Tetaplah Bergerak Menuju Impianmu!

Breaking News

Duhai Kata

Rasaku, Di Racuni Cinta

Masa Perdagangan Budak

Ulama Penjual Agama Allah

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kiki hidup sebatang kara dengan neneknya di rumah peot yang berada di pinggir kota. Dia adalah anak yang pandai sehingga para dosen menyangjungnya. Suatu hari dia ingin sekali wisuda. Dia sangat ingin membahagiakan neneknya. Karena keterpurukan ekonomi dia tidak berhasil wisuda.

Neneknya yang sudah tua terpaksa mencari uang untuk kelulusan cucunya. Karena keterpurukan ekonomi, dia harus bersabar menunggu tahapan wisuda selanjutnya. Karena keadaan yang sangat sulit, dia merasa berputus asa dan mematahkan semangatnya untuk menggapi gelar S.Pd (Sarjana Pendidikan).

Dia selalu bermunajat kepada Tuhan yang Maha Esa supaya dia dapat menggapai apa yang diniatkan selama ini.

Neneknya yang sudah tua pun tak tega melihat cucunya menangis dan termenung setiap harinya. Neneknya mencoba menjelaskan kepada kiki alasannya, namun Kiki tetap saja termenung. Neneknya mencoba merayu kembali, tapi kiki semakin tidak ada respon sama sekali.

Selama beberapa hari, Kiki selalu menyendiri dengan kesepian ditemani dengan ketidakpastian merasa di asingkan dengan ketidakadilan dan di sandera dengan kebohongan.

Cakrawala yang luas menatapnya dengan senyuman dan angin-angin pun menampar permukaan pipinya, inilah kehidupan! Sorotan kamera dunia yang tajam memancarkan bayangan-bayangan kemunafikan, sorak rame pun terdengar di pinggiran dunia, ada yang sedih, menagis dan tertawa terbahak-bahak. Alangkah bodohnya semesta ini! Ia mempermainkan manusia dengan sandiwaranya dan membayarnya dengan kesenangan.

Setelah mematung cukup lama, Kiki teringat pada neneknya yang telah menjaganya saat kedua orang tuanya telah menghadap sang Pencipta. Dia merasa terbebani dan berdosa. Dia mulai kalut dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi kepalanya.

“Buat apa aku meraih impianku, jika orang yang seharusnya paling bahagia kesuksesanku menderita? Buat apa aku berada di puncak jika, syurgaku tak merasakan kenikmatan? Bagaimana aku tersenyum, jika yang terpenting di dunia ini merintih?” Sederet pertanyaan isu berbisik di dalam pikirannya.

Di saat menderita, ada banyak hal yang perlu kita ketahui bahwa setiap kehidupan keluarga dan sanak terdekat belum tentu menolong dan memberikan sesuap kertas emas kepada keluarga yang sedang menderita, tapi inilah kenyataan yang kita hadapi kita tidak akan bisa terlepas jauh dari kemiskinan sejati ini. Selembaran kertas mungkin tersampai kepada mereka, namun belum tentu menyentuh hati, kusiram hati dengan air suci supaya lekas sembuh penyakit kesedihan dan kemunafikan di tepi-tepi dunia, banyak kesedihan menyebar hari- hari di temukan berbagai kesedihan dan kelaparan, tapi banyak juga sanak keluarga yang tidak peduli kepada keluarganya, mereka hanya cuek dan tidak mau tahu dengan yang lain atau bahkan dengan keluarga yang lain. Sungguh, alangkah seramnya peristiwa ini.

Akhirnya Kiki memutuskan untuk bergerak maju melanjutkan studinya. Dia habiskan waktunya untuk mengajar anak-anak di sekolah di kotanya. Hidupnya sekarang lebih tenang dan bahagia dari pada saat dia bergerak maju demi impiannya. Hari-harinya ia menulis dan menceritakan keluh kesanya di buku hariannya. Dia mencoba memahami alam yang ada disekitarnya dan menelusuri berbagi kejadian.

Ada banyak derita yang ia temukan. Dia kembali termenung dan menangis, banyak orang-orang yang tidak sekolah dan mereka tetap semangat dengan apa yang dikerjakan, bersyukur dan tidak merasa terbebani dengan keadaan.

Jangan pernah berputus asa dengan apa yang menimpamu sekarang, tetaplah bergerak maju demi impianmu.[]

Penulis : Budiman Daulay (Mahasiswa UISU dan Penggiat Pendidikan)

- Advertisement -

Berita Terkini