Antara Jigme, Fatih Nokturnal dan Gibran

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pepatah Zimbabwe ‘like son like father’ fenomena ini sangat mirip dengan apa yang terjadi di sebuah kota kecil. Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya, kecuali dibawa kampret jatuh ke sungai terus disundul anak kodok.

Sah-sah saja meniru siapa yang kalian kagumi dan menjadikan diri apapun. Tidak ada larangan. Kecuali melanggar aturan hukum negara. Kalo aturan agama dan norma pasti akan dilanggar karena sangsinya nanti di akhirat, bisa juga di dunia.

Jika merasa mampu, sebaiknya otak yang encer itu digunakan untuk memberikan ide yang visioner kepada bapakmu. Untuk apa? Jelas untuk menyelamatkan muka bapakmu yang kian hari semakin rata. Paling tidak itu yang bisa dilakukan sebagai bakti anak ke bapaknya!

Tidak perlu tergesa-gesa menjadi pemimpin sebuah kota kecil, sebagai anak penguasa negeri sebesar Indonesia pasti mudah dikenal seantero jagad raya. Bapaknya saja masuk lima puluh orang yang berpengaruh dalam negara Islam.

Sedikit saran, janganlah meniru bapakmu! Sebaiknya berfikir cerdas dan visioner untuk membela kepentingan rakyat. Jangan mengaku sederhana merakyat jika kebijakan hanya jadi penindas serta menghisap darah rakyat.

Lihat Bhutan! Meski menyandang status sebagai Raja Bhutan sejak 2006, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck tetap merendah. Kebijakannya mengedepankan rakyat jadi buktinya. Jigme Khesar Namgyel Wangchuck adalah raja yang paling merendah sedunia.

Kekuasaan dan paras yang rupawan tak serta merta membuatnya kalap. Buktinya dia sangat dicintai oleh rakyatnya. Sifatnya yang rendah hati dan peduli terhadap rakyat jadi penyebabnya. Kebijakan yang ia selalu mengedepankan kebahagiaan rakyat Bhutan.

Bahkan Bhutan dijuluki ‘Negara Paling Bahagia’ sedunia karena program “Gross National Happiness” yang ia canangkan berhasil membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.

Sebagai generasi milenial akan sangat elegan, jika bisa menjadi penasehat dan pengkritik bapaknya apabila sudah salah langkah dalam menetapkan kebijakan.

Mungkin terlalu jomplang membandingkan Zimbabwe dan Bhutan. Apalagi pimpinannya, jelas kalah telak tidak ada seujung kuku. Dari segi kebijakan jelas atau ketampanannya.

Lebih elok jika anak presiden dibandingkan dengan anak Wakil Gubernur Kalimantan Timur. Beberapa waktu lalu mengkritisi habis-habisan kebijakan ayahnya. Mampukah anak presiden seperti Fatih Nokturnal (nama pena).

Di bawah ini ada link ….

https://kaltimkece.id › lingkungan
Hasil web
Ketika Anak Wagub Kaltim Kritik Kebijakan Ayahnya Tangani Lubang …

Sepucuk surat terbuka masuk ke redaksi kaltimkece.id pada Ahad petang, 12 Mei 2019. Yang membuat tulisan ini istimewa adalah penulisnya sendiri. Surat itu ditulis Fatih Nokturnal dari Uni Emirat Arab. Adapun Fatih Nokturnal, adalah nama pena dari Muhammad Al Fatih Hadi, putra Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi. Yang lebih istimewa lagi adalah isi surat terbuka tersebut. Fatih habis-habisan mengkritik kebijakan Pemprov Kaltim, termasuk ayahnya.

Jadilah milenial kritis, jangan aji mumpung karena bapaknyaa seorang kepala negara lalu ambil momentum. Sadar akan kapasitas jika otak di bawah standard. Jigme dan Fatih Nokturnal sangat elegan bicara tentang kritik dan kebijakan yang salah dari seorang pemimpin. Meski itu bapaknya!

Beranikah anak pak Joko, meniru dan menjadikan panutan keduanya sebagai rujukan? Beranikah anak pak Joko kritik kebijakan ayahnya yang menindas rakyat? Untuk rakyat yang tertindas kebijakan pemerintah, kalian bebas menambahkan pertanyaan yang mengusik rasa penasaran ….

Penulis : Sayuh

- Advertisement -

Berita Terkini