Kemarau Berkepanjangan di Padang Lawas

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pesona kabupaten ujung di Sumut ini, yang bersebelahan langsung dengan provinsi Riau, seperti sudah terlahir alami. Corak tanah yang sangat subur. Aliran sungai (aek) Siraisan dan Sosa yang membentang hangat dan panjang. Berbagai kawasan pariwisata yang masih sangat asri. Jejeran bukit barisan yang begitu mewah memagari. Budaya dan keagamaan yang sangat kental menghiasi daerah ini. Juga warga yang begitu ramah dan plural, yang seperti punya magnet tersendiri yang menonjolkan seni dan kreatifitas yang sudah terbangun lama di wilayah masing-masing.

Cita-cita pembentukan kabupaten Padang lawas-biasa disingkat Palas, sebagaimana termaktub dalam UU No. 38 tahun 2007, tidak lepas dari 3 aspek penting. Yaitu, peningkatan pelayanan dalam bidang pemerintahan, peningkatan pembangunan, dan peningkatan kemasyarakatan, baik penjagaan nilai-nilai kebudayaan dan keagamaan, juga peningkatan manusia yang lahir dan besar di bumi bertuah ini. Pengejawantahan semua peningkatan tersebut, tidak lepas untuk kemanfaatan dan kemajuan daerah Padang Lawas itu sendiri.

Padang Lawas menjelang hari jadinya yang ke-15 ini, patut sejenak kita berefleksi. Sudah sejauh mana cita-cita para pendiri yang sudah berjuang sangat keras dalam pemekaran, termanifestasi dalam pembangunan Padang lawas. Atau 15 tahun berjalan, daerah ini masih mandek dan berputar-putar dalam hal-hal yang seremonial, tidak substansial dan tidak produktif dalam kemajuan tanah penuh harapan ini.

Slogan BERCAHAYA yang dilekatkan dengan daerah Palas seperti berbanding terbalik di lapangan. Harapan Palas yang beriman, Palas yang cerdas, Palas yang sejahtera dan Palas yang berbudaya juga harus disangga dengan berbagai pembangunan, utamanya pembangunan infrastruktur. sehingga cita-cita ini tidak terkesan kosong dan sloganistik belaka.

Kesejahteraan warga Palas seperti dalam Jargon BERCAHAYA mutlak harus ditopang oleh pembangunan infrastruktur yang memadai dan merata. Tapi, melihat realita di lapangan, kita harus tetap lebih banyak mengelus dada. Ketertinggalan pembangunan dalam aspek infrastruktur di palas cukup ironis. Seperti jalan yang masih berlubang hampir di semua tempat adalah pandangan yang umum. Lubang yang cukup dalam di jalan pasar Sibuhuan sebagai sentral warga adalah wajah palas yang begitu lekat dengan ketertinggalan pembangunan.

Setiap pembahasan jalan ini, mungkin Counter yang kita terima soal kewenangan. Debat panjang masalah jalan ini, apakah jalan di sekitaran pasar Sibuhuan adalah wewenang kabupaten atau provinsi. yang membuat pembangunan ini berjalan di tempat. Seandainya kita terima logika itu, bahwa semua jalan yang rusak dan tidak layak di Palas bukan kewenangan pemda Palas, dan itu adalah wewenang pemerintah provinsi misalnya.

Tapi, selama 15 tahun kabupaten ini berdiri, tidak adakah atensi pemda kabupaten untuk mendorong pembangun semua jalan rusak di Palas sebagai prioritas dan sangat mendesak untuk kebutuhan warga Padang Lawas.

Belum lagi kita menelisik sedikit lampu penerang jalan dari Barumun ke arah Sosopan. Dan dari arah Barumun ke Binanga. lampu-lampu penerang jalan ini seperti tidak terurus dan dibiarkan. Potret jalanan di Palas yang begitu gelap gulita dan tidak “bercahaya” di malam hari adalah potensi makin tingginya angka kejahatan di Padang Lawas dan rendahnya kesejahteraan. Apakah untuk sekedar pengadaan lampu penerang jalan di Palas masih ribut soal kewenangan pemda Palas atau tidak?

Sektor pariwisata Padang Lawas juga seperti berjalan sendiri. Minimnya perhatian pemerintahan daerah, menjadikan penggalian potensi ini tak punya arah kedepan dan merangkak di tempat. Hampir setiap kecamatan punya potensi pariwisata, baik berbasis alam atau budaya yang sangat menggiurkan dan akan meningkatkan perekoniman warga sekitar, bila dikelola dengan baik. Tapi ironis, tetap saja pemda belum melihat ini sebagai masa dan membiarkan warga/swasta yang berjalan sendiri.

Apalagi kalau dibandingkan dengan beberapa daerah sekitaran yang cukup dekat dan tidak terlalu susah untuk diakses, rasanya sektor pariwisata di Palas memang cukup jauh tertinggal. Komparasi akses ke tempat pariwisata di daerah-daerah tetangga Palas akan membuat kita lebih dalam menahan napas dan mengelus dada, melihat lemahnya kinerja Pemda dalam memperhatikan tempat-tempat wisata di daerah bertuah ini.

Bergeser sedikit ke pembangunan manusia, data BPS Palas menyebutkan, indeks pembangunan Manusia meningkat 0,39 angka dari tahun 2020 ke tahun 2021 (data 27 desember 2021). Namun, Perlu penjelasan lebih mendalam, apakah data-data ini adalah sampel yang merata dan potret keseluruhan Padang Lawas di lapangan.

Apalagi menyoal indeks pembangunan pemuda di Palas seperti tak pernah mendapat perhatian. Pemuda Palas, dengan bonus demografinya, seperti tidak pernah tersentuh dengan berbagai kebijakan dan program peningkatan kualitas pemuda. Salah stau contoh kecil saja, mengingat derasnya arus informasi melalui tegnologi, sudah seharusnya pemda Palas mengarah pembuatan akses gratis internet di ruang-ruang publik. Sebagai upaya mendorong kreatifitas para pemuda berbasis tegnologi. Dan mendorong anak muda untuk menjadi pelaku pasar berbasis digital atau E-commers.

Pada realitasnya, pembangunan Infrastruktur, pengembangan potensi wisata dan pembangunan Manusia, Indeks pembangunan Pemuda di Palas dan semua harapan kemajuan Palas masih harus terkatung-katung dan tak kunjung bertepi. Pembangunan demi pembangunan di Palas masih seperti kemarau berkepenjangan yang tak tau ujungnya. Seperti sumber sungai (aek) Siraisan, yang yang mucul dan memberi kesejukan semua daerah yang dilewatinya. Begitunya juga pengharapan untuk Padang Lawas yang lebih baik, harus tetap kita gaungkan. Kendati harapan ini mungkin makin menipis.

Walau harapan kemajuan padang lawas, sudah susah kita serahkan pada pemangku kebijakan yang ada. Potret sekarang, mereka lebih mengedepankan ego untuk merengkuh kekuakasaan belaka. Gambaran kinerja Pemerintahan daerah padang Lawas mungkin seperti tulisan BERCAHAYA di lapangan merdeka, kontras dengan harapan yang ada, bahwa ia akan memberi sinar yang membuat nyaman.

Bila Menitip harap pada anggota DPRD Palas untuk mendorong pembangunan dan kemajuan daerah palas pun rasanya seperti menggenggam air. Lembaga ini minim bersuara seperti tugas dan funginya. Atau, menyerahkan harapan ini untuk digaungkan dan disuarakan kepada organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan Palas?

Oganisasi kepemudaan dan kemaasiswaan Palas mungkin lebih sibuk kepeda internal mereka sendiri ketimbang bergumul dan bertaut ditengah-tengah rakyat. Atau membuat bahan diskusi mandeknya beberapa aspek pembangunan di Palas di forum-forum kepemudaan. Karna seyogyanya, lembaga DPRD dan organisasi kepemudaan, juga kemahasiswaan adalah corong suara rakyat.

Padang Lawas, 25 Juni 2022

Oleh : Herman Sunaro Lubis SH

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
- Advertisement -

Berita Terkini