Bagaimana Sikap Kader HMI Terkait Perang Dagang AS dan Cina?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Cina kerap menjadi perhatian publik khususnya terkait perang dagang. Perang dagang itu banyak diperbincangkan dalam berbagai forum diskusi, termasuk dalam forum Advance Training (LK III) Badko HmI Riau-Kepri kemarin, Senin 27 September 2021.

Dalam diskusi tersebut, mengundang Anggota DPR RI dari Komisi XI Kamrussamad, tapi karena beliau berhalangan hadir, akhirnya diwakili oleh Staf Ahli komisi XI Dr. Embang Syasyadin dan moderator oleh saya, Anis Lukmanul Hakhim, salah satu peserta Advance Training (LK III) asal Badko Jabodetabeka Banten.

Terkait perang dagang AS dengan Cina, sama-sama kita ketahui negara adidaya dunia seperti Amerika dan Cina yang memiliki kekuatan dari segi apapun tidak luput dari perang ekonomi global. Menurut Humhrey Wangke (2020), perekonomian Amerika dan Cina mempunyai peran yang sangat besar di dunia.

AS dan Cina menargetkan mencapai kesepakatan mengenai sektor perdagangan dalam waktu 90 hari sejak Desember 2018. Namun, Donald Trump (waktu itu menjadi sebagai Presiden AS) menyatakan pihaknya tetap akan menaikkan tarif impor menjadi 25 persen atas barang-barang Cina senilai US$200 Miliar pada 10 Mei 2019.

Perang dagang pun terus berlanjut. Pada pertengahan Januari 2020, AS dan Cina meneken kesepakatan damai dagang Fase I. Salah satu poin kesepakatan damai dagang itu menyebutkan Cina setuju membeli barang dari AS senilai US$200 Miliar, lalu tambahan US$32 miliar untuk pembelian produk pertanian dan makanan laut, hampir US$78 Miliar untuk barang-barang pabrik seperti pesawat, mesin, dan baja, juga US$52 Miliar untuk produk energi. Demikian penjelasan Embang Syasyadin.

Nah, sekarang bagaimana kader HMI menangkap peluang terkait adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China tersebut, dan bagaimana supaya kader HMI yang kelak akan menjadi pemimpin supaya tidak dikendalikan oleh oligarki atau kapitalis? Pertanyaan ini yang dari saya selalu moderator kepada Narasumber.

Emang Syasyadin menjelaskan bahwa, perlunya kader HMI mempunyai jiwa entrepreneur, jiwa bisnis sebagai kader yang mandiri akan finansial, juga kelap akan menjadi pemimpin di negeri ini terkait menyikapi adanya perang dagang antara Amerika Serikat versis Cina.

Selain itu, perlunya kader HMI membuka jaringan (network) ke berbagai sektor, baik jaringan lokal, nasional maupun international untuk nantinya berdiplomasi dengan negara tetangga.

Menurut saya, sebagai sebuah tanggapan balik, kita sebagai aktivis HMI atau profesi apapun itu perlunya membangun jaringan atau relasi untuk menopang kemampuan (skill) itu sendiri, karena jaringan atau network tidak bisa dibeli dengan uang tapi bisa dibangun dengan persahabatan dan follow secara rutin.

Dalam kegiatan tersebut, Perserta Advance Training atau Latihan Kader III (LK III) Badko HMI Riau-Kepri terdiri dari 58 peserta dari perwakilan 20 Badan Koordinasi (Badko) HMI seluruh Indonesia. []

Oleh: Anis Lukmanul Hakhim (Peserta LK III HMI Badko Riau-Kepri Asal Badko Jabodetabeka-Banten)

- Advertisement -

Berita Terkini