AS berencana Bagikan hingga Rp.46 Juta Per Keluarga, Mungkinkah Indonesia?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dalam berhadapan dengan Corona, banyak negara yang melakukan ekspansi kebijakan guna menjaga daya beli dan tetap berupaya menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi negaranya masing-masing. Kebijakan yang diambilpun selalu menyandingkan kebijakan Fiskal dan Moneter. Dimana, kedua kebijakan ini diambil sebagai bentuk melakukan upaya apapun untuk menyelamatkan ekonomi ditengah  badai corona saat ini.

Hal itu dikatakan Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin di Medan, Kamis (26/3/2020).

“Namun setiap negara memiliki kemampuan yang berbeda saat berhadapan dengan Covid-19. AS merupakan negara dengan kemampuan untuk menggelontorkan dana dalam angka yang sangat besar yang sulit atau bahkan tidak mungkin ditandingi oleh negara lain. Dari sisi kebijakan moneter, AS telah menurunkan bunga acuannya menjadi 0-0.25%,” ungkap Benjamin.

Dan dari sisi fiskal, Presiden AS mengajukan dana untuk digelontorkan sebesar $1.200 hingga $3.000 (yang berkeluarga) secara tunai kepada masyarakat di AS. Artinya jika disepakati, masyarakat AS akan mendapatkan dana bantuan tunai dalam rentang Rp. 18.3 juta Rupiah hingga Rp. 45.9 juta per keluarga (kurs dalam rupiah 15.300 per US Dolar). Dana tersebut belum menghitung perluasan program tunjangan pengangguran yang angkanya mencapai sekitar $250 milyar.

“Belum lagi bantuan untuk UMKM, Pengadaan kebutuhan alat kesehatan, bantuan ke rumah sakit hingga bantuan ke maskapai penerbangan. Total anggaran yang diajukan adalah $ 2 T. Angka stimulusnya mencapai dua kali lipat dari total PDB Indonesia tahun 2019 yang kalau di US Dolarkan sekitar lebih kurang $ 1 T,” ujarnya.

Angka tersebut belum menghitung stimulus dengan cara menurunkan bunga acuan di AS yang saat ini di angka 0%. Artinya masyarakat AS akan dengan mudah mendapatkan pembiayaan dengan bunga sangat rendah. Dan Bank Sentral AS tidak mengalami kesulitan seandainya mencetak uang secara terus menerus.

“Pasti kebijakan seperti AS ini membuat masyarakat Indonesia bertanya tanya, kenapa kita tidak bisa seperti AS?. Bagi mereka yang  belajar ekonomi pasti bertanya tanya, mengapa uang dicetak banyak AS tidak mengalami laju tekanan inflasi yang tinggi (hiperinflasi)?. Dan stimulus di AS ini bukan yang pertama, di era 2008-an AS juga menggolontorkan stimulus karena terpapar krisis subprime mortgage. Dimana krisis tersebut juga menghantam negara lain,” ungkap dia.

Jadi buat kita disini tidak perlu melihat keatas atau bahkan iri dengan kebijakan di AS itu tadi. Mata uang US Dolar itu bisa diterima di negara mana saja. Saya ambil contoh dengan analogi orang awam, saat kita mau ke singapura, kita bisa membawa Dolar Singapura, atau membawa US Dolar ke Singapura. Atau saat kita mau ke Eropa, kita bisa membawa US Dolar, dan kita juga bisa membawa Euro.

“Demikian seterusnya di negara manapun. Tetapi saat kita ke Eropa kita membawa Rupiah, sudah barang pasti rupiah tidak bisa dibelanjakan di eropa, dan menukarkan Rupiah ke mata uag Euro atau bahkan US Dolar juga tidak bisa. Tetapi membawa US Dolar berlaku di semua negara di dunia,” ungkap Benjamin.

Jadi saat AS mencetak uang untuk warganya yang terkena musibah (Covid 19), warga AS bisa membelanjakan uang tersebut diluar AS. Artinya uang yang dicetak dan dibagikan secara cuma-cuma di AS bisa dengan mudah mengalir ke negara lain. Jadi uang yang dicetak tadi belum tentu berputar di AS saja, tetapi bisa ke negara lain.

“Kalau Indonesia meniru AS dengan mencetak uang Rupiah banyak-banyak dan dibagikan. Sudah bisa dipastikan uang rupiah itu akan banyak beredar di negara kita. Alhasil uang beredar banyak, inflasi akan naik. Saat inflasi naik, potensi krisis ekonominya semakin besar. Mencetak uang dan dibagikan secara gratis sama aja menggiring semua masyarakat Indonesia untuk masuk ke dalam jurang krisis. Kalau Rupiahnya dibelikan US Dolar di tanah air, sudah jelas Rupiah akan terpuruk (melemah) dan memicu krisis yang sama,” beber Benjamin.

Jadi langkah AS dalam menggelontorkan stimulus ini memang bisa mengakhiri masalah ekonominya, namun belum tentu bisa ditiru oleh nagara lain yang bermasalah. Sejauh ini dari sejumlah kabar, China yang merupakan ekonomi terbesar kedua hanya menggelontorkan sekitar $16 milyar, Italia sebesar $8.4 Milyar. Terakhir Australia ajukan ke parlemen sebesar $109 Milyar.

“Indonesia dari sisi fiskal sudah menyatakan akan memberikan skema BLT (bantuan langsung tunai) dan tetap melanjutkan program BNPT (Bantuan Pangan Non Tunai) serta PKH (Program Keluarga Harapan). Kita harus apresiasi langkah pemerintah tersebut, dengan tetap semangat memerangi Covid-19. Tanpa harus melihat keatas dan membanding-bandingkan dengan program bantuan di negara lain,” tandasnya. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini