Harga Cabai Diperkirakan Bergerak Liar Sampai Tahun Baru, Masyarakat Tidak Perlu Panik

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Sejauh ini, harga cabai di tingkat pedagang besar mengalami fluktuasi yang sangat tajam. Cuaca yang kurang bersahabat dan bencana alam menjadi salah satu penyebab fluktuasi tersebut.

“Harga cabai sendiri juga mengalami kenaikan bukan hanya di wilayah produsen cabai, secara nasional harga cabai juga naik belakangan ini,” kata Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Selasa (20/12/2022).

“Data dari PIHPS menunjukan bahwa sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang maupun Medan mengalami kenaikan harga cabai merah sejak awal desember ini,” kata Benjamin.

Sementara itu, sambungnya, kota Medan yang menjadi ibu kota Sumut, harga cabainya juga mengalami kenaikan dari kisaran 25.700 per Kg pada Minggu terakhir November, menjadi rata rata 37.300 pada pekan ini.

Benjamin menambahkan, dari hasil pantauan di tingkat pedagang besar harga juga berfluktuasi cukup tajam, dan sangat dipengaruhi oleh pasokan cabai dari Takengon Aceh. Umumnya saat cabai dari Takengon masuk ke pasar induk, harga bisa ditekan, namun jika cabai dari Takengon langsung di jual ke wilayah Pekan Baru, maka harga cabai di Medan berada di atas 40 ribuan per Kg.

“Saat ini, sentra produksi cabai Sumut seperti tanah Karo maupun Merek, mayoritas masyarakatnya akan merayakan Natal. Dimana kegiatan ibadah akan meningkat mulai Natal hingga Tahun Baru nantinya. Petani tidak akan maksimal turun keladang, sehingga pasokan berpotensi berfluktuasi dengan kecenderungan turun,” ujarnya.

Meskipun, lanjutnya, sejumlah antisipasi sudah dilakukan oleh petani, salah satunya yakni mendatangkan buruh tani dari wilayah sibolangit atau Bandar Baru.

“Hasil observasi di lapangan, sejumlah pedagang besar yang terafiliasi dengan petani tengah melakukan kerjasama ke buruh tani untuk memanen tanaman cabai selama sepekan terhitung setelah Natal nantinya. Kerjasama ini akan memicu kenaikan ongkos panen, karena buruh tani difasilitasi dengan biaya makan, inap dan gaji harian,” kata Benjamin.

Lebih jauh Benjamin mengatakan, sehingga jika kita berharap sepenuhnya pada hasil panen dari wilayah Karo dan sekitarnya, maka tren harga cabai akan bertahan mahal.

“Terlebih jika cabai dari wilayah takengon juga tidak turut memasok wilayah Medan. Ditambah lagi jika curah hujan tinggi, serta terjadi kenaikan harga cabai lanjutan di wilayah pekan baru Riau,” ujarnya.

Jadi, kata Benjamin, potensi disparitas harga cabai di masing masing daerah turut mempengaruhi pembentukan harga cabai di wilayah Sumut. Disparitas juga bisa terjadi antar pedagang di pasar tradisional.

“Harga cabai khususnya cabai merah berpeluang bergerak liar hingga tahun baru. Jadi masyarakat ga perlu panik atau terkejut dengan volatilitas harga cabai saat ini hingga tahun baru nantinya,” pungkasnya. (Arda)

- Advertisement -

Berita Terkini