Belajar Pemilu 2O19: Sudah Didukung Islam Garis Keras Mengapa Prabowo Tetap Kalah?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Agung Wibawanto

Ada yang menarik di setiap perhelatan pemilu terutama pilpres. Salah satunya adalah soal kaitan pemilih dengan kandidat capres. Dalam survey kompas disebutkan ada tiga komponen besar yang biasanya menjadi ajang perebutan suara. Komponen itu adalah: kelompok perempuan, milenial dan Islam (diantaranya tentu terdapat irisan). Pada pilpres 2O19, Jokowi memenangkan suara dari ketiga kelompok tersebut.

Kelompok perempuan berdasar data memiliki lebih banyak suara ketimbang laki laki, begitupun dilihat dari tingkat partisipasinya juga lebih tinggi. Sementara kelompok milenial akan menempati posisi tertinggi jumlah suara pemilih. Kaum muda kini semakin tidak asing dengan politik terbukti banyak kandidat Pilkada maupun pileg yang berusia muda.

Kaum muda berpolitik sedikit banyak terinspirasi dari tiga sosok yang berasal dari trah Jokowi. Mereka adalah Gibran dan Bobby yang masing-masing menjabat walikota Solo dan Medan, serta Kaesang yang baru saja menyusul terpilih sebagai Ketum PSI. Dengan itu, seberapa dekat dan seberapa paham kandidat akan dunia kaum muda, maka akan menentukan jumlah suara yang diraihnya.

Terakhir adalah kelompok suara kaum muslim. Seperti diketahui bahwa 85% lebih penduduk Indonesia memeluk Islam. Dibanding dua kelompok suara sebelumnya yang jarang mengalami perubahan, maka berbeda dengan kelompok agama (Islam). Pada kelompok ini masih sangat mungkin terjadi trend pergeseran ataupun perubahan. Seperti hal yang sama terjadi pada pilpres 2O19.

Pemilih muslim ternyata mengalami pergeseran sekitar 54% lebih memilih Jokowi-Amin. Sementara hanya 37% memilih Prabowo-Sandi. Pertanyaannya, mengapa? Bukankah Prabowo sudah didukung kelompok Islam garis keras? Bukankah strategi pilkada DKI 2O17 (yang dimenangkan Anies Baswedan) akan dinasionalkan? Di sini dapat dikatakan strategi pilkada DKI gagal untuk tingkat nasional (kondisinya berbeda).

Sedangkan terkait jumlah suara menunjukkan kelompok Islam garis keras ternyata tidak sebesar yang digembar-gemborkan. Hasil survei ‘Tren Toleransi Sosial-Keagamaan di Kalangan Perempuan Muslim Indonesia’ pada Oktober 2017, Senin (29/1/2018), menunjukkan hanya sebesar 9% dari jumlah penduduk muslim yang 85% tersebut.

Adapun golongan Islam garis keras atau radikal yang terbukti menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuannya, antara lain ISIS, Jamaah Islamiyah Al Qaedah, HTI, FPI, DI/NII, JAD, dan Laskar Jihad. Mayoritas umat Islam lainnya menolak faham dengan cara cara kekerasan semacam itu. Jadi, jumlah suara dari kelompok Islam garis keras yang mendukung Prabowo tidak signifikan.

Hal ini yang banyak dianalisa pengamat, di mana dua nama Prabowo dan Ganjar saling susul berada di puncak elektabilitas hasil survey. Artinya, selisih mereka sangat tipis padahal masih ada kandidat Anies-Imin? Jika Prabowo dan Ganjar head to head pada putaran kedua, banyak pengamat memprediksi Prabowo akan menang, mengapa?

Karena suara pendukung Anies dipastikan berpindah ke Prabowo, ketimbang ke Ganjar. Begitu yakinnya? Saya sedikit berbeda. Suara survey elektabilitas saat ini belum final disebabkan belum terpilihnya bakal cawapres baik di kubu Ganjar maupun Prabowo. Ingat 2O19, pada menit terakhir Jokowi menunjuk Maruf Amin sebagai wakilnya, dan terbukti dapat meraup banyak suara NU.

Faktor lainnya, belum selesai arah dukungan yang akan diberikan Jokowi. Jika dukungan Jokowi untuk Ganjar karena berasal dari partai yang sama, serta bacawapres kalangan religius (NU) maka dipastikan survey elektabilitas Ganjar tidak sekadar rebound tapi leading jauh di atas Prabowo. Massa yang tadinya masih mengambang kini sudah yakin dengan pilihannya.

Pendukung Anies yang sebagian bukanlah Islam garis keras melainkan kalangan nahdliyin juga bisa beralih kepada Ganjar yang mengusung cawapres dari NU, misalnya. Justru menjadi pertanyaan, apakah Rizieq cs yang sudah merasa dihianati Prabowo akan bersedia mendukungnya kembali? Bisa jadi iya tapi tidak menutup kemungkinan mereka bersikap golput.

- Advertisement -

Berita Terkini