Buku yang Membuat Anak Mandiri Belajar

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kehadiran buku tak dipungkiri mendorong pola pikir seseorang dengan hadirnya ragam konten yang dibaca. Tak terkecuali bagi seorang anak. Khususnya bagi anak di usia SD. Ketertarikan membaca menjadi modal utama dalam penguatan literasi mereka. Literasi bagaimanapun menjadi item penting dalam mengeksplorasi dan memahami pengetahuan.

Agar kondisi ini terwujud, penulis buku sebaiknya memahami teks, materi, dan perwajahan yang sesuai dengan dunia anak. Kebanyakan anak usia SD merasa lebih tertarik dalam visual yang menyenangkan baginya. Penulis dapat menyertakan ilustrator dan layouter dengan hasil visual dan desain yang menarik. Kolaborasi ketiga personal ini sangat mendukung terhadap hasil yang diharapkan.

Kira kira apa saja yang harus dilakukan agar buku menarik bagi anak?

Pertama, kenali perkembangan psikologis dan intelektual anak. Setiap fase anak memiliki keunikan. Begitu pun kondisi umum pada anak. Kita bisa menelaahnya melalui referensi psikologi dan pedagogik. Terlebih bila buku yang ditulis adalah pendamping buku teks atau buku non teks. Keumuman anak yang cenderung visual dan duplikasi disertai dengan gaya berpikir konkret menjadi acuan. Jangan menghidangkan teks yang tidak dekat dengan dunia anak apalagi pernyataan abstrak. Anak cenderung disajikan narasi yang nyata, akrab, dan dibumbui dengan ilustrasi visual yang menarik.

Kedua, susun teks yang singkat dan padat. Jangan menyusun teks yang panjang. Teks yang singkat dan padat lebih cepat ditangkap maknanya oleh benak anak. Ini penting diperhatikan sebab perkembangan berpikir anak sedang proses konkret. Konkretisasi ini menjadi modal dasar menuju berpikir abstrak. Teks yang disusun tetap memperhatikan apa yang dibutuhkan sebagai nutrisi berpikir anak.

Ketiga, sajian buku akan lebih mendorong anak pada sisi psikomotorik apabila disajikan rubrik khusus agar anak bisa belajar mandiri. Apa yang dibaca hendaknya disandingkan dengan apa yang dilakukan. Saya dapat berpikir dan apa yang dapat saya lakukan, sepertinya menjadi kebutuhan untuk pembentukan tingkat berpikir yang diimbangi dengan psikomotorik. Dua sisi ini layaknya akan menjadi energi positif dalam menjalani kehidupan dalam dunianya.

Keempat, berikan contoh konkret kehidupan sosial yang positif dalam teks. Kehidupan sosial tak dipisahkan dari dunia anak. Anak dikenalkan pada situasi dan contoh sosial yang empatik dan simpatik serta pergaulan mereka yang positif sesuai dengan dunianya. Penulis dapat menyajikannya misalnya melalui cerita atau pengalaman tertentu yang bernuansa positif.

Kelima, bagi kelompok usia anak yang sudah mampu membaca, penulis dapat menyajikan rubrik konten yang dibaca. Rubrik ini disusun secara runtut dan logis. Keruntuhan dan logis ini berada dalam alur pengenalan konten, tanggapan terhadap pengenalan konten, materi inti, sajian latihan mandiri, sampai pada refleksi diri. Tentu, bahasa dalam rubrik disusun dalam teks yang mudah dipahami anak.

Beberapa tips di atas setidaknya menjadi upaya positif dalam membangkitkan semangat belajar dan literasi anak. Sebab, literasi yang kuat di usia anak akan menjadi kekuatan dalam perkembangan berpikir pada fase selanjutnya.

Oleh: Rudi Ahmad Suryadi

- Advertisement -

Berita Terkini