Dadak Tidak Pernah Pergi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

(Refleksi Haul Ke-2 Almarhum H. Anif Bin H. Gulrangshah,
25 Agustus 2021/25 Agustus 2023)

MUDANEWS.COM, Opini – Sudah 2 Tahun almarhum Dadak (H. Anif Bin H. Gulrangshah) telah kembali kepada Allah SWT. Namun, seakan beliau masih selalu hadir dalam setiap kenangan kebaikan yang pernah dilakukannya sewaktu hidup di dunia. Masih teringat dalam kenangan detik-detik almarhum Dadak mau menghadap Rabb-nya.

Kebetulan saat itu penulis juga sedang berada di Rumah Tembakau Deli sembari melantunkan ayat-ayat suci Alquran. Pada Hari Rabu, Tanggal 25 Agustus 2021 di saat pagi menjelang fajar menyingsing, sewaktu suara ayam berkokok saling bersahut-sahutan seakan terus berdzikir kepada Allah dan membangunkan manusia untuk segera bersujud kepada Sang Khalik (Maha Pencipta) dan Sang Penguasa Jagad raya, di waktu suara ayat-ayat suci Alquran dikumandangkan dari masjid ke mesjid sebagai pertanda bahwa sebentar lagi akan masuk waktu shubuh, diiringi sayup-sayup suara Dzikir dan bacaan ayat-ayat suci Alquran yang didawamkan sepanjang hari di Rumah Bertuah Tembakau Deli, di suasana seperti itulah almarhum Bapak H. Anif bin H. Gulrangshah menemui Rabbul ‘Izzati Sang Penggenggam Hidup semua manusia yaitu Allah SWT.

Waktu itu, kesedihan menyelimuti keluarga dan juga orang-orang yang mencintainya serta masyarakat yang merasakan kebaikannya dari seluruh penjuru dunia ini. Ribuan orang datang melayat langsung ingin bersama mengantarkan jenazah almarhum ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Saat itu, cuaca mendung dan sedikit hujan rintik-rintik seakan turut berduka cita atas kembalinya ke pangkuan Rabbul ‘Izzati seorang hamba Allah yang disaat hidupnya senantiasa berbagi perduli dan suka membantu meringankan beban orang lain. Suasana pemakamannya menunjukkan bahwa begitu banyak orang-orang yang sangat mencintainya dan merasa kehilangan atas kepergiannya. Begitu banyak orang yang terkenang dengan kebaikannya. Sehingga dari segala penjuru mereka ikhlash datang untuk mengantarkan almarhum ke peristirahatannya yang terakhir.

Saat ini 25 Agustus 2023, genaplah dua tahun wafatnya almarhum H. Anif Bin H. Gulrangshah. Ada sebuah kondisi yang hadir bagi keluarga almarhum dan juga orang-orang yang mencintainya serta banyak orang dan lembaga yang pernah merasakan kebaikan serta keperdulian almarhum yaitu seakan sampai detik ini “Dadak Tidak Pernah Pergi”. Kalimat ini bermakna filosofis bahwa almarhum Dadak dikenang kebaikannya sepanjang Zaman. Waktu beliau hidup orang merasakan kebaikannya, hari ini walau ia telah kembali kepada Allah SWT orang juga masih mengenang kebaikannya bahkan esok anak-cucu kita pun mengenang semua kebaikannya.

Memang, kalau kita ingin harum dikenang, mestilah banyak kebaikan yang kita lakukan semasa hidup di dunia. Sebagaimana dalam sya’ir: “Cantik-cantik berdandan, semolek indah dipandang. Selaras kata perbuatan, pasti orang pun senang. Semanis cincin di jari, berhias permata intan. Elok budi pekerti, harum jadi kenangan.”

Silahkan dibaca secara lengkap sebuah buku terbaru yang berjudul “Dadak Tidak Pernah Pergi: Mengabdi Untuk Mengabadi.” Buku ini ditulis oleh anak almarhum yaitu Bapak H. Musa Rajekshah yang dikenal dengan Ijeck bersama dengan Gus Dhofir dan Kang Maman Suherman, yang diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia-Jakarta.

Buku ini sangat motivatif yang terdiri dari 22 sub judul yang sangat memberikan inspirasi buat kita, seperti mengenal sosok lebih dekat pak H. Anif, garam dari Medan, menemukan makna hidup, kerja keras, batu karang, langkah dan harapan, menjadi pawang, seni mendidik anak, pecinta Alqur’an, Kaya itu baik Harta itu positif, Berdagang dengan Allah, Dari sujud ke sujud, Bhineka Tunggal Cinta, Sedekah: Menolong diri sendiri, Tanam saja kebaikan itu, Timbal Balik, Ikuti kat hati, Apa adanya, Tamasya ke dalam diri, Keajaiban umur, Dadak tidak pernah Pergi, Yayasan Haji Anif. Segera dapatkan bukunya dan selamat membaca sahabat-sahabat fillah.

Biografi Singkat Bapak H. Anif

Musannif, atau lebih dikenal sebagai Anif lahir pada tanggal 23 Maret 1939 di Perlanaan, sebuah perkampungan kecil di antara Kota Lima Puluh (Batubara) dan Perdagangan (Simalungun). Ia adalah anak pertama buah pernikahan Hafiz Gulrangshah, yang akrab di sapa tuan Kabul dengan Syarifah, wanita asal Perupuk sebuah kampung pesisir di Batubara. Anif menghabiskan masa kecilnya menjadi petualang cilik. Berenang di sungai, mendaki tebing dan perbukitan, juga memanjat pepohonan. Anif kecil juga dikenal sebagai anak pemberani.

Saat di usia muda atau remaja Anif sudah berpikir dan belajar tentang banyak karakter orang terutama kalangan orang kaya. Ia punya keyakinan bahwa siapapun termasuk dirinya bisa menjadi orang kaya bila bisa menemukan jalannya.

Maka, Anif muda mengamati karakter dan ciri-ciri orang kaya itu, seperti sikap gigih dan disiplin, memiliki kenalan dan perkawanan yang luas, berani mengambil resiko dan cerdas serta punya ide-ide yang bersifat orisinil yang kemudian melahirkan terobosan baru. Masa mudanya dilalui dengan penuh warna, jatuh bangun dalam menjalani kehidupan, pahit getir dan kerasnya hidup sudah pernah dirasakannya.

Anif muda menikah dengan Rahmah hasil perjodohan Tuan Kabul yang berteman baik dengan seorang laki-laki berdarah campuran Aceh-Arab. Dengan kepolosan Rahmah tidak menolak dijodohkan dengan Anif walau ia tahu saat itu Anif belum punya pekerjaan tetap dan gayanya yang cenderung keras. Di atas segalanya Rahmah yakin, orang tuanya pasti memilihkan suami yang terbaik untuk dirinya. Hari baik itu pun ditentukan. Anif dan Rahmah menikah tahun 1963 dengan acara yang sederhana. Liku-liku kehidupan berumah tangga pun dilalui dengan penuh tantangan dan ujian.

Pada akhirnya, H. Anif menjadi sosok yang mendedikasikan umurnya dan hartanya untuk selalu berbuat kebaikan dengan orang banyak. Bahkan di saat ia membantu orang lain yang kesusahan ia terlihat seperti orang yang sama sekali tidak punya perhitungan. Ia yakin dengan janji Allah SWT bahwa berbagi itu akan melapangkan rizqi.

Begitu panjang dan berliku kisah hidup Bapak H. Anif yang menunjukkan bahwa ia adalah sosok pekerja keras, jujur dan terbuka, serta dermawan atau suka membantu orang lain. Kita bisa dapatkan banyak pelajaran yang berharga yang terlahir dari pengalaman-pengalaman hidup beliau baik sebagai sosok Ayah, sosok pengusaha sukses ataupun sosoknya sebagai orang yang selalu menebar keperdulian dengan sesama yang tidak memandang latar belakang siapakah itu orang-orang yang dibantunya.

Beliau adalah sosok orang besar yang tetap humble dan bersahaja, pribadi hebat dan istimewa namun tetap sederhana dan perduli. Ia adalah super daddy, super sibuk tapi tetap hangat dan bersahaja. Ia adalah sosok yang “Limited Editon” yang memiliki energi tambahan dan semangat yang terus menyala-nyala dan berkobar-kobar. Api bernama keteguhan prinsip, cita-cita mulia, mimpi-mimpi besar adalah nyala yang tak kunjung padam dalam diri H. Anif.

Allah SWT berfirman: “Dan setiap ummat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaatpun.” (QS.Al-A’raf:34). Pada hari Rabu, 25 Agustus 2021 di usia 82 Tahun, Bapak H. Anif bin H. Gulrangshah wafat. Ia menghadap Allah SWT dengan penuh bahagia, wajahnya begitu indah dipandang mata. Semoga Allah mengampunkan segala dosa dan kesalahan almarhum dan semoga Allah melapangkan quburnya almarhum. Aamiin. Alfatihah.

Haul Kedua Almarhum Bapak H. Anif

Adapun kegiatan pada haul kedua ini yang dilaksanakan pada Hari Jum’at tanggal 25 Agustus 2023 dimulai dari Sholat Shubuh berjemaah dan Taushiah (Pukul 05.00-06.30), Pasar Jum’at (06.30-07.30), Mengkhatamkan Alqur’an (Pukul 08.00-08.30), Santunan Anak Yatim (Pukul 08.30-08.45), Ngaji Bareng bersama Al Ustadz Dr. H. Adi Hidayat, Lc., MA. (Pukul 09.00-12.15), Sholat Jum’at bersama Khatib Ustadz Dr. H. Adi Hidayat, Lc., MA., Pemutaran Video Tentang Dadak, Peluncuran buku dan ngaji literasi bersama Gus Dhofir, Ibu Rektor UIN SU tentang: “Dadak Tidak Pernah Pergi” (Pukul 13.45-15.40), Sholat Ashar berjemaah (Pukul 15.40-16.15).

Filosofi Dadak Tidak Pernah Pergi

Dalam hidupnya almarhum Bapak H. Anif bin H. Gulrangshah yakin dan paham betul bahwa sebuah kehidupan harus menjadi manfaat bagi kehidupan lain. Manusia itu harus senantiasa bermanfaat bagi manusia yang lain. Ia selalu berpesan: “Tidak ada manusia yang sempurna tetapi kita bisa berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.”

Ia juga mengatakan: “Tidak ada keringat yang terbuang percuma”. Selalu ada harga yang pantas untuk pencapaian dan prestasi besar, yang penting tidak putus asa, tidak patah arang, berusaha keras bukan hanya gigih, tetapi sejauh mungkin sampai batas kemampuan. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Barang siapa berbuat kebaikan maka nilainya akan berpulang kepada dirinya sendiri, sebaliknya barang siapa berbuat jahat maka akibatnya akan ia tanggung sendiri. Tuhanmu tidak pernah menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS. Fusshilat: 46)

Memang dua tahun sudah bapak H. Anif telah tiada meninggalkan dunia yang fana ini, namun ia seperti masih bersama dengan kita karena kenangan-kenangan terbaiknya yang masih terus kita rasakan sampai saat ini. Itulah yang disebut dengan “Dadak Tidak Pernah Pergi”. Sebagaimana dijelaskan Dalam QS. Asy-Syu’ara: 84 Allah menerangkan tentang Do’anya Nabi Ibrahim AS.: “Dan jadikanlah aku buah tutur kata yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian.”

Insya Allah, almarhum Dadak termasuk sebagaimana doa nabi Ibrahim as. ini. Beliau adalah sosok yang menjadi buah tutur kata yang baik bagi generasi hari ini dan juga esok. Ia akan terus dikenang dengan kebaikannya sehingga pahala kebaikan itu akan terus mengalir kepada almarhum. Aamiin. Wallahu a’lamu.

Oleh: Dr. H. Sugeng Wanto, S.Ag., M.Ag.
Pimpinan Pondok Pusat Kampung Qur’ani-Bandar Setia, Wakil Dekan I FSH UIN Sumatera Utara Medan dan Sekretaris Bidang Dakwah MUI Sumatera Utara

- Advertisement -

Berita Terkini