Menteri Pertanian Ajak Makan Singkong! Jangan Pernah Dianggap Remeh

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Di media yang saya baca, Menteri Pertanian menyarankan agar masyarakat mengkonsumsi singkong. Pernyataan tersebut dilontarkan menanggapi mahalnya harga gandum belakangan ini. Saya menilai apapun bisa terjadi di tengah kondisi seperti yang sekarang. Kita memang masih bersyukur karena pertumbuhan ekonomi masih terjadi, dan belum memasuki tahapan krisis apapun.

Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, Jumat (12/8/2022) di Medan.

“Tetapi perang Rusia–Ukraina sudah memberikan kita banyak pengalaman dan pelajaran. Gangguan rantai pasok global terganggu dikarenakan perang tersebut. Harga pupuk menjulang tinggi yang membuat harga pupuk di tingkat petani menjadi lebih mahal. Memicu peningkatan biaya input produksi yang bisa memicu kenaikan harga maupun menurunkan produktifitas tanaman pangan kita,” kata Benjamin.

Sayangnya, sambung Benjamin, tensi geopolitik belakangan ini semakin meningkat dan meluas. Dengan ancaman perang yang semakin besar. Di sisi lain, pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa perang berpotensi memicu kenaikan biaya hidup masyarakat atau memicu kelangkaan komoditas tertentu yang dibutuhkan. Dan Presiden berulang kali terus menyampaikan bahwa ada ancaman krisis pangan global.

“Nah, kita tidak berharap perang atau ancaman krisis pangan terjadi di negeri ini. Tetapi kita harus bersiap dengan segala kemungkinan terburuknya. Karena sekalipun kita tidak terlibat dengan perang secara langsung, bukan berarti dampaknya tidak bisa dirasakan di tanah air,” ujarnya.

Benjamin mengungkapkan, pengalaman sebelumnya yakni kenaikan harga pupuk jelas akan mengancam penurunan produktifitas tanaman pangan di tanah air. Kalau berbicara tanaman padi, ini ketergantungan terhadap pupuk dan pestisidanya cukup besar.

“Saya menghitung total kebutuhan biaya tanaman padi itu berkisar 16 juta per hektarnya. Komponen yang paling besar adalah pupuk dan pestisida,” kata Benjamin.

Jadi, lanjut Benjamin, jika gangguan pasok terus terjadi akibat perang yang kian meluas. Maka tanaman padi ini yang sangat bergantung pada pupuk berpeluang mengalami penurunan produksi.

“Sementara singkong, ini tanaman yang jauh lebih rendah membutuhkan pupuk atau bahkan tidak sama sekali, serta memiliki kemungkinan berhasil yang lebih tinggi dibandingkan tanaman pokok lainnya seperti padi,” tambahnya.

Jadi, ujarnya, jangan anggap remeh ajakan menteri pertanian tersebut. Kondisi ekonomi global tengah dalam ketidakpastian, dan tidak ada yang bisa memperkirakan apakah perang ini akan meluas, atau terhenti. Generasi baby boomers menjadi saksi kalau mereka pernah makan singkong atau bahan makanan lain selain beras. Kalau generasi X saya pikir sebagian masih mengalami hal tersebut.

“Generasi millenial dan setelahnya ini yang sudah terbiasa makan nasi. Padahal ancaman krisis yang lebih luas itu terjadi saat sekarang. Memang akan lebih baik jika dilatih untuk mengkonsumsi singkong, setidaknya bisa lebih bersiap untuk menghadapi ancaman krisis pangan global saat ini,” tandasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini