Agar Kata-Kata Tak Berbuah Luka

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Muhammad Taufiq Lubis

MUDANews.com – Apa susahnya mengucapkan kata? Siapa pun bisa berkata-kata, sebebas-bebasnya. Namun perlu di ingat, kata-kata bisa lebih tajam daripada pisau. Dari kata-kata yang di ucapkan dapat melukai hati dan batin seseorang, yang kadang sulit sembuh hingga kapan pun. Maka berhati-hatilah melontarkan kata-kata.

Apakah kata itu? “Kata adalah simbol yang dibuat manusia, sehingga sebetulnya memiliki arti yang tidak jelas,” ujar Dr. Jeannette Murad, seorang staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Misalnya, kata “sadis” berbeda ukurannya untuk setiap orang. Inilah yang menyebabkan miscommunication, karena seseorang menangkap lain dari apa yang dimaksudkan.

Memang, kata adalah bentuk ucapan (verbal) dari apa yang di pikirkan dan rasakan. Namun menurut Dr. Jeannete, perasaan lebih tampil dalam tingkah non-verbal, misalnya melalui intonasi, tekanan kata, mimik, dan sebagainya. Coba kita perhatikan seorang komentator sepak bola, dari cara bicaranya, bukan dari apa yang dibicarakan, tampak jelas ia pro tim yang mana. Dari cara memberi penekanan kata, juga bisa memberi makna lain.

Contoh yang lain, kata ” dia cantik” adalah ucapan yang tulus , tapi jika di ucapkan “dia? Cantik?” Jelas mengandung pelecehan. Jadi tergantung bagaimana mengucapkannya. Kata-kata bisa sama, tapi arti dan pemaknaannya tergantung pada yang menyertainya, termasuk mimik atau bahasa tubuh. Tanpa itupun sebenarnya tetap bisa dibaca dari intonasi. Misalnya ketika kita berbicara melalui telepon, tanpa melihat mimik pun kita tahu lawan bicara kita sedang marah atau tidak.

Memberikan kata-kata  pujian juga harus berhati-hati. Jika tidak tepat waktu, misalnya sedang ada masalah, maka pujian bisa berakibat fatal. Begitu pun jika tidak sesuai dengan kenyataan, pujian busa dianggap sindiran atau ejekan. Ada pula pujian yang diprotes seseorang, karena ia merasa dirinya tidak pantas dipuji.

Diam Itu Emas

Tepatkah kata-kata ini? Adakalanya benar, setidaknya untuk memberi kesempatan orang lain berbicara. pepatah ini lahir karena kadang-kadang orang salah dalam berbicara.

Namun diam disini bukan berarti membunuh kata atau membiarkan kata mati terpendam. Diam adalah salah satu cara untuk menggali lebih lanjut. Diamnya kita bisa juga memiliki empati. Namun kalaulah harus dikatakan, ya katakanlah.

Menghadapi orang yang marah pun sebaiknya kita diam, mendengarkan dulu. Selain untuk mengukur kemarahan dan apa yang menjadi sebab kemarahan seseorang. Jangan langsung di counter, bisa-bisa suasana akan bertambah runyam. Biarkan kata-kata menguras kemarahannya, setelah emosinya menurun barulah dicari solusinya.

Tak disangkal, ada juga orang diam dan menyimpan kata-kata agar dirinya tak terduga. Memang sulit mengetahui apa kehendak di balik sikap diam seseorang. Namun, bisa juga seseorang menyembunyikan sesuatu dengan berdiam diri. Diam tak selalu buruk. Saat di butuhkan bicara, sebaiknya biarkan kata-kata menerobos keluar, menerjemahkan pendapat, perasaan, dan pikiran anda.

Mulutmu Harimaumu

Hati-hati dengan kata-katamu, karena bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain. Apa yang kita ucapkan memang harus sesuai dengan situasi dan kondisi, agar tidak terjadi friksi dengan orang lain. Dan juga kita harus berhati-hati, karena apa yang menurut kita biasa, belum tentu diinterpretasikan sama oleh orang lain, sehingga bisa jadi menyinggung perasaan orang lain, apalagi mereka yang tidak mengerti maksud dan arti kata-kata yang  kita ucapkan.

Kata-kata dampaknya sangat besar, contoh dalam hubungan sebuah keluarga, kata “Bodoh kamu!” Yang di lontarkan pada anak, akan menyebabkan si anak memperoleh labelling bodoh. Ia akan tersugesti bahwa dirinya memang bodoh, sehingga boleh jadi ia akan benar-benar bodoh. Itu sama artinya dengan seseorang yang berkata pada diri sendiri “saya tidak bisa” ( mengerjakan sesuatu), maka ia tidak akan bisa mengerjakannya.

Sebaliknya, ada juga kata-kata yang bisa berdampak positif bagi dirinya sendiri. Jika seseorang mengucapkan ” saya ingin mencapai itu “, maka kata-kata itu bisa memotivasi diri.

Penulis adalah Direktur Eksekutif ICMI Muda Sumut

- Advertisement -

Berita Terkini