Terkait Meningkatnya Harga Kebutuhan Hidup Belakangan Ini, Masyarakat Juga Perlu Diedukasi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Tidak bisa dipungkiri, belakangan ini harga sejumlah kebutuhan hidup kita semua mengalami peningkatan. Disisi lainnya, pendapatan atau penghasilan yang kita terima tidak mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan kita sehari-hari.

“Sebagai konsumen tentunya kita semua terbebani dengan kenaikan harga harga tersebut. Dan kerap berharap agar harga pangan bisa turun semurah murahnya,” kata Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, Selasa (23/8/2022).

Disisi lainnya, lanjut Benjamin, petani yang menghasilkan barang-barang kebutuhan pokok, yang juga tengah terbebani dengan kenaikan biaya input produksi seperti pupuk, pestisida, bibit, gaji buruh tani serta peningkatan biaya hidup yang harus dikeluarkan di masing-masing rumah tangga para petani.

“Sebagai petani tentunya sangat wajar berharap agar harga jual produknya juga mengalami kenaikan, agar mampu memenuhi kebutuhan sehari hari,” kata Benjamin.

Jadi, sambunhnya, bagi konsumen semakin murah harga semakin baik, sementara buat petani semakin mahal harga semakin bagus. Sudah pasti tidak akan bertemu jika ego masing-masing yang didahulukan.

“Terkait dengan kenaikan harga sejumlah kebutuhan pangan belakangan ini, sumber masalah utama adalah gangguan rantai pasok global serta tingginya harga enerji dunia, yang salah satunya dipicu perang serta masalah cuaca yang memicu paceklik,” ujarnya.

 

Alhasil, jelasnya, terjadi kenaikan harga komoditas pangan kita karena pupuk dan pestisida mahal, yang belum mampu diimbangi dengan pemulihan daya beli masyarakat. Terlebih lagi ada rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.

“Jadi endingnya akan membuat harga kebutuhan pangan kita mengalami kenaikan. Contoh yang terjadi belakangan ini adalah kenaikan harga daging ayam dan telur ayam,” kata Benjamin.

Diungkapkan Benjamin, masyarakat konsumen mengeluhkan kenaikan harga daging ayam yang naik secara tiba tiba. Setelah kita telusuri akibat banyak peternak mandiri yang mengalami kerugian karena penurunan harga daging ayam sebelumnya. Sehingga mereka pun mengurangi jumlah stok ayam atau bahkan menutup usahanya. Alhasil daging ayam naik harganya.

“Di tengah kenaikan harga pakan ternak, yang ditenggarai dari kenaikan harga pupuk dan pestisida di level petani. Yang membuat harga pakan ternak jadi mahal. Tentunya menggiring kenaikan harga daging ayam itu sendiri. Sebagai contoh, di tahun 2020 kita masih bisa mendapatkan harga daging ayam paling murah dikisaran 18 hingga 22 ribuan per Kg,” ujarnya.

Tetapi, kata Benjamin, kondisi tersebut di tahun ini sudah tidak relevan lagi. Harga 27 atau 28 ribu per Kg saja sudah membuat peternak mandiri mengalami kerugian.

Demikian juga telur ayam, di tahun 2020 kita masih sempat melihat harga 20 ribuan per Kg, namun saat ini harganya konsisten di atas 25 ribuan per Kg.

“Sejumlah komoditas pangan lainnya juga begitu rata rata lebih mahal saat ini. Artinya harga keekonomian sejumlah bahan pangan itu sudah mengalami kenaikan. Jadi situasinya sudah sangat jauh berbeda sekarang,” jelas Benjamin.

Benjamin mengungkapkan, sekarang beban bertambah dengan adanya rencana kenaikan harga BBM subsidi. Jadi sebaiknya masyarakat diajak untuk mengetahui latar masalah yang terjadi. Masyarakat semuanya perlu diedukasi, bukan diprovokasi.

“Saya yakin pemerintah juga mengetahui, masalah yang dihadapi masyarakat kita saat ini, yaitu kenaikan harga kebutuhan hidup yang belum mampu diimbangi dengan kenaikan penghasilan, khususnya setelah masa pandemi Covid-19. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini