Malaikatpun Bingung Dengan Tulisanku

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kacau, menari bersama kesedihan, dimana aku melukiskan luka dan goresan qalbu di secarik kertas putih. Kupanggil-kupanggil diri yang penuh tetasan darah putih yang mengalir di setiap tulang belulangku, tapi tak kunjung menghampiri.

Sudah lama menanti kebahagiaan agar lekas sembuh serpihan kaca yang menusuk diriku. Bilamana tampak mataku berkaca-kaca kubasuh dengan ketegaran supaya tidak terlihat sedikit pun kesedihan. Setiap tubuh pasti pernah merasakan kesedihan. Kesedihan hadir dikala kebahagiaan sudah digadaikan dan dirampas oleh kenakalan dunia.

Digaulinya aku menjadi lemah tak bernyawa seakan terbang melayang-layang di kegelapan awan malam. Mungkin kesedihan ingin bersahabat terus-menerus. Seandainya kebahagiaan tahu bahwasanya kesedihan terperosok kaki bukit gunung ketidaktahuan.

La Tahzan, bagaimana aku tidak bersedih hati, jikalau diriku selalu digerogoti kehinaan. Lama rasanya memukuli tubuh yang lemah ini. Diperkosa begitu sadis, dicicipi perlahan-lahan sampai tak sadar diri.

Nyawa setengah iblis, berakhirlah engkau, berakhirlah! sampaikan kepada Tuhanmu, aku tak ingin mengenal diriku, dibanting-bantingnya seperti ledakan dahysat sehingga basah kuyuplah. Sumpah, dia begitu memalukan! dia tergoda rayuan kaum mawar, tumbuh nan jauh di dekat taman surga disangka aroma bidadari. Nyatanya tidak!.

Wahai seluruh kesedihan! masih sanggupkah engkau bermain-main dengan kepedihanmu? jawablah dengan kesucian hati dan lepaskanlah penuh ke indahan. Aku yakin bisa terlepas dari kurungan para malaikat. Biarlah kusampaikan pada penjaga neraka ini, aku ingin menjemput dan membawamu pada dunia sebenarmu.

Sujud Syukur…’

Tulisan ini sebenarnya penuh dengan teka-teki kebingungan supaya para pembaca berlatih berimajinasi. Karena penulis hanya memberikan tulisan yang jelas tak Bermakna, supaya halnya kita berani menulis sesuatu yang ada pada pikiran kita. Penulis merupakan penulis, maka lakukan saja menulis tak mengikuti aturan yang sebenarnya. karena yang membuat aturan penulisan itu adalah manusia. oleh sebab itu, kita juga harus bisa membuat aturan penulisan sesuai keinginan masing-masing.

Cukup sekian….

Saya tak secerdas anda tapi anda juga tak secerdas Tuhan, mungkin Tuhan lebih cerdas, tapi tak se bijak anda. Tuhan hanya berani dan anda penakut.”

Tak ada kesimpulan yang pantas menyimpulkan itu Tuhan kita hanya sebagai premis mayor dan minor.”

Penulis: Budiman Daulay (Mahasiswa UISU)

- Advertisement -

Berita Terkini