Apa Sih Resesi Di Mata Orang Awam?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Belakangan pasti kita sering mendengar istilah resesi. Yang menurut logika orang kebanyakan, resesi itu sederhana yakni bahwa hidup kita semakin sulit, titik. Bagi mereka yang faham ekonomi, resesi itu diterjemahkan dalam banyak definisi lagi. Pertumbuhan minus dua kuartal secara berturut-turut, atau dalam satu tahun penuh, atau pertumbuhan minus secara kuartalan meskipun realisasi PDB tetap positif.

“Nah rumit kan memahaminya?. Untuk itu kita coba berbagi dengan gambaran ilustrasi seperti saat ini. Misalkan ada seorang pegawai hotel dengan penghasilan 7 juta Rupiah per bulan. Karena pandemic corona, hotel terpaksa ditutup dan pegawai tersebut sementara kehilangan pekerjaannya. Gaji 7 juta per bulan itu tadi biasanya mampu memenuhi semua kebutuhan keluarganya,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin, Selasa (4/8/2020) di Medan.

Untuk menafkahi istri dan dua anaknya. Termasuk pengeluaran untuk wisata atau jalan-jalan. Asumsikan gajinya habis setiap bulannya tanpa ada tabungan. Saat ini pegawai tadi kehilangan pekerjaan. Maka secara otomatis pendapatannya juga hilang. Asumsikan pegawai tersebut tidak mendapatkan bantuan pemerintah, karena pertimbangan dianggap sebagai orang mampu sebelumnya.

“Maka apa yang dia lakukan untuk memenuhi kebutuhannya?. Mau tidak mau meminjam uang ke orang yang dipercaya. Katakanlah pegawai tadi meminjam uang sebanyak 3 juta perbulan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Tidak ada lagi pengeluaran untuk wisata atau hal-hal yang dinilai tidak memiliki urgensi mendasar untuk menyambung hidup,” imbuh dia.

Dijelaskannya, katakanlah Covid-19 hanya berlangsung selama 3 bulan. Dan hutang pegawai tadi sudah mencapai 9 juta. Setelah 3 bulan masa krisis tadi, dia pun kembali bekerja, asumsikan gajinya kembali ke posisi 7 juta perbulan. Dan dia berniat mencicil sebanyak 2 juta perbulan untuk melunasi hutangnya. Berarti pegawai tadi butuh waktu setidaknya 5 bulan untuk melunasinya.

“Artinya Covid-19 yang memicu krisis selama 3 bulan berdampak pada pemulihan ekonomi pegawai tadi setidaknya dalam kurun waktu 5 bulan. Nah setelah 5 bulan baru pendapatannya pulih dan dia bisa hidup seperti sedia kala. Termasuk pengeluaran untuk berwisata. Tetapi itu kan masih asumsi saja. Faktanya Covid-19 saat ini sudah berlangsung 6 bulan. Dan belum tentu juga saat pegawai tadi bekerja (asumsikan Covid-19 selesai) gajinya langsung pulih 7 juta per bulan,” jelasnya.

Nah dalam konteks ini, resesi yang timbul karena Covid-19. Tentunya membutuhkan proses pemulihan yang sangat bergantung dari berapa lama Covid-19 tadi bisa diselesaikan. Jadi semakin lama Covid 19 menjadi pandemic. Maka semakin lama pula proses pemulihan yang kita butuhkan. Jadi dampak resesi itu akan lama membutuhkan proses pemulihan.

“Namun, banyak masyarakat kita yang mampu bertahan hidup dengan mengandalkan bantuan pemerintah. Apakah mereka akan bernasib seperti ilustrasi pegawai tadi?, Tentunya tidak. Tapi ingat bantuan sosial itu ditanggung pemerintah dan harus menambah porsi hutang pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ungkapnya.

Jadi jangan keburu menyalahkan hutang pemerintah yang membengkak dan butuh waktu lama baru bisa diselesaikan. “Karena hutang itu tadi digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari selama pandemic corona,” jelas Gunawan Benjamin. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini