Jangan Buka Ruang Negoisasi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – “Tuan rumah takkan berunding dengan maling yang menjarah rumahnya”. Itulah kutipan (qoute) paling kondang dari Tan Malaka, Bapak Republik, Pejuang Kemerdekaan kita yang dilupakan.

MRS, pentolan FPI, telah menjarah 30,91 hektar tanah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Megamendung, Bogor – dan ada pasal pidana yang dilanggar di situ.

Meski MRS dan wakil FPI membantah dan mengaku membeli dari petani penggarap di sana, tapi kepemilikannya secara hukum tidak sah.

Pihak PTPN pun sudah mengirimkan surat somasi kepada Pondok Pesantren Agrokultural Markaz Syariah – agar wilayah segera dikosongkan.

Saya kira ini juga momentum bagi semua pihak yang sudah memperkarakan MRS untuk banyak kasus lainnya. Mumpung si Macan cabul sudah tertangkap. Sudah dikerangkeng. Tak bisa menggigit lagi.

Apalagi kini ada kasus tambahan. Dugaan chatt mesumnya dengan Firza Husen dibuka dan siap disidang lagi.

Dia yang selama ini koar koar “revolusi akhlak” – menggagas “NKRI Bersyariah” dan berani menantang siapa saja – mendikte pemerintah – bahkan sok nuntut pembebasan tahanan teroris sebagai syarat damai – kini harus menghadapi rentetan masalah yang dibuatnya sendiri.

Asumsi saya PTPN mengambil momentum ini saat pemerintah tegas kepada MRS. Sebelumnya, nampak tak ada keberanian, meski patut diduga mereka tahu MRS mencaplok tanah negara.

Tak ada keberanian melakukan tindakan hukum kepada MRS karena ada spekulasi dia dibackingi orang kuat. Khususnya dari Pemprov Jawa Barat. Ada bohir level elite juga di Jakarta.

Ketika akhirnya terbukti dia bisa diborgol dan masuk bui Polda Metro Jaya akhirnya tindakan hukum dari pihak lain yang selama ini dirugikan, dilakukan. Pintu sudah terbuka – PTPN pun masuk.

Jangan membuka ruang negosiasi, kata aktifis pro NKRI dan netizen mengritik Menkopolhukham Mahfud MD yang mencoba memberi jakan tengah dengan meneruskan kegiatan pesantren dengan memasukkan NU, MUI dan FPI.

Kita sudah sama sama mengenal dan kelompok FPI mereka menggila, anarkis saat berkuasa di wilayah kekuasaannya tapi mengajak dialog, negosiasi, saat terpojok dan lemah.

Licik dan culas.

Saya setuju penegasan penutupan ruang negosiasi itu. Seperti kata Bapak Republik kita, Tan Malaka, “Tuan Rumah takkan berunding dengan maling yang menjarah rumahnya. *

Oleh : Supriyanto Martosuwito

- Advertisement -

Berita Terkini