Membangun Kesejahteraan Petani Sawit Keluarga Tangguh Ramah Anak

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Bandung – Dalam upaya membangun kesejahteraan petani sawit skala kecil dengan kerangka perkebunan kelapa sawit tangguh dan ramah keluarga, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) kali ini menggelar webinar bersama Universitas Trisakti dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tanggal 17 dan 22 Desember 2020.

Dalam paparan materinya, Sigit Iko selaku narasumber menjelaskan tentang Sawit Keluarga Tangguh Ramah Anak (WIGATRA), yaitu model perkebunan kelapa sawit skala keluarga yang tangguh dan ramah keluarga.

“Melalui WIGATRA, keluarga petani sawit diharapkan memiliki kemampuan mengelola perkebunan kelapa sawit sebagai sumber penghasilannya secara baik, menguntungkan, taat pada aturan yang berlaku, peduli terhadap kondisi sosial dan lingkungan, sehingga terwujudlah sebuah usaha perkebunan skala keluarga yang berkelanjutan,” ujarnya.

Maria R.Nindita Radyati, Direktur Eksekutif CECT Universitas Trisakti menjelaskan bahwa pengadaan koperasi di desa-desa dapat mendukung berkembangnya WIGATRA. Hal ini sama seperti perkebunan karet di daerah Pagar Dewa Bengkulu, dimana CECT mendampingi untuk pembuatan koperasi petani karet dan koperasi simpan pinjam. Koperasi ini memiliki peran untuk membeli pupuk dan bibit bersama-sama. Koperasi memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup para petani.

“Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyukseskan kegiatan ini adalah memberi penyadaran kepada perusahaan dan membebaskan diri dari hutang piutang supaya dapat bergabung menjadi anggota koperasi,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Neng Hannah, Ketua Jurusan Filsafat dan Aqidah Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Beliau memaparkan memaparkan materi tentang mengurai kemiskinan dan kaitannya dengan anak. Dalam pemaparannya beliau menjelaskan beberapa sektor yang paling berat menanggung dampak pandemi Covid-19.

“Dampak pandemi Covid-19 pada sektor perkebunan kelapa sawit juga turut terkena imbasnya seiring dengan turunnya permintaan CPO global. Pada Januari 2020, ekspor kelapa sawit Indonesia turun hingga 30% yang diakibatkan pemberlakuan Lockdown sejumlah pasar minyak mentah (Crude Palm Oil/CPO),” ujarnya.

Selain itu, sejumlah pekerja/buruh terancam terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), akibat lesunya kegiatan usaha di sektor perkebunan kelapa sawit. Ancaman tersebut kemungkinan menyasar buruh harian lepas yang banyak bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit.

“Hal ini lantas semakin memperkuat kebutuhan pengimplementasian WIGATRA di masyarakat terutama dalam keluarga petani sawit. WIGATRA dapat memperkuat ketangguhan ekonomi keluarga serta dapat mendorong terwujudnya sebuah usaha perkebunan skala keluarga yang berkelanjutan,” pungkasnya. (red)

 

 

 

- Advertisement -

Berita Terkini