Harga BBM Berpeluang Turun, Namun Jangan Terlalu Banyak Berharap

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Belakangan ini, harga minyak mentah dunia mengalami penurunan yang sangat tajam. Penurunan harga minyak mentah tersebut seharusnya menjadi kabar baik bagi masyarakat Indonesia dikarenakan ada potensi penurunan harga BBM di tanah air. Saya menilai harapan seperti ini memang masuk akal. Dan faktanya, di Februari 2020 Pertamina sudah menurunkan harga BBM non subsidi dalam rentang 300 hingga 900 rupiah per liternya.

“Nah, yang menjadi pertanyaan dan harapan selanjutnya adalah bagaimana dengan kemungkinan penurunan harga BBM kedepan?. Mengingat pada hari saja harga minyak mentah dunia jenis WTI dijual dikisaran $15 per barel, dan untuk jenis Brent harganya dijual dikisaran  $27 per barel. Penurunan harga minyak mentah tersebut membuat desakan penurunan harga BBM di tanah air kian menggema,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin saat dihubungi mudanews.com, Senin (20/4/2020).

Dan disisi lainnya, tren konsumsi BBM di masyarakat juga mengalami penurunan. Dimana di bulan Maret 2020 saja di wilayah Sumut berdasarkan hasil pengamatan saya, terjadi penurunan sekitar 5% untuk konsumsi BBM jenis bensin. Meskipun untuk jenis yang lainnya seperti solar diperkirakan tidak mengalami perubahan.

“Dan berdasarkan hasil pengamatan saya di bulan april, tren konsumsinya terus mengalami penurunan. Untuk bensin turun dalam rentang 25 hingga 30% dan untuk solar kisaran 20%-an. Dan dengan tren penurunan konsumsi akibat PSBB di sejumlah wilayah ini berpotensi membuat beban pemerintah dalam menyediakan BBM menjadi lebih ringan. Namun yang menjadi persoalan adalah anjuran untuk tetap di rumah ini berpotensi memicu kenaikan konsumsi LPG termasuk juga listrik,” ungkap dia.

Benjamin mengatakan, terkait dengan kebijakan BBM di tengah pandemic, penurunan harga memang akan sangat membantu daya beli masyarakat terlebih ditengah kondisi yang serba sulit seperti sekarang ini. Namun yang menjadi kekuatiran kita selanjutnya adalah kemungkinan penurunan BBM ini justru membuat efektifitas pencegahan covid-19 menjadi tidak maksimal. Karena penurunan harga ini bisa menjadi pemicu mobilitas masyarakat meningkat.

“Penurunan harga BBM memang sangat mungkin dilakukan, meskipun mata uang rupiah terpantau posisinya lebih murah dibandingkan dengan rupiah saat kinerjanya di awal tahun. Rupiah terdepresiasi sejauh ini dari posisi 13.700 menjadi sekitar 15.460 saat ini,” jelasnya.

Jadi pertimbangannya bukan hanya harga minyaknya saja. Tetapi juga mata uang rupiah. Dalam kondisi tidak biasa seperti sekarang ini. Pelemahan rupiah bisa menjadi masalah besar yang potensial mengganggu ekonomi nasional.

“Kalau harga BBM diturunkan. Lantas bagaimana dengan kinerja mata uang rupiah itu sendiri. Menurunkan harga BBM bisa membuat tekanan pada rupiah berlanjut,” imbuhnya.

Walau demikian secara keseluruhan, Benjamin yakin nantinya harga BBM akan diturunkan dalam batas yang aman. Karena yang perlu dijaga selain daya beli masyarakat, adalah potensi pelemahan Rupiah yang justru sangat besar pengaruhnya pada pembentukan harga harga kebutuhan masyarakat.

Walhasil, ujar Benjamin, pemerintah harus berhati hati mengeluarkan kebijakan penurunan harga BBM. Lakukan penurunan harga dengan angka yang aman dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Kita tengah berhadapan dengan potensi kenaikan harga pangan, penambahan jumlah hutang dan semuanya akan diperburuk seandainya rupiah kembali melemah. Dan menurunkan harga BBM berpotensi membuat kinerja rupiah memburuk.

”Tetapi saya tetap yakin baik harga BBM penugasan atau subsidi dan non subsidi berpeluang turun nantinya,” kata Gunawan Benjamin mengakhiri. Berita Medan, Fahmi

- Advertisement -

Berita Terkini