai bentuk pembelajaran kepada anak sejak dini tentang menghargai dan menjaga kerukunan antar umat beragama.

Salah satu siswa SDN 01 Nambangan Lor, Maharani Ayuningratri merasa senang apalagi kegiatan ini baru kali pertama diikutinya. Dalam kegiatan ini ia juga menyerahkan pohon jeruk yang dijadikan sebagai simbol persatuan, “Ini pertama kali, ya senang banget bisa berkunjung ke sini. Kita sama-sama anak Indonesia. Saya ingin mengucapkan selamat merayakan Natal kepada teman-teman di SDK Santa Maria,” ujarnya,

Alhamdulillah, sejak FPI dan HTI kukut, ibadah misa malam Natal terpantau lancar (meski hujan mengiringi). Tidak ada lagi ancaman dosa, haram dan neraka. Tidak ada lagi paksaan tidak menggunakan atribut natal melalui aksi sweeping. Tidak ada lagi perusakan fasilitas publik yang bernuansa natal.

Jika pun ada ucapan dan larangan, itu hanya berlaku untuk kalangan mereka sendiri. Gaya semacam itu sudah tidak laku, sepanjang aparat mampu tegas memberangus aktivitas seperti itu. Negara menjamin warga memeluk agama masing-masing, untuk itu juga harus menjamin ibadah mereka.

Semoga saja, hal ini awal baik dari tumbuh-kembangnya toleransi, serta melahirkan kebijakan yang tidak diskriminatif terhadap minoritas (terkait pendirian rumah ibadah). Hormat pula kepada Banser NU dan kini Kokam Muhammadiyah yang mau membantu aparat menjaga kantib ibadah natal.

Kan enak suasana seperti ini, syahdu mendayu. Tidak melulu padu dan mencucu, debat tidak jelas ujung pangkalnya sampai.kiamat. Tidak mendapat hasil yang manfaat. Capek energi fisik, pikiran juga perasaan (hati). Lama-kelamaan menjadi penyakit dan tidak membuat hidup bahagia. Hiduplah saling rukun dan hormat juga menghargai, insyallah berkah.

Penulis : Agung Wibawanto

- Advertisement -

Berita Terkini