Investasi di Tahun 2023 Tuntut Kewaspadaan Tinggi, Direkomendasikan Wait And See Di Awal Tahun

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Pekan pertama tahun 2023, data inflasi akan menjadi data pembuka yang akan mempengaruhi kinerja pasar keuangan di tanah air.

“Inflasi secara year on year pada bulan desember diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan dengan bulan november. Dan secara bulanan atau month to month pada bulan Desember tetap akan naik,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan Sumatera Utara, Minggu (31/12/2022).

Namun, Benjamin menilai rilis data inflasi tersebut tidak akan banyak berpengaruh pada kinerja pasar keuangan. Jika ditarik data 5 tahun belakangan ini, kinerja IHSG kerap mengalami penguatan pada saat tahun baru.

“Setidaknya menguat dalam kurun waktu 2 pekan perdagangan. Akan tetapi, pernah turun pada saat tahun baru 2020, dimana pandemi Covid-19 kala itu mulai menjangkiti banyak Negara di dunia,” kata Benjamin.

Ditambahkan Benjamin, sehingga pelaku pasar banyak yang mengambil posisi jual, dan menekan IHSG hingga titik terendahnya pada bulan maret 2020, yang sempat menyentuh level 4.194. Pada dasarnya Covid-19 kala itu sudah ditemukan di banyak Negara di akhir tahun 2019.

“Sehingga pelaku pasar sudah mendapatkan input informasi bahwa kondisi ekonomi di tahun 2020 akan memasuki masa suram, dan faktanya telah memicu resesi di banyak Negara termasuk Indonesia kala itu,” jelas Benjamin.

Saat ini, lanjutnya, pelaku pasar juga sudah mendapatkan konfirmasi bahwa di tahun ini akan ada banyak Negara yang mengalami resesi. Sementara Indonesia sejauh ini diproyeksikan mengalami perlambatan ekonomi.

“Di tengah situasi seperti sekarang, resesi yang akan terjadi pada tahun ini lebih jelas kelihatan dibandingkan dengan awal tahun 2020 silam,” ujarnya.

Jadi, kata Benjamin, sebaiknya pelaku pasar berhati hati di awal tahun ini. Saya melihat potensi koreksi pada bursa saham di awal tahun sangat berpeluang terjadi.

“Direkomendasikan pelaku pasar mengambil posisi wait and see. Di pekan ini juga ada FOMC Minutes Bank Sentral AS atau The FED. Yang tentunya akan memberikan konfirmasi kebijakan apa yang akan di ambil AS nantinya,” ujarnya.

Di sisi lain, sambung Benjamin, mata uang Rupiah yang pada akhir tahun kemarin ditutup menguat, akan berpeluang bergerak dalam rentang 15.400 hingga 15.600. Rupiah diperkirakan akan bergerak dengen kecenderungan menguat seiring dengan pelemahan USD Index yang berada dikisaran 103.49 sejauh ini.

“Sementara itu, harga emas diproyeksikan cenderung naik dalam rentang $1.800 hingga $1.875 per ons troy di pekan ini,” jelas Benjamin.

Di tahun 2023 ini, kata Benjamin, inflasi masih akan tetap tinggi meskipun akan lebih rendah dibandingkan tahun 2022.

“Pertumbuhan ekonomi akan melambat di bawah 4%, harga komoditas unggulan ekspor nasional seperti batu bara akan melandai dengan kecenderungan tutun, ekspor sawit kembali dibatasi, dunia usaha akan dibebani dengan bunga tinggi, hingga muncul tekanan pada daya beli masyarakat. Sehingga berinvestasi di pasar keuangan menuntut kewaspadaan yang lebih tinggi,” pungkasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini