Sejatinya Posisi Mahasiswa

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Dari sudut pandang sosiologis, mahasiswa sering disebut sebagai “bahan manusia yang terbaik dalam suatu bangsa” (the best human material of a nation). Cak Nur (2019:1253) menambahkan bahwa kedudukan mahasiswa dalam pola-pola sosial berada pada posisi selaku “elit strategis”.

Atas pertimbangan ini maka logis jika banyak orang dan kelompok dari susunan mapan yang selalu mencoba merebut hati mahasiswa dan menguasainya.

Peranan mahasiswa dalam sosial-politik sering tampil dengan tingkat pergerakan yang menakjubkan. Hal tersebut dapat kita lihat beberapa contoh, seperti peranan mahasiswa Indonesia ikut dalam menumbangkan dua rezim, yakni rezim Orde Lama (Orla-Soekarno) dan Orde Baru (Orba-Soeharto); di Korea mahasiswa menumbangkan kekuasaan diktator Rhee, dan penggantian pemerintahan militer dengan pemerintahan sipil yang lebih demokratis di negara Muangthai (Thailand).

Mahasiswa menjadi bahan manusia yang terbaik tentu disebabkan karena kualitas-kualitas yang inheren dalam dirinya, misalnya kualitas keintelektualan, kualitas secara fisik, kualitas semangat keberanian, kekritisan, kepekaan sosial, kepedulian masa depan (kualitas visioner dan futuristik), dan kualitas-kualitas positif lainnya yang mengarahkan pada sebuah tanggungjawab sosial.

Tak berlebihan dan memang benar bahwa mahasiswa adalah agen perubahan (agent of change), sejarah telah membuktikan itu baik secara perlahan maupun perubahan secara cepat. Selain memiliki peranan terhadap perubahan, mahasiswa juga adalah sebagai pengontrol sosial (agent of control social). Selain itu, menurut saya juga mahasiswa dapat menjadi pengontrol politik dan pemerintahan dalam artian luas.

Misalnya, mahasiswa harus pro aktif untuk mengkritisi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan yang tidak pro kepada rakyat dan keadialan sosial. Bukankah sejatinya pemerintahan dibentuk untuk melindungi rakyat dalam seluruh aspek kehidupan yang baik. Dari peranan ini jelas bahwa mahasiswa berada dalam posisi jembatan (penyuara) kepentingan rakyat.

Mahasiswa dengan segala kemampuannya itu berusaha mengaktualisasikan peranan moral, peranan sosial dan peranan intelektual yang inheran dalam diri mahasiswa. Hal ini perlu untuk kita sadari. Persoalan-persolan sosial perlu untuk dikaji dan disikapi.

Salah satu contoh yang terus mesti kita kritisi saat ini adalah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Bagaimana pun rasionalisasi yang dibangun oleh pemerintah, jelas dan konkret rakyat merasakan dampak negatifnya. Efek domino kenaikan BBM akan mempersulit rakyat secara luas, belum lagi berdampak pada industri dan sektor lainnya.

Angka kemiskinan akan naik, bahan pangan akan naik, para buruh akan terancam dalam pekerjaannya, dan hal-hal buruk sedang menunggu kita semua. Bahkan daya beli mahasiswa untuk gorengan yang menjadi konsumsi saat berdiskusi dan rapat organisasi akan melemah. Bantuan Langsung Tunai (BLT) menurut saya tidaklah dapat menjadi solusi, malah akan menambah masalah baru.

Belum selesai persoalan BBM, saat ini kita dihadapkan dengan kinerja buruk pemerintah untuk melindungi data pribadi yang baru-baru ini menjadi pembicaraan hangat. Kebocoran data pribadi tersebut menunjukkan kelemahan sistem perlindungan data kita, dan pemerintah terlalu latah semua data harus digital. Alih-alih negara kita ingin bersaing dan maju dalam era digital, pada kenyataannya negara kita hanya konsumerisme. Belum lagi berbagai masalah sosial lainya, seperti dampak pencemaran lingkungan, kasus agraria, kasus korupsi, dll.

Persoalan-persoalan sosial mesti harus terus disuarakan oleh mahasiswa dengan berbagai cara yang etis dan elegan. Berbagai media saat ini dapat membantu kita untuk menyuarakannya. Berbagai cara dapat kita lakukan untuk menyampaikan aspirasi rakyat, pemerintah seharusnya tidak bertelinga tipis, dan pihak keamanan tidak berlaku represif. Seperti yang dituliskan Soe Hok Gie dalam catatan hariannya (Catatan Seorang Demonstran), bahwa mahasiswa harus memainkan peranan sebagai cowboy.

Datang ke sebuah kota untuk menumpas kejahatan di kota itu. Setelah itu ia harus pergi lagi tanpa seorang penduduk kota itu mengetahui siapa penolong mereka dan kemana ia pergi. Berbagi ilmunya tanpa mengharap pamrih.

Untuk itu, jelas bahwa sejatinya posisi kita sebagai mahasiswa berada bersama rakyat. Dengan corak dan pola strategi gerakan yang berbeda-beda, sejatinya tujuan kita adalah untuk melawan kebijakan yang tidak pro rakyat, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh para mahasiswa terdahulu.[]

Oleh :  Abdul Rahman (Ketua Umum Badko HMI Sumut Periode 2021-2023).

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
- Advertisement -

Berita Terkini