Biasa Safari Politik, Kemana Anies?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Opini – Kemana Anies yang terakhir terpantau melakukan safari politik ke daerah Papua? Seperti diketahui publik, kunjungan tersebut menimbulkan polemik karena pemberian nama Yohannes kepada Anies oleh seorang tetua adat ataupun tetua agama di sebuah rumah doa.

Sejak itu, tidak terdengar lagi berita safari politiknya. Mungkin jeda liburan Natal dan Tahun Baru, atau apa tidak diketahui alasannya. Namun Anies sempat pula membuat gaduh saat perayaan Natal. Ternyata, Anies tidak mengucapkan Selamat Natal se ada langsung. Berikut kutipan di akun Twitternya.

“Semoga kedamaian, kebahagiaan dan keteduhan mengiringi umat Kristiani di hari perayaan Natal ini. Selamat berkumpul bersama keluarga dalam kehangatan, keceriaan dan kenangan indah,” cuitnya.

Ungkapannya itu sudah pasti direspon banyak netizen. Anies dianggap takut mengucapkan Selamat Natal, padahal sudah menerima diberi nama Yohannes. Ada pula yang mengingatkan kembali Anies sebagai bapak politik identitas atau juga bapak intoleran dan sebagainya.

Pada moment Tahun Baru pun, Anies tidak memanfaatkan bertemu dengan pendukungnya di daerah-daerah. Dia lebih memilih kumpul bersama keluarga nonton film dokumenter. Ada apa? Ada bisikan tetangga yang mengatakan bahwa Anies mendapat teguran dari kelompok Islam garis keras yang selama ini mendukungnya.

Mungkin saja dia benar-benar mematuhi karena takut kehilangan suara dari kelompok tersebut. Novel Bakmukmin mengomentari soal pemberian nama Yohannes. Menurutnya pemberian nama gak masalah, yang masalah kalau pluralis. Itu pandangan para pendukung Anies, yang tidak mengakui bahwa bangsa Indonesia adalah pluralis.

Semakin jelas bahwa pemberian nama Yohannes hanyalah drama saja untuk meraih simpatik suara dari golongan Kristiani. Basis Anies tetaplah mengikuti kelompoknya yakni Islam garis keras. Tidak perlu ditutupi lagi, nyatakan saja demikian daripada mempolitisir agama dan identitas lainnya. Tipu sana tipu sini.

Itulah politik tanpa etika. Sejak awal saja sudah keliru, karena Bawaslu menganggap Anies tidak etis melakukan sesuatu yang berkesan curi start kampanye. Alih-alih sudah dimulai agenda kampanye, menjadi capres pun belum (pendaftaran capres 10 Oktober – 25 November 2023). Bahkan dideklarasikan oleh koalisinya pun belum.

Ini yang menjadi soal, mengapa hingga kini koalisi Perubahan belum sepakat mendeklarasikan bacapres dan bacawapresnya? Masih ada yang belum kelar pembahasannya? Atau masih saling bertahan atas keinginan masing-masing? Tidak heran, karena hal ini pula, wakil ketua NasDem, Ahmad Ali, menyatakan bisa saja koalisi ini gagal.

Menurutnya, koalisi itu harus setara, “Jika ada partai yang merasa penting dan memaksakan kehendak, maka bisa saja gagal,” ujar Ali. Anies sendiri nampaknya bukan sebagai leader dalam koalisi tersebut, melainkan hanya mengikuti saja apapun keinginan koalisi, terutama partai NasDem. Di mana-mana, meski dia independen, maka saat dinyatakan sebagai capres, dialah yang pegang komando.

Nasib Anies untuk maju dalam kontestasi pilpres 2024 ternyata masih amat panjang. Bahkan sangat mungkin untuk gagal. Padahal, Amien Rais yang berhasil menjadikan partai Ummat sebagai peserta pemilu telah mengatakan, “Siap sebagai bagian penjegal,” ucapnya. Tentu maksudnya menjegal calon yang “direstui” Jokowi. Itu hidden agenda AR bersama partai ummatnya.

Oleh: Agung Wibawanto

- Advertisement -

Berita Terkini