Harga Bawang Putih Meroket, Daya Beli Petani Hancur Karena Harga Cabai Masih Terbenam

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Sejak akhir bulan Februari, terjadi peningkatan harga bawang putih di China yang menggiring kenaikan harga bawang putih di tanah air.

“Saat ini di sejumlah pasar tradisional di kota medan dijual di kisaran harga 36.600 per Kg berdasarkan pemantauan melalui PIHPS. Padahal harga bawang putih pada kahir pekan kemarin masih bertengger di kisaran 30 ribuan per Kg,” kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Selasa (9/5/2023).

Sementara itu, lebih lanjut Benjamin menjelaskan harga bawang putih dari China belakangan mengalami kenaikan sekitar 30%, di kisaran harga saat ini $1.200 per tonnya. Faktor cuaca menjadi salah satu alasan, dimana diproyeksikan bahwa pada masa panen bulan Mei ini akan lebih rendah dibandingkan dengan bulan lainnya.

“Meski demikian harga bawang putih masih tertolong oleh penguatan mata uang Rupiah. Yang tidak lantas memicu terjadinya kenaikan yang lebih buruk dari harga bawang putih di pasar saat ini,” kata Benjamin.

Selain bawang putih, kata Benjamin, juga terjadi kenaikan tipis pada harga bawang merah dari kisaran 29.200 per Kg menjadi 30 ribu per Kg saat ini.

“Di sisi lain, kenaikan harga juga terjadi pada telur ayam di sjeumlah pasar di kota Medan. Dimana harga telur ayam ditransaksikan dikisaran 27.200 per Kg nya, dari posisi 26.150 pada akhir pekan sebelumnya,” jelasnya.

Sementara itu, kata Benjamin, petani cabai masih merasakan penderitaan yang sepertinya belum akan usai di bulan ini. Pasokan cabai terus berdatangan, terakhir dari batubara dan tarutung kembali membanjiri pasar sehingga harganya masih tertekan.

“Di pasar tradisional di sekitar medan, harga cabai terpuruk dalam rentang 10 ribu hingga 15 ribuan per Kg. Dan tidak terbayang bagaimana harga di level petani yang bisa mencapai 3 ribu hingga 5 ribu per Kg nya,” kata Benjamin.

Penurunan harga cabai tersebut, ungkapnya, telah membenamkan daya beli petani cabai. Dimana nilai tukar petani cabai yang masuk dalam sub sektor tanaman hortikultura (NTPH), mengalami penurunan nilai tukar sebesar 3.48% pada bulan April kemarin.

“Saat ini indeks NTPH berada di level 83.66 dari posisi bulan Maret yang sebesar 86.67. Nilai indeks yang kian menjauh dari angka 100 kian mempertegas bahwa petani tanaman hortikultura daya belinya kian terpukul, seiring dengan harga jual panen yang memburuk,” jelas Benjamin.

Dikatakannya, tidak ubahnya dengan harga cabai, harga sawit yang tercermin dari harga CPO belakangan ini juga mengalami penurunan yang cukup tajam. Sejumlah petani sawit sudah mengeluhkan penurunan harga TBS yang di mulai dibawah Rp. 2.000 per Kg nya.

“Sementara, harga CPO saat ini ditransaksikan dikisaran level 3.700-an ringgit per ton. Setelah sebelumnya (awal bulan ini) sempat terpuruk hingga kelevel 3.196 ringgit per tonnya,” imbuhnya.

Benjamin mengatakan, sisi positif dari penurunan harga CPO tersebut adalah terjadi penurunan pada harga minyak goreng. Berdasarkan PIHPS hari ini harga minyak goreng dijual di kisaran 13.600 per Kg nya.

“Turun dari posisi rata rata sebelumnya di angka 14 ribu per Kg. Konsumen minyak goreng tentunya senang dengan kabar tersebut. Namun sudah pasti tidak dengan petani sawitnya,” tandasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini