Kontroversi Pernyataan Kapoldasu

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pertama-tama sangat perlu kita mengapresiasi kinerja Densus 88 Mabes Polri dan Polda Sumut karena telah membongkar sindikat kelompok yang terduga teroris. Jika itu benar-benar memang teroris yang ingin menghancurkan dan mengganggu kenyamanan kita dalam berbangsa serta bernegara, pihak terkait harus mengungkap bukti-bukti yang sebenarnya.

Kita seluruhnya tentu sepakat menolak adanya terorisme di atas bumi ini, terkhususnya di negara yang kita cintai ini. Baik, itu terorisme yang diciptakan oleh kelompok tertentu untuk mengamankan status qou kekuasaannya, maupun jaringan terorisme yang ingin mengambil keuntungan materi di dalamnya. Terkait terorisme, tidak etis rasanya jika dihubungkan dengan satu ajaran agama tertentu. Karena, tidak ada satupun agama yang menghalalkan cara-cara terorisme. Setiap agama pasti cinta damai, penuh kasih dan mengajarkan nilai-nilai ketuhanan serta nilai-nilai kemanusiaan.

Tapi, nyatanya narasi yang dibangun di negeri kita ini tentang terorisme adalah dihubungkan dengan agama, baik secara simbolis kebiasaan penganut agama tertentu, maupun secara isi otoritas-otoritas bacaan salah satu agama tertentu. Tepatnya saya katakan, apabila ada yang ditangkap terduga teroris, pasti dikatakan terpapar radikalisme. Padahal narasi radikalisme tidak cocok dalam hal ini. Selanjutnya, apabila dilihat indikator radikalisme versi sekelompok orang, sepuluh dari indikatornya lebih setengah dihubungkan dengan agama Islam. Baik secara peristilahan, simbol-simbol kebudayaan, dan hal-hal lainnya yang menjadi suatu adat kebiasaan oleh kaum Muslim di Indonesia. Sungguh narasi itu menyudutkan kaum Muslim.

Kontroversi Pernyataan Kapoldasu

Menyambung pembahasan di atas tadi, contoh narasi dan atau pernyataan yang menyudutkan serta melukai hati umat Islam saat ini adalah terkait pernyataan dari seorang petinggi Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Irjen Pol. Drs Agus Andrianto, SH, MM. Perlu kita tegaskan kembali, kita sangat mengapresiasi kinerja beliau selama ini dan salut karena mampu membongkar serta menangkap terduga teroris yang berhubungan Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan beberapa hari lalu dengan jumlah yang banyak, jika itu memang teroris yang ingin mengganggu ketentraman bangsa dan negara kita.

Akan tetapi, saat-saat wawancara dengan para wartawan, ada statemen Pimpinan Polda Sumut yang membangun narasi sebagaimana kita jelaskan tadi di atas. Beliau (Pimpinan Polda Sumut) mengatakan bahwa para yang terduga teroris olahraganya adalah berkuda dan dan memanah. Nah, sampai di sini setelah berita itu dikonsumsi maka kontroversi pun muncul di berbagai media, terkhususnya tanggapan dari umat Muslim yang merasa dirugikan. Mengapa demikian dan sebab-musababnya?

Secara otoritas literatur, apa yang menjadi statemen Pimpinan Polda Sumut tersebut adalah merupakan bunyi dari salah satu Hadits Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Hadistnya dalam bahasa kita berbunyi demikian; “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang, dan memanah.” Nah, perkataan Beliau (Pimpinan Polda Sumut) tadi berhubungan dengan hadits tersebut. Apakah ini pernyataan disengaja sebagai bentuk analogi atau sindiran serta ada maksud lain? Hanya beliau dan Tuhanlah yang mengetahui.

Pernyataan yang mengatakan bahwa para terduga teroris itu berolah raga berkuda dan berkuda mendapat tanggapan juga dari Anggota Komisi III DPR RI Habib Aboe Bakar Al-Hasby. Ia (Aboe Bakar) sangat menyayangkan pernyataan Pimpinan Polda Sumut saat ini terkait penangkapan terduga teroris beberapa hari yang lalu. Aboe Bakar meminta pada Kapoldasu jangan menggeneralisir bahwa berkuda dan memanah itu adalah olahraga teroris.” (RMOL.ID, Rabu, 20/11/2019).

Penutup

Agar tidak menjadi kontroversi yang memanas dan membuat kepercayaan masyarakat yang beragama Islam, yang meyakini ajaran-ajaran agama Islam dan serta cinta pada Muhammad SAW dan Tuhannya, narasi yang menyudutkan agama-agama yang ada di Indonesia ini, terkhususnya yang sering menjadi korban fitnah adalah agama Islam, secepatnya dihapus dan dihindari. Sebagai pejabat negara, diksi yang dikeluarkan kepada masyarakat harus baik dan benar, jangan sampai melukai hati orang-orang lain.

Seperti pepatah bijak mengatakan, “mulutmu adalah harimaumu.” dan saat ini pun muncul pepatah baru, “Dua jempolnya adalah senjatamu.” Untuk itu kita harus lebih hati-hati dalam berkata dan menulis sesuatu di media sosial. Jika benar, silahkan untuk mempertanggungjawabkannya. Jika hanya duga-dugaan atau hanya untuk supaya mendapat perhatian, alangkah lebih baiknya simpan dalam pikiran dan hati.

Sebagai bentuk solusi dalam pernyataan Pimpinan Kapoldasu yang mengundang kontroversi tersebut, harus secepatnya dilakukan dialog bersama, menjelaskan apa maksud dan tujuannya mengatakan seperti ini, dan jangan sampai menjadi bola panas yang bisa “membakar” masyarakat yang beragama Islam.

Yang terakhir, peristilahan yang digunakan haruslah benar-benar dipikirkan apa arti secara etimologis dan termonologis. Agak mengherankan bahwa dalam isu-isu teroris yang digunakan adalah istilah-istilah yang diambil dari khazanah keislaman. Cukup sekian, mudah-mudahan bermanfaat. Amiin!

Penulis adalah Ibnu Arsib (Instruktur HMI dan Penggiat Literasi di Sumut)

- Advertisement -

Berita Terkini