Kata vs Senjata

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM Dalam sejarah perkembangan Indonesia, kita sering mendengar bahwa keterlibatan mahasiswa sangatlah efektif dalam tonggak perubahan di negeri ini. Dengan kemampuan intelektual yang dimiliki, mampu menuntun negeri ini ke arah yang lebih baik. Sebagai contoh ketika peristiwa Mei 1998, bagaimana mahasiswa dengan keberanian dan kritisisme yang tajam mampu menumbangkan rezim Soeharto yang cenderung otoriter yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun. Walau ancaman yang diterima bukan lah main main, bahkan ini soal nyawa yang sedang dipertaruhkan. Bagaimana tidak, perlawanan yang terjadi antara mahasiswa dan penguasa saat itu ibarat “Kata vs Senjata”.

Aparat penguasa yang berjaga dengan menenteng senjata coba menghadang mahasiswa yang datang hanya dengan membawa harapan dan kata-kata. Tapi perjuangan mereka tidak sia sia, walau banyak pengorbanan yang harus mereka ikhlaskan. Mahasiswa itu berhasil membawa negeri ini ke pemerintahan yang lebih baik dengan konsep yang lebih menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.

Tetapi bagaimana kondisi mahasiswa saat ini? Apakah kemampuan yang dimiliki saat ini sama dengan yang dimiliki mahasiswa 20 tahun silam? Perlu rasanya kita evaluasi . Saya rasa mahasiswa sekarang ini sudah terhegemoni oleh zaman dan kultur kampus yang seakan menghilangkan jati diri mahasiswa yang sesungguhnya sebagai agent of change, sosial control dan sebagai mitra kritisnya kekuasaan.

Keadaan semacam itu seakan meracuni pikiran mahasiswa, sehingga melahirkan orang orang yang tidak idealis sekaligus apatis dalam melihat realita permasalahan yang ada, baik secara horizontal maupun vertikal yang pada hakikatnya menyangkut soal fundamental bernegara . Dan lebih buruknya lagi mahasiswa saat ini berpikiran bahwa kuliah itu hanya tentang nilai, wisuda, dan selembar ijazah. Rocky Gerung pernah mengatakan bahwa, “Ijazah itu tanda seseorang pernah bersekolah, bukan tanda bahwa ia pernah berpikir”.

Jadi pada dasarnya kemampuan mahasiswa itu bukan terletak pada nilai di ijazahnya tapi lebih kepada kebermanfaatannya buat masyarakat . Tugas mahasiswa bukan hanya tentang pendidikan dan penelitian, tetapi juga tentang pengabdian. Pengabdian kepada bangsa dan negara, yang pada diri seorang mahasiswa dibebani rasa tanggung jawab dalam mengawal nilai nilai ke-Indonesia-an. Mampu memperjuangkan keinginan dan aspirasi rakyat, tetap menjaga idealisme dan kritisisme, menumbuhkan kemampuan intelektualnya, serta menjadi pewaris perjuangan pahlawan bangsa yang tujuannya tercatat di dalam banyak dokumen negara.

Harapan terbesar kita, semoga gerakan mahasiswa yang idealis saat ini kembali jaya lagi walau kata-kata versus senjata, tapi kebenaran dan kemanusiaan dapat ditegakkan dengan nyata.[]

Penulis : Ikhsan Arifin Siregar (Kabid PTKP HMI Komisariat Persiapan Hukum USI-HMI Cabang Pematangsiantar-Simalungun)

- Advertisement -

Berita Terkini