Ekspor Sumut di Bulan Juni Naik Tinggi, Tapi Sayang Sudah Memakan Banyak Korban

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dari sisi nominal, ada kenaikan ekspor di bulan Juni dibandingkan dengan sebulan sebelumnya. Angkanya sangat fantastis, dari $761,86 menjadi $1.26 Milyar, atau naik sebesar 65.87%. Tetapi kita tidak perlu senang dahulu dengan realisasi peningkatan ekspor sebesar itu.

“Karena toh pada dasarnya realisasi ekspor pada bulan Juni yang sebesar $1.26 Milyar, masih lebih rendah dibandingkan dengan realisasi ekspor pada bulan April yang sebesar $ 1.29 milyar dolar,” kata Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, Selasa (9/8/2022).

Bahkan, kata Benjamin, realisasi ekspor pada bulan Mei 2022 anjlok 40.99% dibandingkan dengan ekspor pada bulan April. Nah salah satu pemicu anjloknya ekpsor Sumut di bulan Mei adalah kebijakan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) untuk produk turunan kelapa sawit. Selain itu, dipicu oleh libur panjang Idul Fitri. Namun, pada dasarnya Sumut banyak kehilangan devisa di bulan Mei tersebut.

“Bayangkan harga CPO pada bulan Mei itu berkisar antara 6.000 hingga 7.000 ringgit per tonnya. Tetapi berapa besar devisa yang kita dapatkan?. Bahkan realisasi ekspor minyak hewan atau nabati pada bulan Mei anjlok 68.76%. Artinya disaat harga CPO lagi tinggi tingginya, ekspor Sumut malah jatuh tidak karuan besarnya. Sumut benar-benar dirugikan dengan kebijakan DMO/DPO minyak CPO sebelumnya,” jelas Benjamin.

Benjamin mengungkapkan, di bulan Juni harga CPO justru berada dalam tren turun, dari kisaran 5.500 menuju 4.500 ringgit per tonnya. Disaat itu realisasi ekspornya justru bisa mendekati realisasi ekspor bulan April.

“Padahal relaksasi kebijakan pelonggaran ekspor belum sepenuhnya pulih. Tetapi lihat realisasi ekspornya dalam nominal mengalami pemulihan, meskipun dalam bentuk kuantitas barang jumlahnya belum tentu mendekati atau sama dengan realisasi April sebelumnya,” jelasnya.

Jadi kita tinggal bayangkan saja, lanjut Benjamin, seandainya bulan Mei itu tidak ada pembatasan ekspor, dengan harga CPO yang menjulang. Jadi kenaikan ekspor pada bulan Juni ini belum memposisikan ekspor Sumut berada dalam kondisi yang pulih. Kebijakan internal memaksa ekspor Sumut anjlok, dan pendapatan devisa berkurang. Bahkan saya menghitung di bulan Mei saja Sumut mengalami potensi kehilangan devisa ekspor sebesar $1.09 Milyar.

“Jadi kalau berbicara ekspor Sumut, jelas Sumut masih babak belur. Luka yang diakibatkan dari kebijakan DMO/DPO tersebut belum sepenuhnya terobati. Tetapi kalau berbicara dampak positif dari kebijakan tersebut juga tidak kalah besar. Harga minyak goreng khususnya minyak goreng curah turun sesuai HET,” beber Benjamin.

Jadi, kata Benjamin, kerugian yang diakibatkan dari kinerja ekspor Sumut khususnya dari produk turunan minyak kelapa sawit, sangat membebani pengusaha, petani, dan tentunya devisa Negara. Tetapi inilah pilihan kebijakan yang ditempuh. Tidak menyenangkan semua pihak, dan sayangnya telah memakan banyak korban. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini